11 Desember 2023

Biografi Sam Ratulangi, Jadi Gubernur Sulawesi Pertama

Memiliki peran penting dalam usaha Kemerdekaan Indonesia!
Biografi Sam Ratulangi, Jadi Gubernur Sulawesi Pertama

Foto: manadonesia.com

Sam Ratulangi lahir pada 5 November 1890 di Tondano, Minahasa, yang pada saat itu merupakan bagian dari Hindia Belanda.

Ia adalah seorang politikus, jurnalis, guru, dan gubernur pertama Sulawesi. Sam Ratulangi dikenal sebagai tokoh multidimensional yang memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Ia dianggap berbahaya oleh pemerintah Belanda dan menjalani masa pengasingan di Penjara Sukamiskin, Bandung.

Selama persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia, ia turut serta ambil bagian dan terpilih sebagai anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Baca Juga: Biografi Adam Malik, Salah Satu Pelopor Pembentukan ASEAN

Profil dan Kehidupan Awal Sam Ratulangi

Keluarga Sam Ratulangi
Foto: Keluarga Sam Ratulangi (Historia.id)

Sam Ratulangi lahir pada 5 November 1890 di Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara.

Ayahnya, Jozias Ratulangi, adalah seorang guru sekolah. Sam Ratulangi memiliki dua kakak perempuan.

Ia menempuh pendidikan pada usia enam tahun di Europesche Lagere School, sebuah sekolah dasar pada masa penjajahan Belanda di Tondano.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di sana, ia melanjutkan ke sekolah tinggi setara SMA di Hoofden School.

Di sekolah ini, ia sering bertukar surat dengan sepupunya yang juga belajar di STOVIA di Batavia.

Ia juga mendirikan organisasi sosial dan membantu sesamanya. Selain itu, ia memiliki peran penting dalam memperkenalkan istilah "Indonesia" dan menegaskan perlunya pemerintahan sendiri bagi bangsa Indonesia.

Ia dianggap sebagai sosok intelektual yang terkenal dengan filsafat "Si tou timou tumou tou," yang berarti "manusia baru dapat disebut manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia."

Baca Juga: Biografi Ahmad Yani, Pahlawan Revolusi Korban G30S PKI

Merantau ke Jakarta dan Kuliah di Swiss

Semangat belajar yang tinggi membawa Sam Ratulangi mendapatkan beasiswa dari pemerintah.

Pada tahun 1904, ia berangkat ke Batavia (sekarang Jakarta). Awalnya, ia berencana untuk masuk ke STOVIA, tetapi rencana ini batal setelah ia tiba di Batavia.

Akhirnya, ia menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1908 di Sekolah Teknik Koninginlijke Wilhelmina School dengan jurusan mesin.

Setelah lulus, Ia bekerja di sebuah pabrik kereta api di Bandung, di mana ia mengaplikasikan ilmu yang telah ia pelajari.

Namun, ia mengalami perlakuan yang tidak adil di sana, dengan upah yang lebih rendah hanya karena ia adalah seorang pribumi, meskipun jabatannya setara dengan pegawai Belanda.

Hal ini membuatnya merasa kecewa dan bertekad untuk unggul di atas orang-orang Belanda tersebut.

Dia sempat belajar untuk memperoleh tingkat menengah di Middlebare Acte, tetapi harus kembali ke Tondano karena ibunya meninggal dunia.

Setelah menyelesaikan urusan di Tondano, ia menjual warisannya dan menggunakan uangnya untuk biaya sekolah di Belanda, di mana ia memperoleh ijazah ilmu pasti pendidikan sekolah menengah (Middelbare Acte Wiskunde en Paedagogiek).

Setelah itu, Sam Ratulangi melanjutkan kuliah di Vrije Universiteit van Amsterdam, Belanda, selama dua tahun.

Selama waktu ini, ia menjadi anggota Indische Vereniging (Perhimpunan Mahasiswa Indonesia) di Eropa. Ia lulus pada tahun 1915 sebagai guru ilmu pasti (Middelbare Acte Wiskunde en Paedagogiek).

Di Belanda, ia menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia seperti Ki Hajar Dewantara, Cipto Mangunkusumo, dan Douwes Dekker, yang merupakan awal mula semangat nasionalismenya tumbuh.

Kemudian, atas bantuan Mr. Abendanon, Sam Ratulangi pergi ke Swiss untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi dan berhasil meraih gelar Doktor dalam bidang fisika dan matematika dari Universitas Zurich pada tahun 1919.

Baca Juga: Biografi Ratna Sari Dewi, Istri Soekarno Berdarah Jepang


Kembali ke Indonesia

Sam Ratulangi
Foto: Sam Ratulangi (Historia.id)

Setelah menyelesaikan pendidikan di luar negeri, Sam Ratulangi kembali ke Indonesia.

Ia tercatat pernah menjadi pengajar di Yogyakarta, mengajar di Prinses Juliana School, sebuah sekolah kejuruan teknik, dan di Algemene Middelbare School yang setara dengan SMA.

Pada periode antara tahun 1919 hingga 1922, mayoritas muridnya adalah anak-anak Belanda.

Kemudian, Sam Ratulangi pindah ke Bandung dan bersama-sama dengan DR. R. Tumbelaka, ia mendirikan sebuah perusahaan asuransi yang diberi nama Algemene Levensverzekering Maatschappij Indonesia.

Perusahaan ini merupakan yang pertama menggunakan kata 'Indonesia,' sebuah istilah yang pada saat itu belum umum dikenal.

Sepanjang hidupnya, Sam Ratulangi aktif dalam mendirikan organisasi sosial yang bertujuan membantu sesama. Pada sekitar tahun 1924, beliau menetap di Manado.

Selama menjabat sebagai sekretaris Dewan Minahasa (Minahasa Raad) dari tahun 1924 hingga 1927, ia menghapuskan sistem kerja paksa yang dikenakan kepada rakyat Minahasa dan mempromosikan transmigrasi ke Minahasa Selatan.

Pada tahun 1927, Sam Ratulangi bergabung dengan Volksraad, yang lebih dikenal sebagai dewan rakyat atau lembaga perwakilan rakyat Indonesia.

Selama krisis ekonomi yang dikenal sebagai 'Malaise' pada tahun 1930-an, ia semakin aktif dalam mendirikan organisasi sosial kemanusiaan.

Selain itu, ia memimpin berbagai organisasi sosial buruh dari tahun 1938 hingga 1942.

Ketika Jepang menduduki Indonesia, banyak tentara Belanda yang ditangkap, menyebabkan banyak keluarga mereka terlantar.

Sam Ratulangi melalui Badan Penolong Korban Perang Sulawesi membantu keluarga-keluarga ini.

Badan tersebut kemudian bertransformasi menjadi KRIS (Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi) yang gigih dalam upayanya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Biografi Frans Kaisiepo dan Perannya dalam Kemerdekaan RI

Sam Ratulangi Menjadi Gubernur Sulawesi Pertama

Setelah Jepang menyerah kepada sekutu dan Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, Sam Ratulangi diangkat sebagai gubernur Sulawesi dengan pusat pemerintahan di Ujung Pandang.

Namun, pada bulan September, pasukan Belanda bersama NICA (Netherlands Indies Civil Administration) mendarat di Makassar dengan tujuan mengambil alih pemerintahan di sana.

Tidak menerima keputusan ini, Sam Ratulangi mendirikan 'Pusat Keselamatan Rakyat' sebagai bentuk perlawanan bersama rakyat.

Perebutan kekuasaan antara pihak Belanda dan rakyat semakin meruncing dan bentrokan terjadi di berbagai tempat.

Pada tanggal 5 April 1946, Sam Ratulangi bersama para stafnya ditangkap dan dipenjarakan selama sebulan di Ujung Pandang, kemudian diasingkan ke Serui, Irian Jaya.

Selama pengasingannya di sana, ia membentuk organisasi Ibunda Irian dan Partai Kemerdekaan Irian dengan tujuan memupuk semangat kemerdekaan di wilayah tersebut dari tangan Belanda.

Setelah terjadinya Perjanjian Renville pada tahun 1948, Sam Ratulangi akhirnya dibebaskan.

Ia pergi ke Yogyakarta dan ditunjuk oleh Soekarno sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung serta delegasi Indonesia dalam perundingan dengan Belanda.

Pada bulan 1948, saat akan pergi ke Filipina dalam rangka membawa misi persahabatan, Sam Ratulangi ditangkap oleh Belanda yang saat itu sedang melancarkan agresi militer kedua.

Kemudian, pada bulan Januari 1949, Sam Ratulangi dibawa ke Jakarta dengan niat untuk diasingkan ke Pulau Bangka oleh Belanda.

Namun rencana tersebut tidak terlaksana karena kondisi kesehatan Sam Ratulangi semakin memburuk.

Pada tanggal 30 Januari 1949, pagi hari, Dr. Sam Ratulangi akhirnya meninggal dunia dalam tahanan Belanda.

Demikian informasi seputar biografi Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi pertama yang memiliki latar pendidikan yang hebat.

  • https://www.biografiku.com/biografi-sam-ratulangi/
  • http://lib.litbang.kemendagri.go.id/index.php?p=show_detail&id=1522
  • https://repositori.kemdikbud.go.id/23482/1/DR.%20GSSJ.%20RATULANGI.pdf

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.