14 Juni 2021

Catcalling: Sejarah, Penyebab, dan Akibat pada Korban

Hati-hati, catcalling bukanlah pujian. Catcalling adalah sebuah tindakan pelecehan.
Catcalling: Sejarah, Penyebab, dan Akibat pada Korban

Foto: shutterstock.com

Catcalling adalah sebuah fenomena yang akrab dengan orang dewasa dan bahkan remaja. Bukan hanya di Indonesia, catcalling juga terjadi di berbagai negara di dunia.

Banyak orang yang merasa bangga ketika menjadi korban catcalling. Hal tersebut dikarenakan fenomena ini dianggap sebagai tanda diri korban menarik di mata orang lain. Namun, tahukah Moms kalau catcalling sendiri bukanlah sebuah pujian namun sebuah pelecehan seksual yang dilakukan orang lain?

Dilansir dari laman University of Missouri-Kansans City, biasanya catcalling sendiri dilakukan dengan berbagai macam cara dan oleh berbagai macam golongan. Catcalling pun bisa dengan siulan ketika pelaku melihat tubuh korban dan memanggil dengan nada menggoda, atau melempar komentar berbau seksual pada orang lain.

Moms, ketahuilah bahwa semua orang bisa menjadi korban dan pelaku catcalling. Pelaku catcalling memang kebanyakan laki-laki. Namun tak menutup kemungkinan ini dilakukan oleh perempuan.

Reaksi dari fenomena ini pun beraneka ragam, Moms. Sebagian perempuan dan laki-laki mengatakan bahwa mengelompokan catcalling sebagai bentuk pelecehan adalah hal yang berlebihan.

Sementara sebagian lain sangat yakin bahwa catcalling bisa berbahaya dan harus dikelompokan sebagai bentuk pelecehan.

Yuk, pelajari lebih dalam mengenai apa itu catcalling, sejarah dan penyebab fenomena ini. Simak lebih lanjut di sini ya!

Baca Juga: 8 Alasan Kenapa Korban KDRT Sulit Meninggalkan Rumah

Lebih Dalam tentang Definisi Catcalling

catcalling
Foto: catcalling

Foto: forbes.com

Dilansir dari Regain, ada beberapa tipe catcalling. Namun ada 2 yang paling sering dilakukan oleh pelakunya. Yang pertama adalah siulan dengan nada menggoda dan yang kedua adalah pujian yang berbau seksual dan pula menggoda.

Pelecehan ini bisa dilakukan dari jarak dekat, ketika korban dan pelaku berada di tempat yang sempit seperti di gang, di tempat yang sepi, ketika jumlah korban lebih sedikit dari pelaku, atau dilakukan oleh seseorang yang sedang menyetir.

Pada dasarnya, fenomena ini adalah bentuk objektifikasi. Catcalling sendiri tidak harus menggunakan bahasa kasar atau dianggap cabul atau menyinggung. Terkadang fenomena ini pun bisa bersifat fisik atau seksual dan lebih sering dilakukan ketika laki-laki berada dalam kelompok daripada ketika mereka sendirian.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, perempuan juga bisa menjadi pelaku. Namun praktik ini biasanya lebih diasosiasikan dengan laki-laki. Bahkan beberapa perempuan pun dilaporkan pernah mengalami pelecehan ini ketika masa anak-anak dan dewasa.

Baca Juga: KDRT saat Hamil, Ini Penjelasan, Efek, dan Cara Menanggulanginya!

Sejarah dari Catcalling

catcalling
Foto: catcalling

Foto: livewithivana.com

Bagi sebagian orang pelecehan ini dipandang sebagai ekspresi ketertarikan yang tidak berbahaya namun untuk orang lain, catcalling memiliki akibat yang mengerikan.

Sejarah catcalling sendiri jauh dari ekspresi ketertarikan yang "polos". Meski demikain, tak jarang perempuan beranggapan bahwa siulan tersebut adalah salah satu jenis pujian yang perlu diterima dengan baik.

Namun, tak jarang juga perempuan yang mengalami catcalling yang ditambah dengan komentar berbau seksual dan hal tersebut sangatlah mengganggu dan membuat tidak nyaman.

Baca Juga: Psikolog Menjelaskan, Ini Alasan Anak Bisa Melakukan Tindakan Kekerasan

Tujuan Seseorang Melakukan Catcalling

catcalling
Foto: catcalling

Foto: hedoesthecity.com

Dalam kartun yang dibuat Avery, siulan serigala sendiri adalah sebuah bentuk dari ekspresi serigala atas ketertarikannya pada perempuan. Serigala tersebut pun ingin mendapatkan perhatian dari perempuan itu.

Dalam komik Avery, sang serigala akhirnya berhasil menarik perhatian sang perempuan dan perempuan tersebut pun akhirnya duduk di sebelah sang serigala.

Namun, dalam hubungan antar manusia, tujuan dari catcalling sendiri bisa berbagai macam dan bisa saja lebih dari sekadar mendapatkan perhatian.

Dalam sebuah jurnal yang berjudul Understanding Masculinities: Results from the International Men and Gender Equality Survey (IMAGES) – Middle East and North Africa menunjukkan, laki-laki yang melakukan catcalling dan juga pelecehan di jalanan menganggap hal itu adalah salah satu cara untuk "meletakkan perempuan di tempatnya" karena laki-laki perlu merasa percaya diri dan juga dominan.

Dalam studi lainnya, laki-laki yang melakukan jenis pelecehan ini melaporkan mereka hanya ingin menarik perhatian sang perempuan dan menimbulkan reaksi.

Tujuan dari mereka melakukan hal tersebut bisa dibilang untuk mendapatkan interaksi dengan perempuan yang ia anggap menarik atau layak untuk mendapatkan perhatian.

Meski tujuan dari laki-laki ini tidak membahayakan dan tak bermaksud untuk merendahkan perempuan, namun hal ini masih menjadi sebuah isu sosial karena sebagian perempuan terus merasa dilecehkan dan tidak nyaman dengan kejadian tersebut.

Sebagian perempuan tersebut menjadi merasa tidak aman dalam melakukan aktivitas mereka dan merasa diintimidasi oleh catcalling.

Baca Juga: Viral Wanita Dilecehkan Saat Sholat di Masjid, Apa yang Harus Dilakukan Jika Alami Pelecehan Seksual di Tempat Umum?

Sebab dan Akibat Catcalling

catcalling
Foto: catcalling (videoblocks.com)

Foto: Orami Photo Stock

Dalam sebuah studi yang berjudul Street Harassment: A Qualitative Study of the Experiences of Young Women in Delhi menjelaskan perempuan yang diteliti mengatakan mereka pernah menjadi korban catcalling mulai dari merasa tidak nyaman karena terus menerus diperhatikan oleh orang lain, mendapatkan komentar berbau seksual hingga tubuh mereka didekati oleh tubuh pelaku.

Lalu, apa penyebab pelecehan seksual jenis ini terjadi di Delhi? Penelitian tersebut memberikan beberapa alasan. Secara umum, Delhi dianggap sebagai kota yang tidak aman, penuh dengan kejahatan dan rentan terhadap kasus pelecehan seksual di jalanan daripada kota-kota besar lain di India.

Baca Juga: 5 Jenis Pelecehan Seksual di Tempat Kerja, Waspada!

Akibat dari Catcalling

catcalling
Foto: catcalling

Foto: womensrepublic.net

Akibat dari pelecehan tersebut dilakukan, ada beragam hal yang dirasakan oleh perempuan.

Studi yang dilakukan oleh perempuan yang menjadi korban pelecehan menimbulkan reaksi yang beragam oleh korban.

Ketika seseorang terus menerus dilecehkan di tempat umum, hal tersebut bisa mengendalikan beberapa aspek kehidupan mereka, termasuk waktu perjalanan, pilihan pakaian hingga perilaku mereka di ruang publik.

Kendati demikian, meski perempuan yang menjadi objek pelecehan seksual kerap menyalahkan diri sendiri, namun tak ada dari mereka yang mengaitkan pelecehan seksual yang didapatkan dengan pakaian yang dikenakan atau kata-kata yang mereka ucapkan.

Fenomena ini pun bisa berpengaruh pada keadaan psikologis korban. Orang-orang yang sering menjadi objek pun dikatakan sering menyalahkan diri sendiri dan juga mengalami penurunan tingkat percaya diri.

Meski banyak yang mengatakan bahwa catcalling adalah bentuk pujian, namun faktanya banyak perempuan yang merasa tidak aman dengan hal tersebut.

Baca Juga: Apa Perbedaan Pelecehan Seksual dan Kekerasan Seksual?

Yang Bisa Dilakukan Selain Catcalling

Cara paling sederhana untuk tidak melakukan pelecehan catcalling adalah dengan tetap diam.

Jika memang seorang perempuan atau laki-laki terlihat sangat menarik, cobalah untuk tidak melakukan catcalling. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk berkenalan atau memberitahu bahwa mereka sangat menarik.

Cukup dengan mendekatinya dan memberikan pujian dengan sopan atau mencoba berkenalan bisa menjadi alternatif yang baik dan lebih sopan.

Nah, itu dia penjelasan mendalam mengenai fenomena catcalling. Semoga membantu, ya!

  • https://www.regain.us/advice/general/the-history-of-catcalling-meaning-motivation-and-intentions/
  • https://info.umkc.edu/womenc/2019/05/02/catcalling-is-not-a-compliment-its-harassment/
  • https://promundoglobal.org/resources/understanding-masculinities-results-international-men-gender-equality-survey-images-middle-east-north-africa/
  • https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/2158244014543786

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.