25 April 2024

6 Cerpen Fiksi untuk Dibacakan ke Si Kecil, Menarik!

Ada cerpen yang memotivasi juga, Moms
6 Cerpen Fiksi untuk Dibacakan ke Si Kecil, Menarik!

Foto: unsplash.com

Cerita pendek fiksi atau cerpen fiksi merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki ciri khas tersendiri.

Sesuai dengan namanya, cerita pendek, cerita ini memiliki panjang yang terbatas namun harus mampu menggambarkan karakter dengan jelas.

Melalui narasi yang padat dan penggunaan bahasa yang cermat, penulis cerpen mampu menciptakan sebuah kisah yang dipahami pembaca.

Salah satu aspek yang membuat cerpen menarik adalah kemampuannya untuk menyampaikan pesan-pesan kompleks dalam format yang sederhana.

Berikut contoh cerpen fiksi yang bisa Moms bacakan untuk Si Kecil sebelum tidur guna mendukung imajinasinya.

Baca Juga: 3+ Contoh Cerpen Motivasi Penuh Inspirasi untuk Kehidupan!

Contoh Cerpen Fiksi

Berikut beberapa cerpen fiksi yang menarik yang bisa Moms bacakan.

1. Cerpen Fiksi, Di Tengah Badai

Ilustrasi Cerpen Fiksi
Foto: Ilustrasi Cerpen Fiksi (Pexels.com)

Angin bertiup kencang di sepanjang pantai, membelai debu-debu halus pasir yang terbawa oleh hembusan kuatnya.

Di sebuah pondok kecil di tepi pantai, seorang wanita tua duduk di depan tungku kayu yang redup, memandangi lautan yang bergelombang dengan tatapan kosong.

Namanya Nyai Marah, seorang dukun yang tinggal sendirian di sana sejak suaminya meninggal puluhan tahun yang lalu.

Suatu hari, ketika badai mulai mengamuk, sebuah perahu kecil terdampar di tepi pantai dekat pondok Nyai Marah.

Dalam perahu itu terdapat seorang pemuda yang terluka parah.

Tanpa ragu, Nyai Marah menggendong pemuda itu ke dalam pondoknya, merawat luka-lukanya dengan ramuan tradisional yang ia kuasai.

Selama berhari-hari, badai terus menerus melanda pantai itu.

Namun, di dalam pondok kecil itu, terjalinlah ikatan antara Nyai Marah dan pemuda tersebut.

Mereka saling berbagi cerita tentang hidup dan kesulitan yang pernah mereka alami.

Pemuda itu pun semakin pulih dari luka-lukanya, dan di balik badai yang mendera, tumbuhlah rasa persahabatan yang kuat di antara mereka.

Ketika badai mereda dan langit mulai cerah, pemuda itu bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanannya.

Namun, sebelum berpisah, ia berjanji akan kembali menjenguk Nyai Marah suatu hari nanti.

Dengan senyum lembut, Nyai Marah mengangguk, tahu bahwa pertemuan mereka di tengah badai telah mengubah takdir keduanya untuk selamanya.

2. Cerpen Fiksi, Singa dan Pemuda Baik

Di sebuah desa terpencil, tinggal seorang pemuda yang hidup dalam kemiskinan dan kesendirian.

Ia hanya memiliki sebuah gubuk sederhana yang ditinggalkan oleh orang tuanya.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, pemuda itu biasanya pergi ke hutan untuk mengumpulkan kayu bakar, yang kemudian dijual atau ditukar dengan barang-barang lain yang dibutuhkannya.

Meskipun hidup dalam keterbatasan dan kesepian, pemuda itu memiliki hati yang baik dan penuh kesabaran.

Suatu hari, ketika sedang mencari kayu bakar di hutan, ia mendengar suara gemuruh di balik semak-semak.

Ternyata, suara itu berasal dari seekor singa yang terluka.

Dengan rasa takut dan kecemasan, pemuda itu mendekati singa tersebut, yang ternyata terluka karena tertusuk kayu di punggungnya.

Dengan penuh keberanian, pemuda itu mendekati singa dan berbicara dengan lembut, menawarkan bantuannya untuk mengeluarkan kayu yang menancap di punggungnya.

Mendengar kata-katanya, singa itu seolah-olah memahami dan membiarkan pemuda itu mendekatinya.

Setelah berhasil mengeluarkan kayu dari punggung singa, pemuda itu melarikan diri dengan cepat, merasa lega bahwa ia tidak terluka oleh singa tersebut.

Namun, nasib berkata lain bagi pemuda itu. Saat kembali ke desa, ia tidak sengaja menabrak kereta raja yang sedang melintas.

Meskipun ia meminta maaf berkali-kali, raja tetap memerintahkan agar pemuda tersebut ditangkap dan dijebloskan ke penjara.

Kemudian, dengan sangat tragis, pemuda itu dijatuhi hukuman mati dengan dimasukkan ke dalam kandang binatang buas.

Namun, dalam keadaan yang penuh kepasrahan, pemuda itu terkejut ketika binatang buas dalam kandang ternyata tidak menyerangnya.

Saat pagi tiba, pemuda itu baru menyadari bahwa binatang itu adalah singa yang pernah ia selamatkan.

Singa itu adalah hewan kesayangan raja.

Terkejut, pemuda itu bertanya pada singa mengapa ia tidak menyerangnya, dan singa itu menjawab dengan tulus bahwa ia tidak bisa menyakiti orang yang telah menyelamatkan nyawanya.

Baca Juga: 4 Cerpen Hewan yang Menarik dengan Pesan Moral untuk Anak

3. Cerpen Fiksi, Pelangi di Tengah Badai

Pelangi
Foto: Pelangi

Di sebuah kota kecil yang terletak di lereng gunung, hiduplah seorang gadis muda bernama Maya.

Maya tinggal bersama neneknya di sebuah rumah kecil di pinggiran desa.

Mereka hidup sederhana, menggantungkan hidup dari hasil kebun kecil yang mereka tanami di belakang rumah.

Namun, kehidupan mereka bahagia meskipun sering kali diwarnai oleh kesulitan.

Suatu hari, badai hebat melanda desa mereka.

Angin kencang menghancurkan beberapa rumah dan membanjiri jalanan dengan air hujan yang deras.

Maya dan neneknya tak punya pilihan selain bertahan di dalam rumah mereka yang rapuh.

Namun, di tengah badai yang mengerikan itu, Maya melihat sesuatu yang menakjubkan: seberkas cahaya warna-warni yang memancar di langit kelabu.

Tanpa ragu, Maya keluar dari rumahnya yang nyaris roboh, berlari menuju padang rumput di dekat sana.

Di sana, ia melihat pelangi yang indah terbentang di atas langit yang kelam.

Sangat langka untuk melihat pelangi di tengah badai, tetapi di sinilah pelangi itu berada, memberikan cahaya dan warna di tengah-tengah kegelapan.

Maya tersenyum, merasa bahwa pelangi itu adalah tanda harapan di tengah keputusasaan.

Ia memandangnya dengan penuh keyakinan bahwa setelah badai reda, akan ada kehidupan yang lebih baik menanti mereka.

Dan ketika akhirnya badai mereda, langit bersih kembali, Maya dan neneknya bangkit dari keterpurukan dengan semangat baru, siap untuk menghadapi masa depan yang cerah di tengah-tengah kehidupan yang penuh warna seperti pelangi di tengah badai.

4. Cerpen Fiksi, Gajah dan Temannya

Sebuah gajah berjalan sendirian menelusuri hutan, mencari sahabat. Ia segera melihat seorang monyet dan bertanya, “Bisakah kita berteman, monyet?”.

Dengan cepat, monyet menjawab, “Kamu besar dan tidak bisa berayun di pohon seperti saya, jadi saya tidak bisa menjadi temanmu.”

Karena sedih, gajah terus mencari dan menemukan seorang kelinci. Ia bertanya padanya, “Bisakah kita berteman, kelinci?”.

Kelinci menatap gajah dan menjawab, “Kamu terlalu besar untuk bisa masuk ke dalam liangku. Kamu tidak bisa menjadi temanku.”

Gajah itu melanjutkan perjalanannya hingga bertemu dengan seorang katak. Dia bertanya, “Maukah kamu menjadi temanku, katak?”.

Katak menjawab, “Kamu terlalu besar dan berat; kamu tidak bisa melompat seperti aku. Aku minta maaf, tapi kamu tidak bisa menjadi temanku.”

Gajah terus bertanya kepada hewan yang ditemuinya di perjalanan namun selalu mendapat jawaban yang sama.

Keesokan harinya, gajah melihat semua binatang hutan berlarian ketakutan.

Dia berhenti seorang beruang untuk menanyakan apa yang terjadi dan diberitahu bahwa harimau menyerang semua hewan kecil.

Gajah ingin menyelamatkan hewan-hewan lainnya, jadi dia mendatangi harimau dan berkata, “Tolong, Tuan, tinggalkan teman-temanku sendirian. Jangan memakannya.”

Harimau tidak mendengarkan. Dia hanya menyuruh gajah untuk mengurus urusannya sendiri.

Karena tidak punya pilihan lain, gajah menendang harimau itu dan menakutinya.

Setelah mendengar kisah berani tersebut, hewan-hewan lain akhirnya mau berteman dengannya.

Mereka berkata, “Ukuranmu tepat untuk menjadi teman kami.”

Baca Juga: 5 Contoh Cerpen Pendidikan yang Mudah Dipahami Si Kecil!

5. Cerpen Fiksi, Penggembala yang Dusta

Cerpen Fiksi
Foto: Cerpen Fiksi (Freepik)

Suatu hari, seorang penggembala sedang berada di padang rumput bersama dengan kawanan dombanya.

Dalam kebosanannya, ia berbisik, "Tuhan, betapa aku merasa bosan. Hari-hari terasa monoton hanya dihabiskan dengan melihat domba-domba ini. Aku mengharapkan kejutan hari ini."

Akhirnya, sebuah ide muncul di benaknya, dan tanpa berpikir panjang, ia meninggalkan kawanan dombanya dan berlari menuju desa.

"Domba-dombaku diserang serigala! Tolong bantu!" teriaknya pura-pura dalam kepanikan.

Warga desa segera merespons dan berlari membantu, namun sayang usaha mereka sia-sia.

Penggembala dengan licik menertawakan reaksi orang-orang desa, mengakui bahwa kepanikannya hanyalah akting untuk menghibur dirinya sendiri.

"Saya telah menipu kalian karena rasa bosan saya," kata penggembala dengan santainya.

Warga desa marah dan kembali ke tugas masing-masing. Hari berikutnya, penggembala itu kembali berbohong dan berhasil menipu warga desa sekali lagi.

Namun, ketika ia kembali ke kawanan dombanya, ia dikejutkan oleh pemandangan yang mengejutkan: serigala benar-benar sedang menyerang domba-dombanya.

Ia berlari ke desa untuk meminta bantuan, tapi kali ini, tidak ada yang percaya padanya. "Kamu berbohong lagi, bukan?" tanya salah seorang warga desa.

Akhirnya, domba-dombanya tewas dimangsa serigala.

Dari kejadian itu, kita belajar pentingnya jujur dan menghindari kebohongan, karena kepercayaan orang lain adalah hal yang sangat berharga.

6. Cerpen Fiksi, Saat Senja di Bukit Cermin

Dikisahkan di sebuah desa terpencil bernama Bukit Cermin, hiduplah seorang pemuda bernama Arman.

Desa ini memiliki sebuah bukit yang dipercaya penduduk setempat dapat memantulkan nasib siapa saja yang berani menatap ke dalam cermin besar di puncak bukit saat senja.

Arman, yang hidupnya penuh dengan kegagalan dan kekecewaan, memutuskan untuk mencari tahu kebenaran mitos tersebut.

Dia percaya, mungkin ini adalah cara terakhir untuk mengubah nasibnya.

Setiap senja, ia mendaki bukit, menatap ke cermin, namun tak pernah melihat apa pun selain bayangannya yang muram.

Suatu hari, ketika langit mulai gelap dan senja mendekat, Arman bertemu dengan Lani, seorang gadis yang baru pindah ke desa tersebut.

Lani juga penasaran dengan cerita bukit tersebut dan memutuskan untuk mendaki bersama Arman.

Keduanya berbagi cerita dan kekecewaan yang pernah dialami. Kebersamaan itu membuat mereka merasa lebih ringan.

Ketika mereka tiba di puncak, langit memerah dan sinar matahari terakhir menyinari cermin besar itu.

Mereka berdua menatap ke cermin bersama-sama.

Untuk pertama kalinya, Arman tidak hanya melihat bayangannya sendiri tetapi juga bayangan Lani di sisinya.

Refleksi itu tidak hanya menunjukkan diri mereka tapi juga sebuah pesan yang seolah hadir dari kedalaman cermin, “Cermin menggambarkan apa yang kita bawa, baik hati maupun rasa takut.”

Arman dan Lani menyadari bahwa cermin bukanlah pengubah nasib, melainkan pengingat bahwa apa yang mereka hadapi bisa lebih ringan jika dibagi.

Sejak hari itu, mereka tidak lagi mengejar keajaiban dari cermin, tapi mengejar keajaiban dalam setiap hari yang mereka lalui bersama.

Dari sinilah, Arman belajar bahwa mengubah nasib bukan tentang menemukan keajaiban, tetapi membangunnya bersama orang yang tepat.

Bersama Lani, dia menemukan kebahagiaan yang selama ini dicarinya, bukan dalam pantulan cermin, tetapi dalam realitas kehidupan mereka bersama.

Baca Juga: 7 Unsur Intrinsik Cerpen, dari Tokoh hingga Sudut Pandang

Itulah 6 cerpen fiksi yang bisa Moms baca untuk diri sendiri atau untuk Si Kecil. Semoga membantu, Moms.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.