Biografi Cut Nyak Meutia dan Kisah Perjuangannya di Aceh
Cut Nyak Meutia, atau yang dikenal sebagai Pocut Meutia, adalah seorang pejuang asal Aceh yang berperang melawan penjajah Belanda pada awal abad ke-20.
Ia lahir pada tahun 1870 di Aceh dan tumbuh dalam lingkungan yang penuh semangat perlawanan terhadap penjajah.
Meutia menjadi tokoh penting dalam perlawanan terhadap Belanda selama Perang Aceh.
Ia dikenal karena keberaniannya dalam pertempuran dan kepemimpinannya dalam memimpin pasukan perlawanan.
Keberanian dan keteguhan hati Cut Nyak Meutia dalam melawan penjajah Belanda telah menginspirasi banyak orang, baik di Aceh maupun di seluruh Indonesia.
Ia dianggap sebagai salah satu pahlawan nasional yang berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga: Biografi Teuku Umar, Perjuangan Pahlawan Nasional dari Aceh
Kehidupan Awal Cut Nyak Meutia
Cut Nyak Meutia adalah anak perempuan satu-satunya dalam keluarganya dan memiliki empat saudara laki-laki, yaitu Teuku Cut Beurahim, Teuku Muhammadsyah, Teuku Cut Hasan, dan Teuku Muhammad Ali.
Ayahnya, Teuku Ben Daud Pirak, dikenal sebagai seorang pemimpin yang bijaksana dan tegas di daerah Pirak.
Selain itu, ia juga merupakan seorang ulama terkemuka di wilayah tersebut. Daerah Pirak memiliki sistem pemerintahan tersendiri.
Ketika memasuki usia dewasa, Cut Meutia menikah dengan seorang pemuda bernama Teuku Syamsarif, yang juga dikenal sebagai Teuku Chik Bintara.
Namun, pernikahan mereka tidak berlangsung lama karena sikap suaminya yang dianggap lemah dan selalu cenderung untuk berkolaborasi dengan Belanda pada saat itu.
Setelah itu, Cut Nyak Meutia menikah dengan Teuku Chik Muhammad, yang lebih dikenal sebagai Teuku Chik Tunong.
Teuku Chik Tunong adalah saudara dari Teuku Syamsarif, suaminya yang sebelumnya.
Kedua pasangan ini memiliki visi yang sama dalam menentang penjajahan Belanda di Aceh, sehingga mereka memutuskan untuk berhijrah ke pegunungan dan melancarkan perlawanan terhadap Belanda dengan menggunakan taktik perang gerilya.
Taktik perang gerilya juga diterapkan oleh para pejuang Aceh lainnya, seperti Teuku Umar dan istrinya, Cut Nyak Dhien, serta Panglima Polim.
Rakyat Aceh secara luas menentang kehadiran Belanda di wilayah Nangroe Aceh Darussalam.
Baca Juga: Biografi Muhammad Yamin, Sang Pelopor Sumpah Pemuda
Perjuangan Melawan Belanda
Diketahui awal perlawanan Cut Nyak Meutia melawan Belanda dimulai pada tahun 1901, ketika Sultan Aceh, Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah, memimpin perlawanan hingga ke pedalaman Aceh.
Cut Meutia turut membantu perjuangan Sultan Aceh, dan terjadilah pertempuran sengit antara pasukan yang dipimpin oleh suaminya, Teuku Chik Muhammad, melawan pasukan Belanda dari Juni hingga Agustus 1902.
Namun, pada bulan Januari 1903, beredar kabar bahwa Sultan Aceh beserta para panglimanya, termasuk Panglima Polim Muhammad Daud, dan para petinggi kerajaan lainnya, telah menyerah atau turun gunung.
Meskipun awalnya suami Cut Nyak Meutia, meragukan kabar tersebut, ternyata kabar itu benar adanya.
Menurut catatan dalam buku Gedenkboek van het Korps Marechaussee van Atjeh en Onderhoorigheden tahun 1890 – 1940, disebutkan bahwa Teuku Chik Muhammad turun dari pegunungan dan melaporkan dirinya di Lhokseumawe pada bulan Oktober 1903.
Setelah itu, Teuku Tunong dan Cut Meutia tinggal di wilayah Keureutoe, tetapi kemudian pindah ke wilayah Panton Labu.
Namun, insiden yang terjadi di daerah Meunasah Meurandeh Paya membuat suaminya, Teuku Tunong, ditangkap oleh Belanda dengan tuduhan terlibat dalam pembunuhan pasukan Belanda.
Suaminya dieksekusi dengan cara ditembak mati di tepi pantai Lhokseumawe.
Dari pernikahannya dengan Teuku Cik Tunong, Cut Meutia memiliki seorang anak bernama Teuku Raja Sabi.
Namun, sebelum meninggal, Teuku Cik Tunong memberikan wasiat kepada Pang Nangroe agar menikahi istrinya dan menjaga anaknya.
Baca Juga: Biografi Gatot Soebroto, Pahlawan Pembela Rakyat Kecil
Melancarkan Serangan Gerilya
Pada tahun 1907, Pasukan Pang Nangroe, bersama Cut Meutia, melancarkan serangan terhadap pos pasukan Belanda yang awalnya dijaga oleh pekerja kereta api.
Serangan tersebut mengakibatkan beberapa tentara Belanda tewas dan yang lainnya mengalami luka-luka.
Kemudian, pada bulan Juni 1907, Pasukan Pang Nangroe kembali menyerang pos Belanda di daerah Keude Bawang, yang menyebabkan seorang tentara Belanda tewas dan yang lainnya terluka.
Dengan melancarkan sabotase terhadap jalur logistik dan kereta api, taktik perang gerilya yang diterapkan oleh Pang Nangroe bersama Cut Meutia membuat Belanda kesulitan untuk menanganinya.
Pada bulan Agustus 1910, Belanda mengetahui lokasi basis pertahanan Pang Nangroe dan Cut Meutia, tetapi sebelum mereka bisa mengepungnya, pasukan Pang Nangroe dan Cut Meutia telah memindahkan basis mereka ke tempat lain.
Perjuangan Cut Nyak Meutia bersama suaminya terus berlanjut dengan melakukan serangan terhadap pos-pos Belanda untuk melemahkan kekuatan Belanda.
Namun, pada bulan September 1910, Pang Nangroe tewas akibat tembakan dari pasukan Belanda di wilayah Paya Cicem dan dimakamkan di samping masjid Lhoksukon.
Keteladanan Cut Nyak Meutia terlihat dari perannya dalam mengambil alih kepemimpinan pasukan dan meneruskan perlawanan terhadap Belanda setelah kematian suaminya.
Basis pertahanan kemudian dipindahkan ke wilayah Gayo dan Alas, di mana mereka bergabung dengan pasukan lain yang dipimpin oleh Teuku Seupot Mata.
Wafatnya Cut Meutia
Pada bulan Oktober 1910, Pasukan Belanda semakin memburu Cut Meutia. Untuk menghindari pengepungan, Cut Meutia memindahkan pasukannya dari gunung ke gunung.
Namun, pada tanggal 24 Oktober 1910, di Alue Kurieng, terjadi pertempuran sengit antara pasukan Cut Meutia dan pasukan Belanda.
Cut Meutia gugur dalam pertempuran tersebut, meninggalkan anaknya yang dijaga oleh Teuku Syech Buwah.
Atas pengabdiannya, Cut Meutia diakui sebagai Pahlawan Indonesia melalui SK Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964. Pemerintah Indonesia juga mengabadikannya dalam pecahan uang rupiah pada tahun 2016.
Baca Juga: Biografi Malahayati, Laksamana Perempuan Pertama di Dunia
Demikian informasi tentang kisah perjuangan Cut Nyak Meutia dalam menentang penjajahan Belanda.
Semoga informasi ini dapat memperkaya wawasan, ya!
- https://www.biografiku.com/biografi-cut-nyak-meutia/
- https://www.infobiografi.com/biografi-dan-profil-lengkap-cut-nyak-meutia-pahlawan-nasional-wanita-indonesia-dari-aceh/
- https://acehprov.go.id/berita/kategori/jelajah/cut-nyak-meutia
- https://steemit.com/news/@herman2141/biography-of-cut-nyak-meutia-hero-of-aceh-2017625t195029965z
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.