Djaduk Meninggal Karena Serangan Jantung, Waspadai Faktor Risiko dan Penyebab Serangan Jantung
Seniman Djaduk Ferianto meninggal dunia pada Rabu (13/11/2019). Djaduk meninggal di usia 55 tahun. Hal ini diketahui dari unggahan sang kakak, Butet Kertaradjasa, di Instagram-nya.
Butet mengungkapkan bahwa Djaduk meninggal dunia karena serangan jantung yang ia alami.
"Tadi kurang lebih jam 02.30 WIB, Djaduk mendapatkan serangan jantung," ujar Butet Kartaredjasa mengutip Kompas.com.
Foto: instagram.com/djaduk
Lebih lanjut, Butet mengatakan dirinya dan keluarga tidak tahu pasti penyebab serangan jantung yang dialami adiknya. Tetapi, ia menyatakan bahwa Djaduk akhir-akhir ini sangat sibuk.
"Yang pasti di hari-hari terakhir ini Djaduk sangat sibuk untuk latihan musik dan sedang menyiapkan Ngayogjazz yang akan dilaksanakan tanggal 16 November di Godean," lanjut Butet.
Baca Juga: Ini 8 Makanan yang Ramah Jantung
Penyebab Serangan Jantung
Mengutip National Health Service, serangan jantung disebabkan oleh suplai darah ke jantung yang tiba-tiba terganggu. Tanpa pasokan ini, otot jantung dapat rusak dan mulai mati.
Jika tidak dilakukan pengobatan, otot-otot jantung mengalami kerusakan permanen. Bila sebagian jantung sudah mengalami kerusakan ini, jantung dapat berhenti berdetak dan menyebabkan kematian.
Karena itu, mengetahui risikonya adalah langkah pertama untuk menghindari penyebab serangan jantung atau stroke.
Tidak ada satu penyebab serangan jantung yang pasti, tetapi ada faktor risiko yang meningkatkan peluang seseorang terkena penyakit jantung.
Baca Juga:
Faktor Risiko Serangan Jantung
Seseorang dapat meningkatkan atau menghilangkan banyak faktor risiko ini untuk mengurangi peluang menjadi penyebab serangan jantung.
Ada dua jenis risiko faktor serangan jantung, yaitu risiko yang tidak dapat diubah dan risiko yang dapat diubah. Berikut ini daftarnya, melansir National Lung, Heart, and Blood Institute.
1. Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol
Faktor risiko utama untuk serangan jantung yang dapat dikendalikan meliputi:
- Merokok
- Tekanan darah tinggi
- Kolesterol darah tinggi
- Kegemukan dan obesitas
- Pola makan tidak sehat (misalnya, diet tinggi lemak jenuh, lemak trans, kolesterol, dan sodium)
- Kurangnya aktivitas fisik rutin
- Gula darah tinggi karena resistensi insulin atau diabetes
Beberapa faktor risiko yang menjadi penyebab serangan jantung seperti obesitas, tekanan darah tinggi, dan gula darah tinggi, cenderung terjadi bersamaan.
Ketika terjadi, kondisi ini disebut sindrom metabolik.
Secara umum, seseorang dengan kondisi sindrom metabolik dua kali lebih mungkin memiliki penyakit jantung dibandingkan orang yang tidak memiliki sindrom metabolik.
Baca Juga: Tak Selalu Serangan Jantung, Ini 4 Penyakit Lain yang Diawali dengan Nyeri Dada
2. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol
Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan meliputi:
1. Usia
Risiko penyakit jantung meningkat untuk pria setelah usia 45 dan untuk wanita setelah usia 55 (atau setelah menopause).
2. Riwayat Keluarga
Risiko seseorang mengalami penyakit jantung meningkat jika ayah atau saudara laki-laki didiagnosis menderita penyakit jantung sebelum berusia 55 tahun.
Atau, jika ibu atau saudara perempuan didiagnosis menderita penyakit jantung sebelum berusia 65 tahun.
3. Preeklampsia
Preeklempsia terjadi selama kehamilan. Dua tanda utama preeklampsia yaitu peningkatan tekanan darah dan kelebihan protein dalam urin.
Preeklampsia dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung seumur hidup, termasuk PJK (penyakit jantung koroner), penyebab serangan jantung, gagal jantung, dan tekanan darah tinggi.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.