Aturan CDC, Durasi Karantina Orang dalam Pantauan (ODP) Sudah Berubah!
Pandemi COVID-19 belum berakhir, hingga kini pemerintah dan ilmuwan di seluruh dunia masih terus mengupayakan banyak untuk menghambat penyebaran COVID-19 dan menghilangkan virus berbahaya tersebut.
Salah satu cara yang dilakukan ialah dengan memperbaharui aturan dalam menangani Orang Dalam Pantauan (ODP) COVID-19.
Baca Juga: Ketahui Perbedaan ODP, PDP, dan Suspect COVID-19
Pedoman Baru Terkait ODP
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengumpulkan bukti untuk pedoman dan aturan baru terkait masa isolasi dan pencegahan orang yang terinfeksi COVID-19 menggunakan metode berbasis gejala.
Pembaruan ini menggabungkan bukti terbaru untuk menginformasikan durasi isolasi dan tindakan pencegahan yang direkomendasikan untuk mencegah penularan SARS-CoV-2 kepada orang lain.
Selain itu, hal ini juga berguna untuk membatasi isolasi berkepanjangan dan uji laboratorium yang tidak diperlukan.
1. ODP Gejala Ringan hingga Sedang dengan Hasil Tes Negatif
Foto: Orami Photo Stocks
Jika sebelumnya orang-orang dengan gejala ringan hingga sedang setelah dites menunjukkan hasil negatif COVID-19 tak perlu melakukan isolasi, kini pedoman tersebut direvisi.
Hal tersebut dilakukan karena banyak bukti terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat memperlihatkan bahwa orang dengan gejala COVID-19 ringan hingga sedang tetap berpotensi menularkan COVID-19 selama 10 hari setelah timbul gejala.
Sedangkan orang dengan gejala yang lebih parah hingga kritis atau immunocompromise kemungkinan tetap menularkan virus ke orang lain 20 hari setelah timbul gejala.
2. ODP dengan Hasil Tes Positif Namun Tanpa Gejala
Foto: Orami Photo Stocks
Bagi orang yang dites COVID-19 dan hasilnya positif namun tidak memiliki gejala (OTG), isolasi dan tindakan pencegahan lainnya dapat dihentikan 10 hari setelah tanggal tes RT-PCR positif pertama mereka untuk RNA SARS-CoV-2.
"Bagi orang yang positif COVID-19, isolasi dan tindakan pencegahan lainnya dapat dihentikan 10 hari setelah onset gejala dan resolusi demam selama 24 jam tanpa menggunakan penurun demam atau gejala lainnya," tulis CDC dalam rilis resminya.
Meski begitu, hal ini dikecualikan bagi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah dan memungkinkan untuk menularkan virus ke orang lain dalam jangka waktu yang lebih lama.
"Untuk orang dengan kemampuan imun yang baik, saya cukup percaya diri dengan isolasi dan masa penanganan yang baik selama 10 hari, mereka tak lagi menularkan COVID-19 ke orang lain," ujar Dr. William Schaffner, seorang spesialis penyakit menular di Vanderbilt University.
Baca Juga: Menkes Umumkan Kategori OTG Virus Corona, Ini Pengertian dan Bahayanya Jika Tak Lakukan PSBB
3. Tes Negatif untuk Mengakhiri Masa Isolasi Tidak Diperlukan
Foto: Orami Photo Stocks
Joshua Barocas, seorang dokter penyakit menular di Boston Medical Center, mengatakan bahwa selama berbulan-bulan ini ia dan rekan sesama dokter lainnya merasa bahwa tes negatif untuk mengakhiri masa isolasi bukanlah solusi yang praktis.
Brett Giroir, asisten sekretaris kesehatan di Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan mengatakan bahwa tes negatif yang dilakukan oleh seseorang dengan COVID-19 diperlukan.
Apalagi setelah adanya penyebaran COVID-19 saat awal pandemi bagi orang yang sedang melakukan perjalanan laut di kapal pesiar.
Di sana, banyak orang dikarantina dalam satu lokasi.
"Tes negatif COVID-19 tidak lagi diperlukan secara medis," ujar Giroir.
4. Aturan Tes COVID-19 Setelah Isolasi atau Tindakan Pencegahan
Foto: Orami Photo Stocks
Bagi orang yang sebelumnya didiagnosis dengan gejala COVID-19 dan tetap asimptomatik (tanpa gejala) setelah pemulihan, pengujian ulang tidak dianjurkan dalam waktu 3 bulan setelah tanggal timbulnya gejala infeksi COVID-19. Selain itu, karantina mandiri tidak dianjurkan jika terjadi kontak dekat dengan orang yang terinfeksi.
Sedangkan orang dengan gejala baru COVID-19 yang konsisten selama 3 bulan setelah tanggal timbulnya gejala awal maka orang tersebut dapat melakukan tes ulang. Mesi demikian, konsultasi dengan ahli penyakit infeksi atau pengendalian infeksi dianjurkan.
Isolasi dapat dipertimbangkan setelah berkonsultasi dengan dokter yang menangani COVID-19 terutama jika gejala terus memburuk dalam 14 hari setelah kontak dekat dengan orang yang terinfeksi.
Untuk orang yang tidak pernah mengalami gejala (OTG), tanggal tes RT-PCR positif SARS-CoV-2 RNA harus digunakan untuk mengetahui tanggal awal gejala.
Baca Juga: Jokowi Gelar COVID-19 Rapid Test Massal, Ini 4 Faktanya
5. Peran Uji Serologis
Foto: Orami Photo Stocks
Tes serologis merupakan tes laboratorium untuk membantu memperkirakan berapa banyak orang yang terinfeksi COVID-19. Tes ini juga populer dengan sebutan tes antibodi. Menurut CDC, tes ini juga berperan untuk mengevaluasi kinerja tes antibodi.
Meski begitu, pengujian serologis tidak boleh digunakan untuk menentukan ada atau tidak adanya infeksi atau infeksi ulang SARS-CoV-2.
Itulah lima pedoman baru terkait perubahan aturan waktu isolasi dan penanganan ODP. Jika Moms memiliki gejala COVID-19 pastikan untuk segera memeriksakan diri ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.