Efek Samping Vaksin Sinovac dan Fakta Lain yang Moms Wajib Tahu!
Sebagian besar Moms mungkin sudah mendapatkan dua dosis vaksin COVID-19, dan salah satu vaksin yang cukup banyak dipakai warga Indonesia adalah Sinovac. Sebab, efek samping vaksin Sinovac yang lebih ringan.
Maka dari itu, banyak orang Indonesia yang kerap memilih menggunakan vaksin ini sebagai pelindung utama melawan virus corona.
Selain itu, WHO Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE) juga telah mengeluarkan rekomendasi sementara untuk penggunaan vaksin Sinovac ini.
Sebagai vaksin yang pertama tersedia di Indonesia, vaksin Sinovac telah berhasil melindungi banyak tenaga medis.
Jadi, tidak ada alasan untuk menolak vaksin ini.
Vaksin Sinovac adalah jenis vaksin yang mengandung virus SARS-CoV-2 yang sudah tidak aktif.
Saat seseorang disuntikkan vaksin Sinovac, maka akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk mengenali virus yang sudah tidak aktif ini.
Kemudian, akan memproduksi antibodi untuk melawannya.
Alhasil, Moms akan memiliki risiko terjangkit virus SARS-CoV-2 yang lebih rendah.
Baca Juga: Review 7 Masker Pelindung untuk Cegah Virus Corona, Mana yang Terbaik?
Efek Samping Vaksin Sinovac
Foto: Orami Photo Stock
Lantas, apa sajakah efek samping vaksin Sinovac yang bisa terjadi?
Berikut ini jenis efek yang mungkin akan Moms rasakan:
- Nyeri, kemerahan, atau bengkak di area lengan bekas suntikan.
- Demam.
- Badan terasa lelah.
- Nyeri otot.
- Sakit kepala.
- Mual.
- Muntah.
Jika ada efek samping vaksin Sinovac yang terjadi, maka Moms tidak perlu panik.
Sebab, umumnya efek samping vaksin Sionovac cukup ringan.
Moms bisa melakukan upaya penanganan dini di rumah.
Nah, langkah penanganan dini yang dimaksud, yaitu cukup istirahat dan minum obat penurun demam apabila dibutuhkan.
Selain itu, pastikan untuk cukup minum air putih.
Jika Moms merasakan nyeri di tempat bekas suntikan, usahakan tetap gerakan dan gunakan lengan seperti biasa.
Setelah melakukan penanganan dini, Moms bisa segera melaporkan temuan KIPI yang dialami ke Puskesmas atau ke sentral vaksinasi.
Kondisi ini bisa menjadi input evaluasi pelaksanaan vaksinasi ke depannya serta penanganan lebih lanjut.
Namun, apabila efeknya sangat mengkhawatirkan, ada baiknya Moms segera melakukan pemeriksaan dengan dokter sesegera mungkin.
Dokter bisa memberikan beberapa obat yang mungkin bisa membantu mencegah gejala semakin parah.
Baca Juga: 11 Varian Virus Corona Hasil Mutasi yang Sudah Tersebar di Dunia, Kenali Gejalanya!
Fakta Lain Mengenai Vaksin Sinovac
Vaksin Sinovac yang juga dikenal dengan nama CoronaVac sudah mendapatkan izin penggunaan darurat dari oleh WHO dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI.
Pada awal peluncurannya, vaksin Sinovac yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech Ltd.
Ini merupakan perusahaan farmasi asal China ini sudah melewati uji klinis fase ketiga yang dilakukan di Brazil, Turki, dan Indonesia.
Pada uji klinis fase ketiga di Indonesia, nilai efikasi vaksin atau efek perlindungan terhadap COVID-19 adalah sebesar 65,3%.
Angka ini lebih tinggi dari rekomendasi WHO, yakni sekitar 50 persen.
Meski tergolong lebih rendah daripada efikasi vaksin lainnya, vaksin ini sudah divalidasi untuk Daftar Penggunaan Darurat atau Emergency Use Listing (EUL) oleh WHO per 1 Juni 2021.
Kemudian pada 9 Juni 2021, vaksin tersebut disetujui untuk digunakan di 26 negara.
Baca Juga: 23 Manfaat Kencur, Penangkal Corona dan Meningkatkan Mortalitas Pria
Dosis dan Jadwal Pemberian Vaksin Sinovac
Foto: Orami Photo Stock
Begini dosis dan jadwal pemberian vaksin Sinovac di Indonesia:
- Vaksin Sinovac dapat diberikan kepada mereka yang berusia 18 hingga 59 tahun yang sedang dalam kondisi sehat. Bahkan untuk anak dan remaja, pemerintah Indonesia juga menggunakan vaksin ini.
- Vaksin diberikan sebanyak dua kali dengan jarak hanya 14 hari. Dosis dalam sekali suntik adalah 0,5 ml.
- Sementara itu, untuk lansia, yaitu orang berusia 60 tahun ke atas, vaksin tetap dilakukan sebanyak 2 kali, tetapi jaraknya 28 hari.
- Penggunaan vaksin Sinovac untuk lansia di atas 70 tahun masih dalam tahapan penelitian.
- Pemberian vaksin bisa ditunda jika Moms sedang demam (suhu tubuh >37,5 °C) atau memiliki tekanan darah di atas 140/90 mmHg.
- Vaksin Sinovac cukup aman untuk diberikan kepada penderita diabetes melitus tipe 2 terkontrol dengan nilai HbA1C di bawah 58 mmol/mol atau 7,5%.
- Vaksin Sinovac tidak dapat diberikan kepada penderita HIV yang memiliki nilai CD4 di bawah 200 atau yang nilai CD4-nya tidak diketahui.
- Pemberian vaksin untuk penderita penyakit paru-paru, seperti asma, PPOK, atau TBC, akan ditunda sampai kondisinya terkontrol.
- Untuk pasien TBC dapat menjalani vaksinasi jika sudah mengonsumsi obat antituberkulosis selama minimal 2 minggu.
Baca Juga: 5 Aktivitas di Dalam Rumah saat Pandemi Corona, Anti Bosan!
Cara Menyuntikkan Vaksin ke Tubuh
Vaksin Sinovac ini akan diberikan langsung oleh dokter atau petugas medis di bawah pengawasan dokter jadi terjamin aman.
Vaksin ini akan disuntikkan ke dalam otot.
Nah, area kulit yang akan disuntikkan vaksin juga harus dibersihkan dengan alcohol swab sebelum dan sesudah penyuntikan.
Alat suntik sekali pakai yang sudah selesai digunakan akan dibuang ke dalam safety box tanpa ditutup kembali jarumnya.
Perlu Moms pahami juga bahwa vaksin ini tidak mengandung pengawet.
Jika ada bagian yang tersisa pada botol vaksin Sinovac dosis tunggal, maka sisa vaksin tersebut harus dibuang setelah vaksin selesai digunakan.
Baca Juga: 11 Cara Menjaga Kesehatan Mental Anak di Tengah Pandemi COVID-19
Untuk mengantisipasi terjadinya efek samping vaksin Sinovac atau Kejadian Ikutan Pascaimunisasi (KIPI) yang serius, penerima vaksin diminta untuk tetap tinggal di tempat layanan vaksinasi untuk jangka waktu selama 30 menit sesudah divaksin.
Semoga penjelasan tentang efek samping vaksin Sinovac dan fakta di atas membantu Moms, ya!
- https://newssetup.kontan.co.id/news/efek-samping-sinovac-vaksin-covid-19-rekomendasi-bpom-untuk-anak-usia-6-11-tahun
- https://www.alodokter.com/vaksin-sinovac
- https://katadata.co.id/safrezi/berita/61d5669ec9c43/selain-mual-dan-demam-inilah-efek-samping-vaksin-sinovac
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.