04 Oktober 2024

Khutbah Jumat Rabiul Akhir: Rasa Cinta untuk Rasulullah

Bisa menambah ilmu dan wawasan baru Dads
Khutbah Jumat Rabiul Akhir: Rasa Cinta untuk Rasulullah

Foto: Freepik

Khutbah Jumat bulan Rabiul Akhir tentu harus Dads ketahui karena umat Islam di Indonesia sudah memasuki bulan Rabiul Akhir.

Sebagai umat muslim, mengetahui peristiwa di bulan ini tentu merupakan hal penting, ya.

Mengetahui hal ini juga bisa meningkatkan keimanan kepada Allah SWT dan keyakinan terhadap Islam.

Untuk itu, yuk, simak khutbah salat Jumat di bawah ini, seperti mengutip dari NU Online.

Baca Juga: 15 Poster Maulid Nabi 2024 untuk Dibagikan ke Media Sosial

Khutbah Jumat Rabiul Akhir

Pastikan direnungkan juga, ya Dads.

Pria Muslim Sholat
Foto: Pria Muslim Sholat (Istockphoto.com)

Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang Berbahagia,

Salah satu tanda dan bukti nyata dari keimanan dan ketakwaan seseorang kepada Allah SWT adalah kecintaan yang mendalam kepada Allah dan Rasul-Nya.

Cinta kepada Rasulullah SAW adalah sesuatu yang sangat ditekankan dalam Islam, bahkan tidak akan sempurna iman seseorang hingga ia mencintai Rasulullah lebih dari segala sesuatu yang ada di dunia ini, termasuk diri sendiri.

Seperti yang disebutkan dalam sebuah hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:

"Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian hingga aku lebih ia cintai daripada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia." (HR. Bukhari)

Hadis ini menunjukkan betapa besar hak Rasulullah SAW atas umatnya. Rasulullah tidak hanya hadir sebagai pembawa risalah, tetapi juga sebagai teladan utama bagi kita semua.

Kecintaan kepada beliau tidak hanya diukur melalui pengakuan lisan semata, tetapi harus tercermin dalam setiap tindakan, pemikiran, dan perilaku kita sehari-hari.

Kita harus menempatkan Rasulullah sebagai panutan tertinggi, menjadikan kecintaan kepada beliau sebagai prioritas dalam hidup kita, bahkan di atas kecintaan kepada orang tua, anak-anak, pasangan, harta, dan diri kita sendiri.

Cinta yang Hakiki kepada Rasulullah SAW

Mencintai Rasulullah SAW bukan hanya soal memuji beliau, tetapi bagaimana kita mengikuti seluruh ajarannya dan mengimplementasikan sunnah-sunnah beliau dalam kehidupan sehari-hari.

Cinta kepada Rasulullah adalah bentuk pengabdian yang diwujudkan dengan ketaatan kepada perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya, serta menjauhi segala bentuk larangan yang telah disampaikan dalam syariat.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, barangsiapa yang mencintai beliau, maka ia akan bersamanya di akhirat.

Ini adalah bentuk balasan yang luar biasa bagi orang yang benar-benar mencintai Nabi dengan tulus. Rasulullah SAW juga menjadi syafaat bagi umatnya yang mencintai dan mengikuti sunnah-sunnahnya.

Mencintai Ahlul Bait Rasulullah SAW

Selain mencintai Rasulullah SAW, umat Islam juga diajarkan untuk mencintai keluarga beliau, yang dikenal dengan istilah Ahlul Bait.

Ahlul Bait Rasulullah SAW terdiri dari istri-istri, anak-anak, dan keturunan beliau yang telah disucikan oleh Allah SWT. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan menyucikan kamu sesuci-sucinya.” (QS Al-Ahzab: 33)

Ayat ini menegaskan bahwa keluarga Rasulullah SAW memiliki kedudukan istimewa dalam Islam.

Kecintaan kepada Ahlul Bait adalah salah satu bentuk pengagungan terhadap Nabi Muhammad SAW, karena mereka adalah orang-orang yang dekat dengan beliau, yang telah disucikan oleh Allah SWT.

Banyak dari ulama besar dan tokoh agama Islam yang berasal dari keturunan Rasulullah, sehingga kita harus menghormati dan mencintai mereka sebagai bagian dari kecintaan kita kepada Rasulullah.

Implementasi Cinta kepada Rasulullah dalam Kehidupan Sehari-hari

Hadirin yang dirahmati Allah, mencintai Rasulullah SAW harus diwujudkan dengan mengikuti jejak beliau dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Hal ini bisa kita lakukan dengan memperbanyak salawat kepada Nabi, memperdalam ilmu agama dengan mempelajari hadis-hadis beliau, serta mengamalkan sunnah-sunnah beliau dalam setiap aspek kehidupan kita.

Rasulullah SAW telah memberikan contoh yang sangat lengkap dalam semua dimensi kehidupan, baik itu dalam hal ibadah, muamalah, keluarga, sosial, maupun akhlak.

Dengan meneladani beliau, kita akan mendapatkan berkah dalam setiap langkah kita di dunia, dan lebih penting lagi, kita akan mendapatkan syafaat dari beliau di akhirat kelak.

Sebagai umat Islam, kita juga harus menjadikan momen-momen penting seperti hari kelahiran Rasulullah, atau saat kita merayakan Maulid Nabi, sebagai waktu untuk memperdalam cinta kita kepada beliau.

Mengingat jasa-jasa Rasulullah SAW dalam menyampaikan risalah Islam kepada umat manusia, dan merenungkan betapa besar perjuangan beliau dalam menegakkan agama Allah, akan semakin menumbuhkan kecintaan yang tulus dalam hati kita.

Syarat Khutbah Jumat

Salat di Masjid
Foto: Salat di Masjid (Istockphoto.com)

Khutbah Jumat memiliki 12 syarat yang harus terpenuhi. Apa saja, Dads?

1. Khatib Harus Laki-Laki

Syarat ini juga berlaku selain khutbah Jumat, seperti khutbah salat hari raya dan salat gerhana.

Dengan demikian, tidak sah apabila khutbah dilakukan oleh perempuan.

Syekh al-Qalyubi mengatakan:

ويشترط كون الخطيب ذكرا أو كونه تصح إمامته للقوم كما قاله شيخنا الرملي واعتمده شيخنا الزيادي الى ان قال وشرط الذكورة جار في سائر الخطب كالإسماع والسماع وكون الخطبة عربية

“Disyaratkan khathib seorang laki-laki atau orang yang sah menjadi imam bagi jamaah sebagaimana yang dikatakan Syekh al-Ramli dan dibuat pegangan oleh guru kami Syekh al-Zayadi.

Syarat ini berlaku juga di selain khutbah Jumat sebagaimana syarat khutbah harus diperdengarkan dan didengar oleh jemaah serta syarat harus berbahasa Arab,” (Syekh al-Qalyubi, Hasyiyah al-Qalyubi ‘ala al-Mahalli, juz 1, hal. 322).

2. Khutbah Dapat Didengar Seluruh Jamaah

Khutbah Jumat disyaratkan harus dengan suara yang keras.

Sekiranya dapat didengar oleh jamaah Jumat yang mengesahkan pelaksanaan salat Jumat.

Yaitu setiap muslim yang baligh, berakal, merdeka, berjenis kelamin laki-laki, dan bertempat tinggal tetap (mukim mastautin). 

Baca Juga: Sholat Istikharah: Hukum, Niat, Rukun, dan Tata Caranya

3. Khutbah Berada di Tempat Pelaksanaan Salat Jumat

Penyampaian khutbah Jumat harus berada di kawasan tempat pelaksanaan Jumat.

Maksudnya, posisi khatib harus berada di titik yang masih tergolong wilayah pelaksanaan Jumat.

Meski jemaah Jumat mendengarkan khutbah di luar kawasan Jumat, khutbah tetap sah, asalkan khatib menyampaikannya di kawasan pelaksanaan Jumat.

4. Khatib Harus Suci

Syarat keempat adalah, khatib harus suci dari dua hadas, baik hadas besar maupun kecil.

5. Khatib Suci Dari Najis

Suci dari najis berarti khatib harus sudah mandi besar bila baru saja bersentuhan dengan barang najis, maupun melakukan tindakan yang membuat salat tidak sah.

6. Menutup Aurat

Syarat khutbah Jumat menutup aurat juga berlaku tidak hanya khatib tapi juga jemaah salat Jumat.

7. Berdiri Bagi yang Mampu

Khutbah Jumat dilakukan oleh khatib yang mampu berdiri, serta bersuara lantang.

8. Duduk di Antara Dua Khutbah

Khutbah Jumat dilaksanakan dua kali. Di antara kedua khutbah, harus dipisah dengan duduk.

Standar duduk di antara dua khutbah seperti tuma'ninah dalam salat.

9. Rukun Khutbah

Sebagai syarat khutbah, rukun-rukun khutbah Jumat harus dibaca secara berkesinambungan, tidak boleh ada jeda atau pemisah berupa pembicaraan lain yang menyimpang dari khutbah.

Baca Juga: Ini Tata Cara dan Niat Mandi Salat Jumat, Catat Yuk Dads!

10. Perhatikan Waktu Khutbah

Jarak antara waktu khotbah Jumat dengan salat Jumat tidak boleh terlalu lama, harus sesingkat mungkin.

11. Pelafalan Rukun Khutbah Jumat dengan Bahasa Arab

Syarat khutbah Jumat ini juga tidak boleh tidak diikuti. Rukun-rukun khutbah harus dihafalkan dalam bahasa Arab.

Sementara itu, isi khutbah Jumat boleh disampaikan dengan bahasa lain.

12. Waktu Pelaksanaan

Untuk pelaksanaan khutbah Jumat, harus dilakukan di waktu Zuhur.

Rukun Khutbah Jumat

Salat Sunnah di Masjid
Foto: Salat Sunnah di Masjid (Thestar.com)

Tidak hanya menerapkan syarat-syarat khutbah Jumat, ada pula rukun khutbah Jumat yang harus dilaksanakan.

Rukun dua khutbah Jumat, yaitu:

1. Mengucap Puji-Pujian

Rukun khutab Jumat yang pertama adalah mengucapkan puji-pujian kepada Allah SWT.

Ini adalah keterangan amal Rasulullah yang diriwayatkan oleh Muslim.

2. Mengucap Syahadat

Rukun khutbah Jumat kedua adalah syahadat, dengan bersaksi tidak ada Tuhan yang sebenarnya melainkan Allah SWT dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah pesuruh-Nya.

Rasulullah SAW bersabda:

كُلُّ خُطْبَةٍ لَيْسَ فِيهَا تَشَهُّدٌ فَهِيَ كَالْيَدِ الْجَذْمَاءِ

“Tiap-tiap khutbah yang tidak ada tasyahud (syahadat) padanya, maka khutbah itu seperti tangan yang terpotong,” (HR Abu Dawud).

3. Berwasiat (Nasihat)

Berwasiat (nasihat) dengan takwa dan mengajarkan apa-apa yang perlu kepada pendengar khutbah Jumat, sesuai dengan keadaan tempat dan waktu.

Isinya baik urusan agama maupun urusan dunia, seperti:

  • Ibadah kesopanan
  • Pergaulan
  • Perekonomian
  • Pertanian
  • Siasat

Isi khutbah Jumat tersebut harus menggunakan bahasa yang mampu dipahami pendengarnya dengan baik.

4. Membaca Ayat Al-Qur'an pada Salah Satu Kedua Khutbah

Dalam sebuah haids yang diriwayatkan Muslim disebutkan:

لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُطْبَتَانِ كَانَ يَجْلِسُ بَيْنَهُمَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيُذَكِّرُ النَّاسَ حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ قَائِمًا ثُمَّ يَقْعُدُ قَعْدَةً لَا يَتَكَلَّمُ وَسَاقَ الْحَدِيثَ

"Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa dan Utsman bin Abi Syaibah sedangkan makna hadisnya dari Abu Al Ahwash telah menceritakan kepada kami.

Dari Jabir bin Samurah dia berkata;

'Nabi shallallahu 'alaihi wasallam biasa menyampaikan 2 kali khutbah, beliau duduk di antara 2 khutbah tersebut, beliau membaca Al-Qur'an dan memberi peringatan kepada orang-orang."

Telah menceritakan kepada kami Abu Kamil telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Simak bin Harb dari Jabir bin Samurah dia berkata;

Saya melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam khutbah dengan berdiri kemudian duduk, beliau tidak mengatakan sepatah kata pun.

Kemudian, dia melanjutkan hadis tersebut'."

5. Berdoa

Rukun khutbah Jumat yang terakhir adalah berdoa untuk mukmin dan mukminat pada khutbah yang kedua.

Sebagian ulama berpendapat bahwa doa dalam khutbah tidak wajib sebagaimana juga di lain khutbah, tidak wajib.

Baca Juga: Kumpulan Surat yang Dibaca Hari Jumat, Yuk Amalkan!

Semoga khutbah Jumat bulan Jumadil Awal ini memberikan manfaat dan membekali kita dengan semangat meningkatkan ketakwaan

Demikian contoh teks khutbah bulan Jumadil Awal yang bisa Dads jadikan referensi. Semoga membantu, ya!

  • https://jakarta.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-bulan-maulid-momentum-hidupkan-sunnah-nabi-4DIOg
  • https://kemenag.go.id/islam/khutbah-jumat-maulid-nabi-kelahiran-sang-pembawa-rahmat-KAplC

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.