09 Agustus 2023

Kisah Abu Nawas tentang Neraka, Berisi Larangan Menghakimi

Disajikan dengan cerita lucu tapi sarat makna

Kisah Abu Nawas terkenal di seantero dunia. Tak hanya bikin ketawa, ternyata ada banyak makna yang bisa diambil, lho!

Abu Nawas merupakan seorang penyair Arab klasik yang populer berkat kepribadiannya yang jenaka dan kisah-kisah lucu dalam hidupnya.

Penasaran dengan kisah-kisah pujangga paling tersohor ini?

Yuk, simak berbagai kisah Abu Nawas yang menghibur tapi penuh makna berikut ini!

Baca Juga: Sinopsis Losmen Melati, Kisah Penginapan Misterius Tahun 1997

Kisah Abu Nawas Menjual Matahari

Kisah Abu Nawas
Foto: Kisah Abu Nawas (Islami.co)

Abu Nawas hidup pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid, seorang raja dari dinasti Abassiyah.

Dikisahkan dalam buku Kisah Lucu Kecerdasan Abu Nawas karya Sukma Hadi Wiyanto, Abu Nawas terkenal dekat dengan sang raja dan tingkah lucunya sering membuat sang raja tertawa.

Kisah Abu Nawas ini bermula saat sebagian penduduk Baghdad berkumpul di depan istana Khalifah Harun Al-Rasyid.

Mereka bersorak seraya meminta agar Abu Nawas ditangkap.

Hal ini lantaran mereka protes dengan baliho raksasa di depan rumah Abu Nawas yang bertuliskan, "Dijual Cepat: Matahari Baghdad, Siapa Cepat Dapat Bonus Anak Unta".

Baca Juga: Deretan Jokes Lucu yang Menghibur dan Menghangatkan Suasana

Sebagian penduduk lainnya justru merasa panik, takut tak akan bisa hidup lagi jika matahari Baghdad dijual.

Jika pindah ke Zakhu, mereka khawatir akan ketinggalan zaman karena infrastruktur di sana tak secanggih di Baghdad.

Sang raja pun memanggil Abu Nawas dan bertanya, "Kamu serius mau menjual matahari?"

Seraya memandangi massa di depan istana, Abu Nawas menjawab dengan yakin.

"Benar, baginda raja, supaya kita bisa ikut cara mereka menggunakan otak".

"Maksudnya?" Khalifah Harun Al-Rasyid kembali bertanya.

"Begini baginda. Apakah baginda senang infrastruktur di Baghdad terbangun dengan hebat di zaman baginda?

Baca Juga: Film Smile, Kisah Senyuman 'Kutukan' yang Menghantui

Baginda bangga menjadi teladan buat rakyat bahwa selama ini baginda tidak korupsi?

Baginda senang tidak menunjukkan keserakahan dengan menguasai ratusan ribu hektar padang pasir, padahal baginda bisa melakukannya dengan kekuasaan yang sekarang baginda genggam?" jelas Abu Nawas panjang lebar.

Khalifah Harun Al-Rashyid justru menjadi bingung dan menanyakan maksud Abu Nawas itu.

"Jika baginda turun dan tanya langsung ke massa yang sekarang demo, ketahuilah bahwa mereka akan jawab buat apa bangun infrastruktur? Infrastruktur tidak bisa dimakan!

Jalan-jalan mulus, puluhan bendungan yang dibanggakan, lapangan terbang, rel kereta api di Korramabad, pasar-pasar di Kirkuk, semua itu percuma. Tidak bisa dimakan!" jelas Abu Nawas.

Baca Juga: 10+ Kombinasi Warna Abu-abu, Cocok untuk Rumah Minimalis!

Khalifah Harun Al-Rasyid justru balik bertanya, "Lalu, apa hubungannya dengan menjual matahari?"

Dalam Kisah Abu Nawas ini, ia kembali menjelaskan bahwa semua yang dianggap raja sebagai prestasi justru merupakan sebuah pemborosan.

Pasalnya, penduduk terbiasa melihat prestasi di ruang gelap.

Di ruang gelap, gadis cantik tak terlihat, sebatang emas bisa dianggap besi, apalagi jika cara melihatnya sambil bergelantungan.

"Bagaimana mungkin mereka menuduhku memusuhi ulama, padahal wakilku sekarang adalah ulama besar?"

Khalifah Harun Al-Rasyid hanya terdiam, lalu Abu Nawas lanjut menjelaskan.

"Percayalah baginda, hanya dengan melihat segala sesuatu di kegelapan, baginda akan paham mengapa selama ini mereka melihat infrastruktur megah hingga pemerataan pembangunan, semua sama sekali tidak berguna karena tidak bisa dimakan.

Baca Juga: Cerita Rakyat Malin Kundang, Kisah Anak Durhaka pada Ibu

Mohon jangan katakan jika infrastruktur memang tak bisa dimakan.

Justru, dengan infrastruktur yang ada, kita bisa semakin mudah mencari makan.

Itulah cara berpikir yang rasional dan normal, paduka," jelas Abu Nawas panjang lebar.

Penduduk yang berkumpul di depan istana semakin membludak.

Khalifah Harun Al-Rasyid terdiam, lantas memberi isyarat membenarkan ucapan Abu Nawas.

"Jadi, boleh saya menjual matahari?" ungkapnya.

Kisah Abu Nawas ini menunjukkan bahwa sang pujangga merupakan seorang pribadi yang cerdas dan peduli.

Mimpi tidak akan nyata hanya dengan keajaiban, tapi juga tekad yang bulat dan kerja keras untuk mewujudkannya.

Baca Juga: 3 Cerita tentang Kejujuran yang Singkat untuk Anak

Kisah Abu Nawas Mencari Neraka di Siang Hari

Ilustrasi Gerhana Matahari (Orami Photo Stocks)
Foto: Ilustrasi Gerhana Matahari (Orami Photo Stocks)

Abu Nawas tampak berhenti seraya celingak celinguk di setiap sudut rumah.

Terlihat di tangannya membawa lampu minyak yang digoyang-goyangkan.

Setelah itu, ia kembali berjalan sambil membawa lampu tersebut di tangan.

Tingkah Abu Nawas ini tentu membuat penduduk Baghdad geger.

Bagaimana mungkin orang secerdas Abu Nawas berjalan sambil membawa lampu di siang hari?

Para penduduk merasa heran dan menganggap Abu Nawas mulai gila. Namun, Abu Nawas tak peduli.

Keesokan harinya, pujangga Baghdad ini keluar rumah lebih pagi dan tetap membawa lampu minyak di tangannya.

Baca Juga: 4 Rest Area Arah Bandung: Tarif dan Fasilitasnya


Beberapa orang masih menganggap Abu Nawas waras, sehingga hanya menanyakan perilaku anehnya ini.

"Saya sedang mencari neraka," jawab Abu Nawas singkat.

Pada hari ketiga, Abu Nawas masih melakukan hal yang sama.

Ia tampak celingak-celinguk di rumah orang sambil membawa lampu minyak yang digoyang-goyangkan.

Penduduk mulai tak sabar, terlebih undang-undang Baghdad melarang orang gila berkeliaran.

Abu Nawas pun ditangkap dan diserahkan ke istana.

Khalifah Harun merasa malu dan bertanya dengan nada keras, "Abu Nawas, apa yang kamu lakukan dengan minyak itu siang-siang begini?"

"Hamba mencari neraka, paduka yang mulia," jelas Abu Nawas lancar, tanpa menunjukkan tanda-tanda kegilaan.

Baca Juga: Viral Anak Autis Dijepit, Ini Tanggapan dan Jawaban Psikolog

"Kamu gila, Abu Nawas!"

"Tidak paduka, merekalah yang gila," bela Abu Nawas.

"Siapa mereka?" Khalifah Harun justru dibuat bingung.

Abu Nawas meminta penduduk yang menangkapnya tadi dikumpulkan di depan istana.

Setelah mereka berkumpul, Abu Nawas yang didampingi khalifah Harun mendatangi mereka.

"Wahai kalian yang mengaku waras. Apakah kalian selama ini menganggap orang lain yang berbeda pikiran dan pilihan dengan kalian adalah munafik?" teriak Abu Nawas kepada orang-orang di depannya.

"Benaaarr," jawab penduduk kompak.

"Apakah kalian juga menyatakan pada munafik itu sesat?"

"Betuuul. Dasar sesat!"

"Jika mereka munafik dan sesat, apa konsekuensinya?"

Baca Juga: 15+ Contoh Puisi Cinta Romantis, Bikin Makin Cinta!

Salah satu dari kumpulan penduduk itu menjawab," Hai Abu Nawas, kamu gila, ya? Orang munafik pasti masuk neraka! dasar munafik, kamu!"

Dalam kisah Abu Nawas ini, sang pujangga diceritakan tetap bisa bersikap tenang di tengah kegaduhan yang terjadi.

Kali ini, ia justru mengangkat tinggi-tinggi lampu di tangannya seolah mencari sesuatu.

"Jika saya munafik, sesat, dan masuk neraka, di mana neraka yang kalian maksud? Punya siapa neraka itu?"

Penduduk di depan khalifah Harun merasa diledek dengan perilaku Abu Nuwas.

"Hai, Abu Nawas. Tentu saja neraka ada di akhirat dan itu milik Allah. Kenapa masih bertanya?"

Abu Nawas bergeming. "Paduka, mohon maaf," ujar Abu Nawas kepada khalifah Harun.


Baca Juga: Sinopsis Backstreet Rookie, Drama Laris Penuh Kontroversi

"Tolong sampaikan kepada mereka, jika neraka ada di akhirat dan yang punya neraka itu Allah.

Kenapa mereka di dunia ini gemar menentukan orang lain masuk neraka?

Apakah mereka ini asisten Allah yang tahu bocoran catatan Allah?

Atau jangan-jangan merekalah yang gila?"

Khalifah Harun Al-Rasyud tertawa kecil. Ia masih percaya bahwa Abu Nawas adalah pria yang jenaka.

"Abu Nawas, besok siang lanjutkan mencari neraka. Jika sudah ketemu, jebloskan orang-orang ini ke dalamnya."

Kisah Abu Nawas yang satu ini memberikan pesan bahwa janganlah mudah menghakimi orang lain.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Wisata Sulawesi Selatan, Surganya Pantai!

Kisah Abu Nawas Jalan ke Neraka

Ilustrasi Neraka
Foto: Ilustrasi Neraka (Pixabay.com)

Kisah Abu Nawas tentang neraka diceritakan dalam sudut pandang yang lain.

Suatu ketika, Abu Nawas ditanya seseorang, "Kapan kamu mati?

"Maaf, mungkin Tuan bisa menjelaskan sedikit tentang pertanyaan Tuan tadi," pinta Abu Nawas dengan mimik serius.

"Begini, kalau kamu mati, saya mau titip surat untuk mendiang ayah saya yang telah meninggal beberapa tahun lalu," ujar lawan bicaranya itu.

"Terima kasih sebelumnya atas kepercayaan Tuan. Namun, maaf sekali, dengan sangat terpaksa keinginan Tuan tidak bisa kupenuhi."

"Kenapa?" tanya Tuan kepada Abu Nawas.

Abu Nawas menjawab dengan santai, "Sebab aku tak tahu jalan ke neraka Jahanam".

Baca Juga: 4 Manfaat Setrika Wajah, Tertarik untuk Mencobanya?

Wajah orang yang dipanggilnya Tuan itu mendadak merah padam, lalu seketika pergi.

Pernyataan nyeleneh dari Tuan kepada Abu Nawas kembali dijawab dengan cara yang sama.

Itulah pintarnya sang pujangga Baghdad.

Ia selalu bisa membalas setiap pertanyaan dengan cerdas dan penuh makna.

Nah, itu dia kumpulan kisah Abu Nawas tentang neraka yang memiliki makna mendalam. Semoga menginspirasi, ya Moms!

  • https://books.google.co.id/books/about/Kisah_Lucu_KECERDASAN_Abu_Nawas.html?id=EP5LEAAAQBAJ&redir_esc=y
  • https://iainutuban.ac.id/2021/12/03/kisah-abu-nawas-menipu-tuhan/
  • https://jabar.nu.or.id/kuluwung/kisah-raja-yang-terkejut-melihat-abu-nawas-seperti-anti-hujan-1qQ9W
  • https://sekolahnesia.com/cerita-abu-nawas/
  • https://www.detik.com/hikmah/kisah/d-6825471/kisah-abu-nawas-yang-ingin-menjual-matahari

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.