4 Kontroversi Vaksin Nusantara, BPOM Versus Terawan dan Politisi
Vaksin Nusantara sedang menjadi bahan pembicaraan hangat di tengah masyarakat.
Pemerintah Indonesia telah mendatangkan vaksin COVID-19 yang kini sudah dilakukan program vaksinasi untuk meningkatkan kekebalan kelompok (herd immunity) sebagai upaya menekan angka infeksi COVID-19.
Namun, saat ini tengah terjadi kontroversi terkait vaksin Nusantara yang digagas oleh Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
Kontroversi ini terjadi lantaran BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) memastikan kalau vaksin berbasis sel dendritik itu belum bisa melanjutkan ke fase II.
Sementara, Terawan ingin mempromosikan vaksin ini dengan menggunakan sejumlah politisi dan publik figur.
Kepala Badan POM, Penny Kusumastuti Lukito mengatakan hasil penilaian vaksin berbasis sel dendritik itu belum bisa melanjutkan ke fase II.
"Jawaban kami sebagaimana hasil penilaian Badan POM uji klinis I vaksin dendritik belum bisa melanjutkan ke tahap II," kata Penny dalam konferensi Pers Vaksin Merah Putih secara virtual, seperti yang dikutip dari CNBC Indonesia.
Simak lebih lanjut tentang kontroversi lain dari vaksin Nusantara berikut ini, Moms.
Baca Juga: 3 Kontroversi Vaksin AstraZeneca-Oxford, Apa Saja?
1. Tetap Melanjutkan ke Fase II Meski Terjadi KTD
Foto: Orami Photo Stock
Kontroversi mengenai vaksin Nusantara muncul setelah uji klinik fase kedua vaksin Nusantara tetap dilanjutkan, meski belum mendapatkan izin atau Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) dari BPOM.
Padahal, mengutip Detik Health, data uji klinis fase I mengungkap kejadian tidak diinginkan (KTD) pada 71,4 persen relawan uji klinis termasuk yang paling mendapat sorotan.
Data terkait kemanan vaksin Nusantara diungkap dalam diskusi antara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dengan para peneliti vaksin Nusantara, pada Jumat, 16 Maret 2021.
Dari 28 subjek penelitian, sebanyak 20 relawan mengalami KTD dengan kategori 1 dan 2. Beberapa relawan uji klinis vaksin Nusantara juga mengalami KTD kategori 3 dengan rincian sebagai berikut:
Kejadian tidak diinginkan kategori 3:
- 6 subjek mengalami hipernatremi
- 2 subjek mengalami peningkatan Blood Urea Nitrogen (BUN)
- 3 subjek mengalami peningkatan kolesterol
Kejadian tidak diinginkan kategori 1 dan 2:
Nyeri lokal, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri kepala, penebalan, kemerahan, gatal, petechiae (ruam), lemas, mual, demam, batuk, serta pilek dan gatal.
"Kejadian yang tidak diinginkan pada grade 3 merupakan salah satu kriteria penghentian pelaksanaan uji klinik yang tercantum pada protokol uji klinik," sebut Penny dalam rilis pada Rabu (14/4/2021).
Baca Juga: Aplikasi yang Sediakan Pendaftaran Vaksin COVID-19 untuk Lansia
2. Melibatkan Politisi dan Publik Figur
Foto: Orami Photo Stock
Diketahui, sejumlah politisi dan publik figur nampaknya memberikan dukungan terhadap pengembangan vaksin Nusantara ini.
Sejumlah anggota Komisi IX DPR RI bahkan menjadi relawan dalam pengembangan vaksin. Sampel darah mereka diambil di RSPAD Gatot Soebroto.
Selain itu, banyak pula nama-nama besar yang lolos screening dan ikut diambil darahnya, seperti eks Ketua Umum Golkar Abu Rizal Bakrie, eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo, politisi Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad, politisi PDI Perjuangan Adian Napitupulu dan tidak terkecuali Anang dan Ashanty.
3. Dukungan Kepada BPOM
Foto: Orami Photo Stock
Sekitar lebih dari 100 tokoh dengan berbagai latar belakang pada Minggu, 18 April 2021 memberi dukungan terhadap BPOM terkait kontroversi pengujian vaksin Nusantara.
Salah satu tokoh yang ikut terlibat pernyataan dukungan terbuka terhadap BPOM dalam kontrversi pengujian vaksin Nusantara adalah mantan Wakil Ketua KPK Erry Riyana Hardjapamekas.
Dalam pernyataannya, Erry menekankan pentingnya disiplin dan integritas keilmuan dalam pengujian vaksin.
Selain itu, Erry mengapresiasi semua usaha dalam penciptaan vaksin, hanya saja ia mengingatkan, perlunya taat prosedur seperti yang diatur oleh BPOM.
Baca Juga: Antibodi dari Vaksin COVID-19 Terdeteksi di ASI, Si Kecil Berpotensi Kebal COVID-19!
4. Didukung oleh Sejumlah Politisi
Foto: Orami Photo Stock
Sementara ada kontra, banyak pula yang pro terhadap vaksin Nusantara inisiasi Terawan.
Anggota Komisi IV DPR yang juga Mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menyatakan, dukungannya kepada vaksin Nusantara untuk digunakan dalam program vaksinasi nasional di Indonesia.
Dedi menilai mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang menggagas vaksin Nusantara ini adalah sosok yang pemikirannya di luar kebiasaan atau out of the box.
Menurutnya, penggunaan vaksin Nusantara harus diapresiasi sebagai upaya untuk menghindari COVID-19, seperti yang dikutip dari Kompas TV.
Selain itu, ada juga nama-nama besar lain seperti eks Ketua Umum Golkar Abu Rizal Bakrie, eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo, politisi Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad, politisi PDI Perjuangan Adian Napitupulu hingga Siti Fadillah Supari, Mantan Menteri Kesehatan era Presiden RI Ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono.
Itu dia Moms, kontroversi mengenai vaksin Nusantara yang tengah ramai dibicarakan.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.