04 November 2024

36 Nama Pahlawan Nasional Indonesia, Kenalkan pada Anak!

Yuk, ajarkan pada Si Kecil, Moms!

Mengenalkan nama dan kisah para pahlawan nasional pada Si Kecil sangatlah penting.

Dengan Moms mengenalkan nama dan kisah pahlawan pada Si Kecil, mereka dapat menghargai jasa-jasanya.

Apalagi, banyak teladan yang bisa diambil dari pahlawan tersebut.

Mulai dari semangat juang mempertahankan Tanah Air hingga sikap penuh keberanian dan kebijaksanaan.

Nah, berikut daftar nama pahlawan nasional yang bisa jadi pengetahuan sekaligus contoh untuk anak-anak Moms di rumah.

Daftar Nama Pahlawan Nasional

Siapa sajakah yang termasuk dalam daftar pahlawan dan seperti apa kisahnya? Simak selengkapnya.

1. Soekarno

Soekarno Pahlawan Nasional
Foto: Soekarno Pahlawan Nasional (Id.wikipedia.org)

Sosok Soekarno merupakan pahlawan nasional yang berperan penting dalam memperjuangkan kemerdekaan Tanah Air.

Rasa cinta Soekarno pada Indonesia sangat tinggi.

Meskipun berulang kali dipenjara dan diasingkan, namun ia tidak pernah menyerah untuk melawan Belanda.

Dari Soekarno pula, lahir gagasan konsep Pancasila sebagai dasar negara.

Ia juga merumuskan UUD 1945 dan dasar-dasar pemerintahan Indonesia termasuk naskah proklamasi Kemerdekaan.

Moms bisa mengajak Si Kecil untuk meniru nasionalisme dari Bung Karno agar mereka lebih mencintai tanah kelahirannya.

2. Mohammad Hatta

Moh Hatta Pahlawan Nasional
Foto: Moh Hatta Pahlawan Nasional (Id.wikipedia.org)

Mendampingi Soekarno, Bung Hatta menjadi wakil presiden Indonesia pertama.

Ia dikenal sebagai sosok yang pendiam dan sederhana.

Meskipun begitu, Bung Hatta memiliki wawasan yang sangat luas. Hal ini tidak lepas dari kegemarannya membaca buku.

Sejak berusia 17 tahun, Hatta telah mengoleksi berbagai buku bacaan.

Hatta merupakan pahlawan nasional Indonesia yang menggunakan buku sebagai referensi pemikirannya dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Nah, Moms dapat meniru kebiasaan membaca buku ini pada Si Kecil agar ia memiliki pengetahuan yang luas seperti Bung Hatta!

Baca Juga: Sejarah Perang Aceh: Penyebab, Tokoh, Kronologinya

3. R.A Kartini

Raden Ajeng Kartini Pahlawan Nasional
Foto: Raden Ajeng Kartini Pahlawan Nasional (Id.wikipedia.org)

Raden Adjeng Kartini merupakan putri dari R.M Sosroningrat, Bupati Jepara.

Sebagai keturunan bangsawan, Kartini mendapat hak untuk bersekolah.

Namun, sesuai dengan tradisi yang berlaku pada masa itu, ia hanya boleh bersekolah hingga usia 12 tahun.

Setiap anak perempuan harus tinggal di rumah untuk menjalani masa pingitan.

Kartini tidak menyukai tradisi tersebut. Ia ingin melihat perempuan pribumi mendapat kebebasan dan kesetaraan.

Termasuk hak untuk belajar dan menuntut ilmu.

Kartini pun berusaha untuk memajukan perempuan dengan mendirikan sekolah.

Gagasan-gagasan Kartini tentang emansipasi wanita yang tertuang dalam bukunya pun sangat berpengaruh hingga saat ini.

Ini juga yang membuatnya menjadi bagian dari jajaran pahlawan nasional Indonesia.

4. Raden Dewi Sartika

Raden Dewi Sartika Pahlawan Nasional
Foto: Raden Dewi Sartika Pahlawan Nasional (Budaya.jogjaprov.go.id)

Dewi Sartika, pahlawan nasional Indonesia asal Bandung ini, juga berjuang untuk kesetaraan gender bagi wanita.

Ia juga merupakan salah satu tokoh pendidikan indonesia.

Tidak suka melihat perempuan mendapat perlakuan berbeda karena pendidikan mereka dianggap lebih rendah, Dewi Sartika mengajak kerabatnya untuk belajar keterampilan seperti memasak, menjahit, dan yang lainnya.

Selain itu, ia juga mengajari perempuan baca tulis Bahasa Melayu dan Belanda.

Pada 16 Januari 1904, Dewi Sartika mendirikan Sakola Istri, sekolah khusus perempuan yang pertama dan tertua di Indonesia.

Ingatkan perjuangan Dewi Sartika dan Kartini kepada Si Kecil, ya, Moms.

Berkat mereka, anak perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk menuntut ilmu.

5. Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro Pahlawan Nasional
Foto: Pangeran Diponegoro Pahlawan Nasional (Kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Pangeran Diponegoro dianggap sebagai salah satu pahlawan nasional yang berjuang sebelum tahun 1908.

Ia merupakan salah satu pahlawan nasional yang berani menentang Belanda secara tegas dan terbuka.

Sikapnya ini mendapat simpati dan dukungan dari rakyat Indonesia.

Pangeran Diponegoro yang sudah muak dengan kelakuan Belanda, tidak dapat menahan amarahnya ketika para penjajah itu memasang patok tanah di makam leluhurnya.

Akibat kejadian tersebut, meletuslah perang Diponegoro.

Perang ini menjadi salah satu pertempuran terbesar yang dialami Belanda selama menjajah Indonesia.

Penduduk di bawah kepemimpinan Pangeran Diponegoro bersatu dalam semangat “sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi tekan pati”.

Yang artinya, sejari kepala, sejengkal tanah dibela sampai mati.

Dari Pangeran Diponegoro, anak Moms bisa belajar tentang keberanian.

Terutama untuk membela hak-hak yang dimiliki.

6. Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien Pahlawan Nasional
Foto: Cut Nyak Dien Pahlawan Nasional (Id.wikipedia.org)

Tokoh pahlawan nasional berikutnya, yakni Cut Nyak Dien.

Ia merupakan pahlawan wanita dari Aceh Barat yang mendapat julukan Srikandi Indonesia.

Ayah dan suami Cut Nyak Dien merupakan pejuang kemerdekaan Indonesia.

Ia turut andil dalam melawan Belanda yang menyerang Tanah Rencong, Aceh dan membinasakan tempat ibadah.

Tak hanya karena merasa marah tanah kelahirannya diporak porandakan penjajah, Cut Nyak Dien juga sakit hati karena sang suami gugur dalam perang melawan Belanda.

Berselang 2 tahun usai kematian suaminya, ia menikah lagi dan melanjutkan perjuangan melawan penjajah.

Namun sayang, peristiwa tragis kembali terulang yang pada akhirnya mengharuskan Cut Nyak Dien berjuang sendirian.

Meski melawan Belanda yang memiliki senjata canggih, Cut Nyak Dien tak pantang menyerah meski usianya bertambah.

Ia tak gentar menjadi pemimpin gerilya Aceh pada tahun 1873-1904.

Hingga suatu saat, ia mengalami kebutaan akibat rabun akut yang menyerangnya. Kondisi rentan tersebut membuat salah satu pasukannya mengkhianati Cut Nyak Dien.

Akhirnya, Srikandi Indonesia tersebut ditangkap Belanda dan diasingkan ke Sumedang.

Tekad dan perjuangannya sungguh luar biasa. Bisa dijadikan teladan yang baik bagi siapa saja, terutama para perempuan.

7. Cipto Mangunkusumo

Cipto Mangunkusumo Pahlawan Nasional
Foto: Cipto Mangunkusumo Pahlawan Nasional (Jv.wikipedia.org)

Cipto Mangunkusumo merupakan anak sulung dari Mangunkusumo, seorang priayi golongan rendah dalam struktur masyarakat Jawa.

Cipto sangat antifeodalisme, hal ini mulai terlihat saat dirinya menolak menjadi Pangreh Praja.

Pangreh Praja merupakan pegawai pemerintah pribumi yang membantu tugas-tugas pada masa pemerintahan kolonial.

Ia justru meminta izin kepada bapak dan ibunya untuk melanjutkan pendidikan di STOVIA.

Ini merupakan sebuah sekolah dokter untuk kaum bumiputera, dengan harapan bahwa ia akan bisa lebih dekat untuk membantu masyarakat lemah yang tertindas karena pemerintah kolonial.

Usai lulus dari STOVIA, Cipto wajib menjalani masa dinas pemerintah. Dari Glodok, lalu Amuntai, kemudian pindah lagi ke Banjarmasin, dan terakhir di Demak.

Ia selalu dipindahtugaskan karena pernah menyindir pemerintah kolonial sehingga sangat dibenci orang-orang Belanda yang ada di sekitarnya.

Cipto juga aktif menyuarakan pendapatnya terhadap Belanda dengan menulis artikel di koran de Locomotief, sebuah koran bernuansa liberal yang bercorak etis yang terbit di Semarang.

Setelah merampungkan dinasnya, Cipto membuka praktik dokter partikelir di Solo.

Dirinya mau masuk ke kampung-kampung dengan bersepeda untuk mengobati rakyat kecil dan tidak meminta bayaran.

Ia sempat tergabung dalam organisasi Budi Utomo meski akhirnya keluar. Namun di samping menjadi dokter, Cipto tetap terjun ke dunia politik.

Bersama E. F. E. Douwes Dekker dan Suwardi Suryaningrat, Cipto mendirikan Indische Partij (IP) yang merupakan organisasi pertama yang dengan lantang menyuarakan kiprahnya di dunia politik.

Lagi-lagi, perjuangannya terhambat karena pemerintah kolonial tak menyetujui pendaftaran status hukum Indische Partij (IP).

Meski demikian, Cipto tak pantang menyerah.

Para pejuang kemerdekaan Indonesia yang sebagian besar merupakan mantan anggota Indische Partij mendirikan komite penyaing dengan arti nama yang sama.

Namun, dengan tujuan yang berbeda yaitu, Inlandsche Comite tot Herdenking van Nederlands Honderjarige Vrijheid (Komite Bumiputera untuk Peringatan Seratus Tahun Kemerdekaan Belanda) atau yang lebih dikenal dengan Komite Bumiputera.

Komite ini menulis artikel di koran berkali-kali yang dianggap berbahaya oleh pemerintah kolonial.

Hingga suatu ketika, ia dan teman-temannya dibuang ke Belanda.

Meski jauh dari Tanah Air, mereka tetap menyebarkan ide-ide kebangsaan dan kemerdekaan pada mahasiswa Indonesia yang belajar di Negeri Belanda.

Namun, saat kembali ke Indonesia, perjuangannya terhenti karena Cipto tertangkap atas tuduhan ikut serta dalam pemberontakan komunis di Jawa.

Akhirnya ia kembali diasingkan ke Belanda.

Dari kisah Cipto tersebut, Moms bisa mengajarkan pada anak-anak tentang perjuangan dalam melawan diskriminasi.

Selain perang, kita juga bisa menggunakan kecerdasan dalam melawan ketidakadilan.

Baca Juga: Nasionalisme: Definisi, Tujuan, Prinsip dan Contoh Sikapnya

8. K.H Fakhruddin

K.H. Fakhruddin Pahlawan Nasional
Foto: K.H. Fakhruddin Pahlawan Nasional (Id.wikipedia.org)

Nama K.H Fakhruddin sangat berjasa dalam pergerakan nasional.

K.H Fakhruddin berjuang melalui organisasi, seperti Budi Utomo, Sarekat Islam (SI) dan Muhammadiyah.

Sebagai sosok ulama yang disegani dalam organisasi Muhammadiyah, K.H Fakhruddin banyak berperan dalam membina generasi muda sebagai pemimpin di masa depan.

Mengutip Tokoh Indonesia, berbagai bidang kegiatan organisasi pernah ditangani K.H Fakhruddin di samping kehebatannya sebagai juru dakwah yang selalu menekankan persatuan umat.

Berkat kecerdasan dan pengetahuan agamanya yang luar biasa membuat K.H Fakhruddin pernah diutus ke Makkah untuk meneliti nasib para jemaah haji asal Indonesia.

Pada saat itu, jemaah haji dari Indonesia sering mendapat perlakuan yang kurang baik dari pejabat-pejabat Makkah.

Tapi dengan usahanya, berbagai hal yang kurang baik itu dapat diatasi dan sekembalinya ke Indonesia, ia memprakarsai pendirian Badan Penolong Haji.

Selain itu, K.H Fakhruddin pernah ke Kairo sebagai wakil umat Islam Indonesia untuk menghadiri Konferensi Islam.

Namun karena kesibukannya dalam memperjuangkan Indonesia melalui Muhammadiyah, membuat K.H Fakhrudin tidak memperhatikan kondisi kesehatannya dan akhirnya meninggal dunia di Yogyakarta pada 28 Februari 1929.

Kisahnya dapat dijadikan teladan bagi para pemuda bahwa perjuangan tidak hanya datang dari kekuatan fisik dan kecerdasan saja, tetapi juga pengetahuan dalam beragama.

9. Jenderal Soedirman

Jenderal Soedirman Pahlawan Nasional
Foto: Jenderal Soedirman Pahlawan Nasional (Id.wikipedia.org)

Jenderal Soedirman lahir pada 24 Januari 1916 di Desa Bodaskarangjati, Purbalingga, Jawa Tengah.

Jenderal Soedirman dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional yang bergabung dengan pasukan Pembela Tanah Air (PETA).

Kemudian pada tahun 1945, Soedirman dilantik menjadi Jenderal. Hingga akhirnya beliau dikenal dengan nama Jenderal Soedirman.

Salah satu kisah perjuangan Jenderal Soedirman yang dikenal adalah keikutsertaannya pada perang gerilya yang terjadi pada Desember 1948 - Juli 1949.

Perang Gerilya merupakan perang yang dilakukan secara sembunyi yang bertujuan untuk menyerang secara tiba-tiba.

Dilakukannya Gerilya bertujuan untuk memecah konsentrasi pasukan Belanda. Hingga akhirnya Jenderal Soedirman berhasil melakukan penyerangan terhadap pos-pos Belanda.

Setelah setahun berjuang dalam Perang Gerilya, Jenderal Soedirman tutup usia pada 29 Januari 1950 dikarenakan penyakit TBC yang diidapnya.

Panglima tentara Indonesia ini menjadi salah satu pahlawan nasional yang namanya begitu populer di kalangan anak-anak yaitu Jenderal Soedirman.

Tak hanya itu, selain ada patung Jenderal Soedirman di Jakarta, namanya juga menjadi nama jalan di beberapa kota di Indonesia.

Beliau begitu berjasa terutama dalam masa revolusi terutama dengan taktik perang gerilyanya.

Baca Juga: Profil Maria Walanda Maramis, Pahlawan Wanita asal Minahasa

10. Pattimura

Pattimura Pahlawan Nasional
Foto: Pattimura Pahlawan Nasional (Instagram.com/evan.historian)

Kapiten Pattimura atau Thomas Matulessy merupakan seorang pahlawan nasional asal Maluku.

Sebelum melakukan perlawanan terhadap VOC, Pattimura pernah berkarier dalam militer sebagai mantan sersan Militer Inggris.

Tak hanya itu, ia juga pernah bertempur melawan angkatan perang Belanda di darat yang dibantu oleh para penglimanya

Kapiten Pattimura adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Maluku. Ia lahir di Haria, Saparua, Maluku Tengah pada 8 Juni 1783.

Nama Kapiten Pattimura dikenal sebagai pahlawan Indonesia setelah perjuangannya memimpin perlawan rakyat Maluku melawan Belanda.

Setelah melakukan perlawanan terhadap Belanda selama puluhan tahun, akhirnya di tahun 1817 tepatnya di tanggal 11 November, Letnan Pietersen berhasil menyergap Pattimura dan Philips Latumahina.

Hingga akhirnya di tahun 1817 Kapiten Pattimura gugur dalam perlawanannya.

Dalam upaya mengenang jasanya, Kapiten Pattimura ditetapkan menjadi pahlawan bagi Maluku.

Kemudian, Kapiten Pattimura juga dikukuhkan sebagai pahlawan perjuangan kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia.

11. Tuanku Imam Bonjol

Tuanku Imam Bonjol Pahlawan Nasional
Foto: Tuanku Imam Bonjol Pahlawan Nasional (Id.wikipedia.org)

Tuanku Imam Bonjol, adalah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang berasal dari Sumatera Barat.

Tuanku Imam Bonjol memiliki nama asli Muhammad Syahab, dan lahir di Bonjol pada 1 Januari 1772.

Nama Tuanku Imam Bonjol dikenal berjasa selama berperang melawan Belanda dalam peperangan yang dikenal dengan nama Perang Padri.

Perang Padri terjadi selama sekitar 35 tahun mulai dari tahun 1803–1838 yang melibatkan peperangan di tanah Sumatera Barat, terutama di daerah Kerajaan Pagaruyung.

Mulanya, Perang Padri terjadi akibat adanya perbedaan pendapat yang melibatkan masalah agama antara sesama suku Minang dan Mandailing.

Setelah 18 tahun berjalan perang ini berubah menjadi peperangan melawan penjajah yang pada akhirnya Perang Padri dimenangkan oleh Belanda.

Hingga akhirnya kolonial Belanda berhasil menguasai benteng dan wilayah kaum Padri di tahun 1837 yang membuat Tuanku Imam Bonjol menyerah pada Belanda.

Tuanku Imam Bonjol akhirnya ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Cianjur, Jawa Barat.

Tuanku Imam Bonjol pernah diasingkan Ambon, sampai ke Lotta, Minahasa, dekat Manado hingga wafat lalu dimakamkan di Minahasa.

12. Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani

Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani Pahlawan Nasional
Foto: Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani Pahlawan Nasional (Instagram.com/_uceeeng)

Jenderal Ahmad Yani merupakan Menteri dan Panglima Angkatan Darat (KSAD), serta menjadi salah satu Pahlawan Revolusi yang gugur menjadi korban dalam tragedi Gerakan 30 September.

Ia meninggal karena luka tembakan oleh para penculik, saat berada di rumahnya.

Tubuhnya dibawa ke Lubang Buaya di pinggiran Jakarta dan bersama-sama dengan orang-orang dari jenderal yang dibunuh lainnya, disembunyikan di sebuah sumur bekas.

Jasad Ahmad Yani, dan orang-orang korban lainnya, diangkat pada tanggal 4 Oktober, dan semua diberi pemakaman kenegaraan pada hari berikutnya, sebelum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di Kalibata.

Pada hari yang sama, Ahmad Yani dan rekan-rekannya resmi dinyatakan Pahlawan Revolusi.

Hal tersebut ditentukan dalam Keputusan Presiden Nomor 111/KOTI/1965 dan pangkatnya dinaikkan secara anumerta dari Letnan Jenderal untuk bintang ke-4 umum.

13. Bung Tomo

Bung Tomo Pahlawan Nasional
Foto: Bung Tomo Pahlawan Nasional (Id.wikipedia.org)

Setiap 10 November, Indonesia merayakan Hari Pahlawan.

Tanggal tersebut ditetapkan untuk memperingati perjuangan pemuda Surabaya melawan pasukan Inggris dan Belanda yang ingin merebut kembali Indonesia pasca kemerdekaan.

Pada perang tersebut, sosok Bung Tomo tampil sebagai orator ulung.

Suara dan pidatonya membakar semangat rakyat untuk bertempur melawan para penjajah.

Si kecil bisa mempelajari semangat berjuang dan kepemimpinan dari Bung Tomo.

14. Nyi Ageng Serang

Nyi Ageng Serang Pahlawan Nasional
Foto: Nyi Ageng Serang Pahlawan Nasional (Budaya.jogjaprov.go.id)

Pahlawan nasional perempuan bernama lengkap Raden Ajeng Kustiah Retno Edi ini merupakan ahli strategi sekaligus panglima perang asal Serang.

Sejak kecil, Nyi Ageng Serang memiliki keinginan untuk mengusir Belanda dari Indonesia.

Bahkan, usia tidak menghalangi Nyi Ageng Serang untuk mencapai keinginannya ini.

Di usia ke 73, Nyi Ageng Serang masih bertempur dengan berapi-api.

Ia memimpin langsung pasukannya pada perang gerilya di desa Beku, Kulon Progo.

15. Martha Christina Tiahahu

Martha Christina Tiahahu Pahlawan Nasional
Foto: Martha Christina Tiahahu Pahlawan Nasional (Id.wikipedia.org)

Martha Christina Tiahahu merupakan salah satu pahlawan nasional wanita asal Maluku.

Sejak berusia 17 tahun, Martha sudah berani melawan penjajahan.

Ayahnya sering mengikutsertakan Martha dalam rapat pembentukan kubu pertahanan.

Di setiap perang, Martha berperan sebagai pemimpin pejuang wanita Maluku.

Keberanian dan perjuangannya melawan penjajah bisa menjadi teladan bagi Si Kecil.

16. Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara Pahlawan Nasional
Foto: Ki Hadjar Dewantara Pahlawan Nasional (Salam.ui.ac.id)

Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai pelopor pendidikan Indonesia. Pada 1919, ia bergabung menjadi guru di sekolah yang didirikan saudaranya.

Pengalaman mengajar tersebut dijadikan Ki Hadjar Dewantara sebagai pedoman untuk mendirikan sekolahnya sendiri (Taman Siswa).

Ajarannya yang berbunyi “Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” yang berarti “Di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan”, masih menjadi acuan para guru di Indonesia saat mendidik muridnya.

Untuk mengenang jasanya, hari lahir Ki Hadjar Dewantara yang jatuh pada tanggal 2 Mei, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Semangat Ki Hadjar Dewantara di bidang pendidikan wajib ditularkan pada anak, nih, Moms!

17. Soepomo

Soepomo Pahlawan Nasional
Foto: Soepomo Pahlawan Nasional (Wikipedia.org)

Salah satu pahlawan nasional Indonesia yang sangat penting adalah Soepomo.

Dia berasal dari Sukoharjo, Jawa Tengah.

Soepomo cukup terkenal karena ia ikut merancang Undang-Undang Dasar 1945 bersama dengan Moh. Yamin dan Soekarno.

Setelah Indonesia merdeka, Soepomo menjadi Menteri Kehakiman pertama di Indonesia.

18. Sutan Sjahrir

Sutan Sjahrir Pahlawan Nasional
Foto: Sutan Sjahrir Pahlawan Nasional (Wikipedia.org)

Salah satu pahlawan nasional Indonesia berikutnya adalah Sutan Sjahrir, yang berasal dari daerah Padang Panjang.

Dia terkenal karena peran pentingnya dalam mengatur kemerdekaan Indonesia.

Sutan Sjahrir, bersama dengan Bung Karno dan Bung Hatta, merupakan tiga tokoh yang disebut sebagai triumvirat kemerdekaan republik.

Pada awal berdirinya republik, Sjahrir juga menjadi Perdana Menteri Indonesia.

19. Tan Malaka

Tan Malaka Pahlawan Nasional
Foto: Tan Malaka Pahlawan Nasional (Wikipedia.org)

Salah satu pahlawan nasional yang sering dilupakan kontribusinya adalah Tan Malaka.

Beliau berasal dari Gunuang Omeh, Sumatra Barat.

Tan Malaka memiliki peran penting dalam perlawanan terhadap penjajahan Belanda.

Pemikiran-pemikirannya, yang ditulis dalam berbagai tulisan, telah memberikan inspirasi bagi Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan tokoh-tokoh pergerakan nasional lainnya untuk berjuang demi kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah.

Baca Juga: Mengenal Ketua BPUPKI, Biografi Singkat dan Perannya!

20. Tjut Meutia

Cut Meutia
Foto: Cut Meutia (Id.wikipedia.org)

Tjut Meutia dikenal sebagai sosok pemberani dengan semangat juang tinggi dalam menghadapi penjajah.

Ia berdua dengan suaminya, Teuku Tjik Tunong, memimpin perlawanan melawan penjajah Belanda.

Namun, perjuangan mereka terhenti saat Teuku Tjik Tunong ditangkap dan dihukum mati oleh Belanda pada Maret 1905 di pantai Lhokseumawe.

Sebelum meninggal, Teuku Tjik Tunong berpesan pada sahabatnya, Pang Nagroe, untuk merawat Tjut Meutia dan anak-anak mereka setelah dirinya tiada.

21. I Gusti Ngurah Rai

I Gusti Ngurah Rai
Foto: I Gusti Ngurah Rai (Voi.id)

I Gusti Ngurah Rai dikenal karena aksi heroiknya dalam perang habis-habisan yang dikenal sebagai Puputan Margarana.

Ia adalah pendiri serta panglima pertama dari satuan angkatan bersenjata Republik Indonesia di Kepulauan Sunda Kecil.

Ia memimpin secara langsung perlawanan bersenjata melawan pasukan Belanda di Bali.

Sayangnya, I Gusti Ngurah Rai gugur pada bulan November 1946 dalam pertempuran melawan pasukan Belanda di dekat desa Marga, Bali tengah.

Saat ini, tempat dimana perang Puputan Margarana terjadi telah diabadikan sebagai Taman Pujaan Bangsa Margarana.

22. Tjilik Riwut

Tjilik Riwut
Foto: Tjilik Riwut (Wikipedia.org)

Tjilik Riwut adalah pahlawan nasional Indonesia dari Kalimantan.

Selain sebagai tentara yang aktif, ia juga menjadi Gubernur Kalimantan Tengah pada tahun 1958.

Tidak hanya berperan dalam pemerintahan, Tjilik Riwut juga berkontribusi dalam dunia kepenulisan.

Ia bekerja di Harian Pemandangan dan Harian Pembangunan serta menulis beberapa buku tentang Kalimantan, seperti "Makanan Dayak," "Sejarah Kalimantan," "Maneser Panatau Tatu Hiang," dan "Kalimantan Membangun."

Baca Juga: Profil dan Biografi Sukarni, Aktivis 'Penculik' Soekarno-Hatta

23. Sisingamangaraja XII

Sisingamangaraja XII
Foto: Sisingamangaraja XII (Medialokal.co)

Sisingamangaraja XII, atau Patuan Bosar Sinambela Ginoar Ompu Pulo Batu, lahir pada 18 Februari 1845 dan meninggal pada 17 Juni 1907.

Ia merupakan seorang raja di Negeri Toba yang gigih memimpin perjuangan melawan penjajah Belanda.

Perjuangan Sisingamangaraja XII dalam mempertahankan wilayah kekuasaannya di Tapanuli dimulai saat penyerangan Belanda terhadap pos-pos Bakal Batu di Tarutung pada Februari 1878.

Pada tahun 1907, Belanda meningkatkan pasukan mereka dengan persenjataan lengkap dan bersiap untuk menyerang wilayah Pak-Pak.

Pengabdiannya diakui saat pemerintah Indonesia menjadikannya Pahlawan Nasional pada 9 November 1961, berdasarkan SK Presiden RI No 590/1961.

24. Sultan Hasanuddin

Sultan Hasanuddin
Foto: Sultan Hasanuddin (Insidepontianak.com)

Sultan Hasanuddin dikenal sebagai pribadi yang tegas, berani, dan tidak pernah menyerah.

Karakter ini menjadikannya diberi julukan "de Haav van de Osten," yang dalam bahasa Indonesia berarti "Ayam Jantan dari Timur," oleh pihak Belanda.

Pada tahun 1660, Sultan Hasanuddin memulai perlawanan terhadap VOC.

Di bawah pimpinannya, pasukan Kerajaan Gowa yang terkenal dengan kekuatan armada lautnya mulai bersatu dengan kerajaan-kerajaan kecil lainnya untuk melawan VOC dan menentang penjajahan Belanda.

25. Teuku Umar

Teuku Umar
Foto: Teuku Umar (Kompasiana.com)

Teuku Umar merupakan pahlawan kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat.

Ia dikenal sebagai pejuang dengan taktik perang gerilya yang sangat ulung, sehingga membuat pasukan penjajah Belanda menghadapi kesulitan yang besar.

Taktik perang gerilya yang digunakan oleh Teuku Umar membuat penjajah Belanda merasa kewalahan dan kesulitan menghadapi pasukannya.

Ia menjadi contoh inspiratif tentang bagaimana kecerdikan dalam taktik perang dapat memberikan keunggulan bagi pasukan yang berjuang mempertahankan kemerdekaan.

26. Agus Salim

Agus Salim
Foto: Agus Salim (Wikipedia.org)

Agus Salim adalah tokoh yang turut membara semangat pergerakan nasional di Indonesia pada awal abad ke-20.

Dengan kedudukan dan peran pentingnya, Hadji Agus Salim berperan vital dalam rangkaian persiapan menuju kemerdekaan Indonesia.

Tak hanya itu, perannya juga sangat terasa dalam perjuangan mendapatkan pengakuan kedaulatan dari pemerintah Belanda dan komunitas internasional terkait kemerdekaan Indonesia.

Melalui diplomasi dan kerja kerasnya, Agus Salim memainkan peran penting dalam mengemban cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia di mata dunia.

27. Abdulrahman Saleh

Abdulrachman Saleh
Foto: Abdulrachman Saleh (Wikimedia.org/Indonesian Air Force Museum)

Abdulrahman Saleh adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang diakui atas pengabdiannya kepada bangsa dan negara.

Ia dikenal sebagai tokoh penting dalam Radio Republik Indonesia (RRI) dan dianggap sebagai bapak fisiologi kedokteran Indonesia.

Selain pendidikan, Abdulrahman Saleh juga aktif dalam berbagai organisasi pemuda seperti Jong Java, Kepanduan Bangsa Indonesia, dan Indonesia Muda.

Ia bahkan memiliki dedikasi dalam bidang militer dan menjadi Komandan Pangkalan Udara Madiun pada tahun 1946.

Sambil menjalani tugas militer, ia juga menjadi dosen di Perguruan Tinggi Dokter di Klaten, Jawa Tengah.

Pada saat agresi pertama Belanda, ia bersama Adisutjipto dikirim ke India.

Namun, dalam perjalanan pulang, pesawat yang mereka tumpangi ditembak hingga jatuh di Singapura.

Peristiwa ini dikenal sebagai Hari Bakti TNI AU dan diabadikan dalam sejarah.

Abdulrahman Saleh wafat dan dikebumikan di Yogyakarta.

Namanya diabadikan dalam berbagai pangkalan dan penghargaan, termasuk pangkalan TNI AU dan Bandara di Malang serta nama piala dalam Medical and General Biology Competition.

28. Fatmawati

Fatmawati dan Soekarno
Foto: Fatmawati dan Soekarno (Garystockbridge617.getarchive.net)

Ketika Indonesia sedang berjuang untuk meraih kemerdekaan dari penjajahan Belanda, sosok Fatmawati secara sukarela menjahit Bendera Merah Putih dengan tangan sendiri.

Selain menjahit Bendera Merah Putih, Fatmawati juga terlibat dalam kegiatan-kegiatan perjuangan kemerdekaan lainnya.

Ia mendukung suaminya, Presiden Soekarno, dalam upaya mempersiapkan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan.

Dengan kesetiaan dan keberaniannya, Fatmawati memberikan kontribusi yang berarti dalam perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan.

Keberaniannya dan dedikasinya dalam mendukung perjuangan kemerdekaan tersebut menggambarkan bahwa perempuan memiliki peran yang penting dalam membangun dan memertahankan negara.

29. Laksamana Malahayati

Laksamana Malahayati
Foto: Laksamana Malahayati (Ikpni.or.id)

Laksamana Malahayati atau Keumalahayati adalah salah satu pahlawan Indonesia yang memiliki jasa besar dalam sejarah perjuangan bangsa.

Ia memimpin pasukan laut Kesultanan Aceh dengan keberanian dan kecerdasan strategisnya.

Pemimpinannya berhasil menghadapi serangan dari kekuatan kolonial Eropa, terutama Belanda dan Portugis, yang mencoba untuk menguasai wilayah Aceh.

Salah satu bukti nyata perannya dalam menentang penjajah yakni keberhasilan Laksamana Malahayati dalam membunuh Cornelis de Houtman, seorang kapten Belanda yang terkenal.

Atas keberaniannya dan jasanya dalam mempertahankan Kesultanan Aceh, Malahayati diberi gelar Laksamana, yang merupakan pangkat tertinggi dalam angkatan laut Aceh pada masa itu.

30. Teungku Muhammad Daud Beureueh

Teungku Muhammad Daud Beureueh
Foto: Teungku Muhammad Daud Beureueh (Kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Teungku Muhammad Daud Beureueh adalah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia yang terkenal sebagai pejuang kemerdekaan dan mantan Gubernur Militer Aceh, Langkat, dan Tanah Karo.

Lahir pada 23 September 1896, ia dikenal karena perannya dalam mendirikan Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) untuk memajukan pendidikan Islam.

Daud Beureueh juga memimpin pemberontakan Darul Islam di Aceh sebagai protes terhadap pemerintahan Soekarno yang dinilai melanggar perjanjian dengan rakyat Aceh.

Namanya kini diabadikan sebagai nama jalan di Banda Aceh untuk menghormati kontribusinya bagi bangsa dan negara.

31. Ida Dewa Agung

Ida Dewa Agung
Foto: Ida Dewa Agung (Wikipedia.org)

Ida Dewa Agung adalah pahlawan dari Bali. Ia adalah raja Kerajaan Klungkung yang tewas dalam Perang Puputan Klungkung pada 28 April 1908.

Pada 2023, ia diangkat menjadi Pahlawan Nasional Indonesia bersama dengan Abdul Chalim, Bataha Santiago, M Tabrani, Ratu Kalinyamat dan Ahmad Hanafiah.

32. Bataha Santiago

Bataha Santiago
Foto: Bataha Santiago (Wikipedia.org)

Pahlawan Nasional selanjutnya adalah Bataha Santiago.

Itu dia nama beserta kisah singkat dari para pahlawan Indonesia yang bisa Moms jadikan teladan untuk Si Kecil.

Bataha Santiago adalah seorang tokoh masyarakat terkenal dari Sangihe Talaud dan merupakan raja ketiga dari Kerajaan Manganitu.

Nama lengkapnya adalah Don Jugov (Jogolov) Sint Santiago, di mana "Bataha" berarti sakti.

Ia dilahirkan pada tahun 1622 di desa Bowongtiwo-Kauhis, Manganitu.

Bataha Santiago dikenal sebagai satu-satunya raja di Kepulauan Sangihe yang berani dan keras kepala, serta menolak menandatangani perjanjian dagang dengan VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) dari Belanda.

33. Mohammad Tabrani

Mohammad Tabrani
Foto: Mohammad Tabrani (Wikipedia.org)

Mohammad Tabrani Soerjowitjirto dikenal sebagai M. Tabrani S (10 Oktober 1904 – 12 Januari 1984), ia adalah seorang jurnalis dan politikus Indonesia.

M. Tabrani dapat digolongkan sebagai wartawan dari generasi awal sekaligus pelopor dalam penggunaan bahasa Indonesia.

Sepanjang sejarah pergerakan nasional Indonesia, nama M. Tabrani selalu tercatat sebagai tokoh penting.

Ia dikenal sebagai salah satu tokoh dalam Jong Java dan pernah menjabat sebagai pemimpin redaksi Harian Pemandangan dari Juli 1936 hingga Oktober 1940.

M. Tabrani meninggal pada 12 Januari 1984.

34. Ratu Kalinyamat

Ratu Kalinyamat
Foto: Ratu Kalinyamat (Wikipedia.org)

Pahlawan Nasional selanjutnya adalah Ratu Kalinyamat.

Ratu Kalinyamat (wafat pada tahun 1579) adalah putri dari Raja Demak, Sultan Trenggana, yang memimpin sebagai Bupati di Jepara.

Sosoknya dikenal di kalangan Portugis sebagai seorang wanita yang berani dan tangguh.

Pemerintah Indonesia memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Ratu Kalinyamat dalam peringatan Hari Pahlawan pada 10 November 2023.

35. Kiai Haji Abdul Chalim

Kiai Haji Abdul Chalim
Foto: Kiai Haji Abdul Chalim (Diskominfo.jabarprov.go.id)

KH Abdul Chalim merupakan Pahlawan Nasional kelahiran 22 Juni 1898 dan gugur pada 12 Juni 1972).

Ia juga dikenal sebagai KH Abdul Chalim Leuwimunding, adalah seorang ulama dan pejuang asal Majalengka, Jawa Barat.

Pada tahun 2023, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia bersama tokoh lainnya seperti Ida Dewa Agung Jambe, Bataha Santiago, M Tabrani, Ratu Kalinyamat, dan Ahmad Hanafiah.

KH Abdul Chalim memiliki seorang putra bernama Asep Saifuddin Chalim serta seorang cucu, Muhammad Al Barra, yang kini menjabat sebagai Wakil Bupati Mojokerto.

36. Kiai Haji Ahmad Hanafiah

Kiai Haji Ahmad Hanafiah
Foto: Kiai Haji Ahmad Hanafiah (Nu Online)

Kiai Haji Ahmad Hanafiah, ulama dan pejuang asal Lampung, lahir di Sukadana pada 1905.

Setelah menimba ilmu di Jakarta, Kelantan, dan Makkah, ia aktif memimpin pesantren dan Serikat Dagang Islam.

Selama Agresi Militer Belanda I, ia memimpin Laskar Golok Hizbullah Sabilillah.

Ditangkap dan dieksekusi oleh Belanda pada 17 Agustus 1947, jasadnya tak pernah ditemukan.

Pada 10 November 2023, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional atas pengabdiannya.

Baca Juga: Profil 9 Istri Soekarno, Siti Oetari Hingga Heldy Djafar

Yuk, mulai kenalkan Si Kecil nama-nama pahlawan nasional Indonesia agar mereka dapat mengenang jasa para pahlawan!

  • http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/mkn/cipto-mangunkusumo-menembus-batas-dan-lawan-diskriminasi/
  • https://tokoh.id/biografi/3-pahlawan/berjuang-lewat-muhammadiyah/
  • https://budaya.jogjaprov.go.id/berita/detail/1130-pahlawan-perintis-pendidikan-perempuan-jawa-barat-raden-dewi-sartika-1884-1947
  • https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/mba/pangeran-diponegoro-inspirasi-yang-menginspirasi/
  • https://www.instagram.com/_uceeeng/
  • https://www.instagram.com/evan.historian/
  • https://online-journal.unja.ac.id/titian/article/view/5221#

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.