Banyak Pemudik 'Lolos' Hingga Kasus Positif Makin Naik, Potensi Fase Kedua COVID-19 di Indonesia?
Dengan angka positif COVID-19 di Indonesia yang kerap meningkat, nampaknya perjalanan untuk menuntaskan virus corona di Indonesia masih membutuhkan perjalanan panjang.
Bahkan mendekati Hari Raya Idul Fitri, pemerintah melarang masyarakat untuk mudik agar bisa menekan angka COVID-19 dan mengalami lonjakan kasus seperti di India.
Sejumlah negara-negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara turut mengalami hal serupa.
Peningkatan kasus COVID-19 yang signifikan juga terjadi di Nepal, Sri Lanka, dan Maladewa yang termasuk dalam wilayah Asia Selatan. Sementara, di wilayah Asia Tenggara ada Thailand, Kamboja, dan Indonesia.
Bukan tidak mungkin, Indonesia dapat mengalami fase kedua COVID-19 karena tidak adanya kerjasama yang baik antara masyarakat, dan juga dari pihak pemerintah dalam membuat kebijakan yang tidak tegas.
Lalu, apa saja yang menjadi faktor kemungkinan terjadinya fase kedua COVID-19 di Indonesia?
Baca Juga: Serba Serbi Info Mudik Lebaran 2021, Simak Moms!
1. Banyak Pelanggaran Pemudik Jelang Lebaran
Foto: Orami Photo Stock
Beberapa hari terakhir, media sosial ramai dengan ragam unggahan di mana banyak pemudik yang 'kabur' saat petugas menyekat perbatasan untuk pergi ke luar kota.
Banyak pemudik yang diminta untuk melakukan putar-balik, dan kondisi ini tidak hanya di darat, tetapi juga terjadi di laut.
Mengutip Kompas.com, tiga perahu nelayan diminta putar balik oleh petugas dari Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Tanjung Priok pada Minggu, 9 Mei 2021 kemarin.
Pihak KPLP juga melakukan patroli laut untuk mencegah warga mudik, Mereka berpatroli di perairan Teluk Jakarta.
Dalam beberapa pekan belakangan, kasus harian COVID-19 di Indonesia mencapai 5.000. Pemerintah khawatir angka tersebut akan meningkat lantaran masih ada warga yang mudik Lebaran meski dilarang pemerintah.
2. Lebih dari 4.000 Pemudik Positif COVID-19 Usai Tes Acak
Foto: Orami Photo Stock
Pemerintah menyatakan lebih dari 4.000 orang pemudik positif virus corona (COVID-19). Hal itu diketahui dari hasil tes acak yang digelar pemerintah di jalur-jalur mudik.
Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) Airlangga Hartarto mengatakan pihaknya telah melakukan tes acak terhadap sekitar 6 ribu orang di pos penyekatan mudik.
"Pengetatan oleh Polri di 381 lokasi dan Operasi Ketupat. Jumlah pemudik random testing dari 6.742, konfirmasi positif 4.123 orang," kata Airlangga seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Airlangga menyampaikan sebanyak 1.686 orang di antaranya langsung menjalani isolasi mandiri. Selain itu, ada 75 orang yang dirawat di rumah sakit.
Pada operasi kendaraan atau Operasi Ketupat, jumlah kendaraan yang diperiksa sebanyak 113.694, putar balik 41.097, dan pelanggaran travel gelap ada 306 kendaraan.
Baca Juga: Jangan Bingung, Ini Perbedaan Rapid Test Antibodi, Rapid Test Antigen, dan Swab PCR
3. Mengizinkan WNA Masuk ke Indonesia
Foto: Orami Photo Stock
Di tengah pemberlakuan pelarangan mudik, masyarakat Indonesia dikejutkan dengan warga negara asing (WNA) asal China yang kembali tiba di Bandara Soekarno-Hatta sebanyak 160 orang dari Guangzhou, RRT.
Meski begitu, otoritas menyatakan kalau kedatangan 160 WNA China tersebut telah memenuhi aturan keimigrasian Indonesia dengan jenis visa sesuai Permenkumham Nomor 26 Tahun 2020.
Berdasarkan data, WNA ini hendak bekerja di Indonesia. WNA China tersebut juga telah mengantongi izin dari instansi terkait untuk bekerja di Indonesia.
Seluruh penumpang, menurutnya, juga sudah dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh pihak KKP Kementerian Kesehatan. Sebelum 160 WNA China, sebanyak 85 orang WNA China sudah lebih dahulu datang dengan pesawat carteran.
Baca Juga: Mirisnya Indonesia Tembus 1 Juta Kasus Positif COVID-19, 7 Negara ASEAN Ini Justru Terendah
4. Varian Baru COVID-19 Masuk ke Indonesia
Foto: Orami Photo Stock
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan tentang peta penularan varian baru virus corona mutasi dari Inggris, India, dan Afrika Selatan yang telah masuk ke Indonesia.
Menurut Budi, penularan varian yang dikenal dengan nama B.1.1.7, B.1.617, dan B.1.351 itu terkonsentrasi di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Bali.
Data Kemenkes mencatat, ada 13 kasus penularan Covid-19 dari mutasi B.1.1.7 asal Inggris. Kemudian, pemerintah mencatat, satu kasus positif COVID-19 di Bali yang terjadi akibat penularan varian B.1.351 dari Afrika Selatan.
Selanjutnya, Budi menyebutkan, mulai banyak kasus penularan akibat varian mutasi ganda B.1.617 dari India. Data dari Kemenkes mencatat, 10 kasus positif COVID-19 akibat penularan varian B.1.617 ini.
"Akhir-akhir ini cukup banyak masuk ke Indonesia adalah varian dari India. Varian ini banyak kita temui di Sumatera Selatan dan di Kalimantan Tengah," ujar Budi, seperti yang dikutip dari Kompas.com.
Moms, jangan mudik dan tetap jaga protokol kesehatan ya!
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.