Virus Corona Bisa Kambuh Kembali, Ketahui 3 Faktanya
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh University of Hong Kong berjudul COVID-19 re-infection by phylogenetically distinct SARS coronavirus-2 strain confirm by whole genome sequencing membuktikan adanya infeksi ulang virus Corona terhadap pasien COVID-19.
Dengan kata lain, virus corona bisa kambuh kembali dan menginfeksi ulang.
Penelitian ini melibatkan seorang pria berusia 33 tahun asal Hong Kong yang dinyatakan terinfeksi kembali COVID-19. Hal ini merupakan kasus pertama infeksi ulang di dunia yang berhasil di dokumentasikan.
Baca Juga: Pentingnya Tingkatkan Imunitas Tubuh dari Infeksi Virus Corona Novel (COVID-19), Berikut Tipsnya
Fakta-fakta Virus Corona Bisa Kambuh
Infeksi ulang virus Corona juga diberitakan terjadi di Belanda dan Belgia. Marion Koopmans, seorang peneliti dan ahli virologi mengatakan bahwa pasien infeksi ulang di Belanda rentan terjadi pada lansia dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Terkait hal itu, berikut fakta-fakta mengenai infeksi ulang virus Corona yang patut diwaspadai.
1. Pasien Telah Dinyatakan Bebas dari COVID-19 sebelum Terinfeksi Kembali
Foto: Orami Photo Stock
Pasien yang mengalami infeksi ulang virus corona sebelumnya telah dinyatakan sembuh dan terbebas dari COVID-19.
Pada pasien yang berasal dari Hong Kong, ia diketahui dinyatakan bebas COVID dan keluar dari rumah sakit pada April 2020. Namun, ia kembali dinyatakan positif COVID-19 setelah kembali dari Spanyol pada awal bulan Agustus 2020.
Melansir dari CNN.com, otoritas kesehatan setempat mulanya tak yakin bahwa pria tersebut membawa virus yang sama seperti awal ia dinyatakan positif COVID-19.
Penelitian pun menunjukan bahwa virus yang dibawa pria tersebut pada bulan April dan Agustus berbeda.
Meski begitu, Koopmans menyebut bahwa diperlukan penelitian dan telaah lebih lanjut mengenai seberapa besar kemungkinan infeksi ulang ini akan terjadi.
Baca Juga: Infeksi Virus COVID-19 Lebih Cepat Jika Menyentuh Wajah, Pakar Jelaskan Pentingnya Social Distancing
2. Tubuh Tidak Kebal Virus Corona Meski Telah Dinyatakan Sembuh
Foto: Orami Photo Stock
Tubuh manusia tidak lantas menjadi kebal terhadap virus setelah pulih dari infeksi COVID-19. Sebaliknya, dalam banyak kasus, virus corona bisa kambuh dan malah menjadi inang yang membahayakan tubuh.
Setelah pulih, tubuh masih memiliki jenis sel yang sama, contohnya sel saluran pernapasan di mana virus menempel dan memproduksi lebih banyak virus.
Meskipun telah dinyatakan sembuh, namun sel-sel tersebut tidak mampu mencegah terjadinya infeksi ulang di masa depan setelah virus berhasil dikalahkan oleh imun tubuh.
Menurut penelitian berjudul SARS-CoV-2-specific T cell immunity in cases of COVID-19 and SARS, and uninfected controls jika antibodi dan sel memori (sel B dan T) belum terinfeksi, maka ekspansi virus jenis baru akan berlangsung singkat dan cepat bahkan sebelum pasien menyadari bahwa itu adalah gejala awal infeksi ulang COVID-19.
Hal ini dirasakan oleh pasien dari Hong Kong yang tidak merasakan gejala infeksi kedua sebelum akhirnya diuji menggunakan alat di bandara sesaat setelah mendarat.
Apakah ia akan tahu jika ia terinfeksi kembali COVID-19 jika tidak bepergian? Jawabannya kemungkinan besar ia tidak akan menyadarinya.
Lalu, apakah virus tersebut akan menular saat seseorang terinfeksi kembali COVID-19 meskipun tidak bergejala?
Terkait hal itu, Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa orang tanpa gejala dapat menular. Sehingga penting bagi pasien yang sudah sembuh dan masyarakat yang dalam kondisi sehat maupun sakit tetap harus melaksanakan protokol kesehatan seperti memakai masker dan menjaga jarak agar tidak terinfeksi.
Baca Juga: Penelitian Sebut Golongan Darah A Lebih Rentan Terinfeksi COVID-19, Benarkah Demikian?
3. Gejala Seseorang Terinfeksi Kembali COVID-19
Foto: Orami Photo Stock
Ada tiga kemungkinan apabila seseorang dinyatakan bila virus corona bisa kambuh dan menginfeksi orang itu kembali, yakni gejala yang ditunjukkan lebih buruk atau mengarah ke penyakit yang lebih parah.
Selain itu, gejala yang sama seperti infeksi pertama, atau gejala yang lebih ringan bahkan tanpa penyakit tertentu yang menyertai.
Mengutip The Conversation, tanda pertama biasanya ditandai dengan kondisi tubuh yang parah karena adanya penyakit yang menyertai tanda-tanda terinfeksi COVID-19, misalnya terserang demam berdarah.
Meski begitu, hingga kini gejala tersebut belum pernah dikonfirmasi sebelumnya pada orang yang terkena infeksi ulang.
Tanda kedua yakni pasien mengalami gejala yang sama seperti saat pertama kali ia dinyatakan positif COVID-19. Hal ini menunjukkan bahwa tidak cukupnya antibodi dalam tubuh untuk melindungi diri dari infeksi ulang.
Hal ini bisa terjadi jika pada saat infeksi pertama tidak menggunakan antibodi atau sel T yang digunakan untuk melindungi diri melainkan menggunakan perlindungan kekebalan lain yang lebih efisien dan dinilai sudah cukup kuat untuk mengendalikan COVID-19.
Tanda ketiga adalah gejala yang lebih ringan karena yang menghasilkan kekebalan dan antibodi yang merespons memori B dan sel T sehingga mampu bertahan cukup lama selama paparan atau infeksi kedua.
Meski begitu, tingkat respons antibodi dan perlindungan kekebalan seseorang berbeda-beda sehingga tidak bisa dipastikan berapa lama antibodi dan imun tubuh tersebut berhasil menghalau paparan kedua.
Menurut peneliti, vaksinasi dibutuhkan agar bisa menghasilkan respons imun yang lebih kuat dan tahan lama.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.