Apa Itu Sindrom Baby Blues? Ini Penyebab dan Gejalanya
Tidak sedikit dari para ibu yang memiliki sindrom baby blues di mana terjadinya perubahan suasana hati yang cepat.
Bagi beberapa ibu, melahirkan seorang anak bisa memengaruhi kondisi mentalnya.
Melansir Healthy Children, sindrom baby blues termasuk dalam depresi yang dialami selama dan setelah kehamilan.
Depresi selama dan setelah kehamilan biasanya dibagi menjadi beberapa kategori berikut:
- baby blues.
- depresi perinatal (meliputi depresi prenatal dan postpartum).
- psikosis postpartum.
Penting bagi Moms dan pasangan, bersama keluarga dan teman-teman untuk mengetahui tanda-tanda depresi pascamelahirkan dan mencari bantuan jika Moms merasa khawatir.
Ketahui lebih lanjut tentang pengertian, penyebab, gejala, dan pengobatan dari sindrom baby blues berikut ini.
Baca Juga: Beda Baby Blues dengan Postpartum Depression, Apa Saja?
Pengertian Sindrom Baby Blues
Melansir American Family Physician, setelah memiliki bayi, banyak wanita mengalami perubahan suasana hati.
Satu menit merasa bahagia, menit berikutnya mulai menangis. Kondisi ini dinamakan sindrom baby blues.
Sindrom baby blues adalah hal normal dari menjadi ibu baru, dan biasanya hilang dalam 10 hari setelah melahirkan. Bahkan, diperkirakan 50-80 persen dari semua ibu mengalami kondisi ini setelah melahirkan.
Baby blues biasanya menyerang dalam beberapa hari setelah melahirkan, tetapi jika mengalami persalinan yang sangat sulit, Moms mungkin akan menyadarinya lebih cepat.
Namun, beberapa wanita punya gejala yang lebih buruk dan lebih lama, yang disebut "depresi pascapersalinan" atau PPD dan hal ini berbeda dengan sindrom baby blues.
Baca Juga: 7 Tips Mencegah Baby Blues, Rasa Sedih Setelah Melahirkan
Penyebab Sindrom Baby Blues
Menurut American Pregnancy Association, penyebab pasti dari baby blues ini tidak diketahui.
Kondisi ini nampaknya berkaitan dengan perubahan hormon yang terjadi selama kehamilan dan terjadi lagi setelah bayi lahir.
Setelah lahir, tubuh Moms mengalami fluktuasi hormonal yang ekstrim untuk membantu memulihkan dan merawat bayi, menyusutkan rahim kembali ke ukuran normal dan meningkatkan laktasi.
Perubahan hormonal itu juga dapat memengaruhi kondisi pikiran ibu pascamelahirkan.
Perubahan hormon ini dapat menghasilkan perubahan kimiawi di otak yang menyebabkan depresi.
Selain itu, berubahnya rutinitas setelah melahirkan Si Kecil yang memunculkan gangguan tidur, dan emosi dari pengalaman persalinan itu sendiri juga dapat berkontribusi terhadap perasaan ibu baru.
Faktor dari baby blues dibawa oleh perubahan hormonal yang dramatis (kadar estrogen dan progesteron yang menurun, dan hormon menyusui meningkat), dan bisa juga karena kelelahan dan kenyataan bahwa Moms kini seorang ibu.
Selain itu, tuntutan bayi baru lahir, ditambah dengan kunjungan kerabat atau kebutuhan keluarga lainnya, menambah stres seorang ibu.
Biasanya baby blues akan berlalu dan pengobatan yang paling efektif adalah dukungan dari pasangan, keluarga dan teman-teman.
Baca Juga: Pandangan Baby Blues dalam Islam dan Cara Mengatasinya
Gejala Sindrom Baby Blues
Sindrom baby blues sebagian besar dialami oleh para ibu baru, dan gejalanya mulai muncul di hari ketiga pasca melahirkan, di mana air susu ibu mulai terbentuk.
Melansir Jurnal Manajemen Komunikasi Universitas Padjajaran, gejala yang dialami seorang ibu dari sindrom baby blues ini mungkin seringkali merasa sedih, marah, dan kadang-kadang cemas.
Beberapa diantaranya mungkin akan merasa bereaksi berlebihan terhadap situasi dan lebih mudah menangis. Mereka juga mengalami kesulitan tidur dan tidak merasa sangat lapar.
Gejalanya bisa mulai 2 hingga 3 hari setelah bayi lahir.
Sebagian besar waktu, baby blues hilang dengan sendirinya setelah lahir biasanya dalam 10 hari tetapi terkadang hingga 14 hari pascapersalinan.
Gejala lain dari sindrom baby blues termasuk:
- Menangis tanpa alasan jelas
- Tidak sabar
- Sifat mudah marah
- Kegelisahan
- Kelelahan
- Insomnia (bahkan ketika bayi sedang tidur)
- Merasa sedih
- Perubahan suasana hati
- Konsentrasi yang buruk
- Merasa tidak terikat atau tidak terikat dengan bayi
Tetapi, meskipun merasa tidak berdaya, seorang ibu dengan sindrom baby blues masih bisa terus merawat bayi mereka dan bahkan untuk diri mereka sendiri.
Baca Juga: 3 Manfaat Omega 3 untuk Ibu Hamil, Mencegah Depresi!
Pengobatan Sindrom Baby Blues
Sindrom baby blues akan menghilang selama beberapa hari.
Tetapi, Moms mungkin bisa melakukan beberapa langkah untuk memperbaiki suasana hati sembari menerima fakta bahwa Moms kini adalah seorang ibu.
Meskipun Moms tidak dapat mencegah perubahan hormon postpartum yang menyebabkan baby blues, Moms dapat mengambil langkah-langkah untuk mencegah kondisi ini yang sedang berlangsung.
Untuk meminimalkan efek perubahan hormonal dan stres pascapersalinan, berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengelola kondisi sindrom baby blues:
1. Tidur Sebanyak Mungkin
Melahirkan memang menguras tenaga, belum lagi jika Moms melalui persalinan yang panjang. Setelah melahirkan Moms harus mengurus dan menjaga Si Kecil.
Kondisi ini membuat Moms kurang tidur dan lebih rentan terkena baby blues. Untuk menghindarinya, tidurlah saat bayi tidur dan biarkan kerjaan menumpuk sementara.
Segalanya tampak lebih buruk ketika Moms kelelahan. Terkadang, tidur adalah obat terbaik.
2. Meminta Bantuan
Moms jangan ragu untuk meminta bantuan keluarga atau menggunakan asisten rumah tangga untuk membersihkan rumah atau menjaga Si Kecil.
Jangan mencoba mengerjakan semuanya sendiri, ini akan sangat melelahkan dan mudah terkena sindrom baby blues.
3. Konsumsi Makanan Sehat
Makanlah makanan yang baik dan sehat. Tubuh akan merasa lebih baik dengan konsumsi makanan penuh nutrisi dan hirup udara segar di luar.
Dengan begitu Moms merasa rileks dan bahagia.
Baca Juga: 8 Fakta Soal Birthcare Center, Drama Korea tentang Ibu dan Pascamelahirkan
4. Curhat ke Rekan Terdekat
Beradaptasi dengan perubahan hormonal setelah lahir dan mempelajari cara merawat bayi baru lahir juga dapat memengaruhi suasana hati.
Moms mungkin merasa down atau rendah dan mungkin mengalami perubahan suasana hati sehingga lebih banyak menangis dari biasanya. Perubahan suasana hati ini normal.
Untuk mengatasinya, Moms bisa bercerita dengan seseorang yang Moms anggap bisa dipercaya. Tidak harus menjadi terapis, tetapi pilihlah seseorang yang tidak akan menghakimi Moms.
Dengan begitu Moms bisa mengeluarkan isi hati agar tidak terpendam dan akhirnya menjadi lega.
5. Lakukan Sesuatu yang Disukai
Moms jangan jadikan alasan kehadiran Si Kecil menjadi hambatan menjalani hobi. Jika Moms memiliki hobi, seperti yoga maka lakukanlah.
Menjalani sesuatu yang Moms suka bisa mengatasi sekaligus mencegah baby blues, lho.
6. Bergabung Dengan Komunitas Ibu Baru
Moms tidak ada yang bisa lebih memahami dan mendukung tantangan merawat bayi baru lahir daripada wanita pascapersalinan lainnya, Moms bisa berbagi pengalaman dengan komunitas ibu baru yang akan membantu mengatasinya.
Tentunya di dalam komunitas ibu baru ada beberapa anggota yang sudah berpengalaman, ini bisa menjadi cara untuk Moms ikuti caranya.
Baca Juga: 15 Tanda-Tanda Mau Melahirkan yang Jarang Disadari
7. Bicarakan Dengan Pasangan
Setelah menjalani beberapa cara di atas, tetapi tidak menemukan solusinya. Moms jangan takut untuk berbicara dengan pasangan.
Utarakan apa yang Moms rasakan dan pasangan akan membantu mencari jalan keluar yang terbaik.
8. Konsultasi Dengan Dokter
Moms terkadang kondisi sindrom baby blues perlu perawatan dengan dokter jika sudah sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Umumnya dokter akan memberikan resep obat yang bisa menangkan.
Kecenderungan Depresi Postpartum
Ada dua indikator utama bahwa kesedihan yang Moms rasakan pascapersalinan lebih dari sekadar baby blues dan mungkin memerlukan panggilan ke penyedia medis untuk membahas depresi pascamelahirkan.
Beberapa ibu bisa tidak berhasil dalam mengelola sindrom baby blues, yang kemudian berdampak pada depresi postpartum (PPD) atau depresi pascapersalinan.
Agar tidak salah, berikut ini perbedaan baby blues dengan depresi postpartum.
1. Waktu
Jika Moms masih merasa sedih, cemas, atau kewalahan setelah 2 minggu pascapersalinan, Moms mungkin mengalami depresi pascamelahirkan.
Hal ini karena sindrom baby blues biasanya tidak bertahan lebih dari 2 minggu.
Baby blues juga terjadi cukup cepat setelah lahir.
Jadi, jika Moms tiba-tiba mulai mengalami gejala depresi beberapa minggu atau bulan setelah lahir, itu bukan baby blues. Depresi pascapersalinan dapat terjadi kapan saja selama tahun pertama setelah melahirkan.
Baca Juga: Berapa Lama Jahitan Pasca Melahirkan Menyatu dengan Daging? Ini Jawabannya!
2. Gejala
Sindrom baby blues akan membuat Moms merasa sedih dan tidak nyaman, tetapi hal itu seharusnya tidak terlalu memengaruhi kualitas hidup Anda.
Di sisi lain, depresi pascamelahirkan bukanlah sesuatu yang datang dan pergi dengan mudah sepanjang hari, gejalanya lebih persisten dan tidak akan hilang dengan sendirinya.
American Psychological Association menyebutkan, bahwa sekitar setengah dari wanita yang didiagnosis PPD mungkin sudah mulai mengalami gejalanya selama kehamilan.
Depresi postpartum memengaruhi sekitar 10-15% ibu. Seorang ibu dengan kondisi ini mungkin merasa sedih, tidak berharga, atau bersalah.
Dampaknya, Moms mungkin tidak dapat berkonsentrasi atau tertarik pada apa pun, bahkan bayinya sendiri.
Melansir Harvard Health, depresi postpartum ini juga bisa dialami oleh pria. Diperkirakan bahwa sebanyak 10 persen ayah mengalami depresi pospartum dalam tahun pertama setelah kelahiran sang anak.
Gejala dari kondisi depresi postpartum ini termasuk:
- Suasana hati tertekan
- Menangis
- Kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari
- Perasaan bersalah atau tidak berharga
- Kelelahan, energi berkurang
- Masalah tidur
- Nafsu makan berubah
- Tidak mampu berkonsentrasi
- Ada pikiran bunuh diri
Melansir jurnal Wolters Kluwer Health, jika ibu dengan PPD tidak mendapatkan pengobatan, mereka mungkin mengalami depresi kronis. Sang ibu mungkin mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan bayi mereka.
Selain itu, bayi yang baru lahir ini berisiko menangis berlebihan, gizi buruk, kurang tidur, keterlambatan perkembangan, dan kegagalan untuk berkembang.
PPD yang tidak diobati juga dapat mengakibatkan bunuh diri, pembunuhan bayi, dan kerusakan fisik pada bayi baru lahir.
Dampaknya, pada anak-anak dari ibu dengan PPD lebih cenderung memiliki gangguan ADHD, masalah emosional, masalah perilaku, dan keterlambatan bahasa.
Itu dia Moms penjelasan mengenai baby blues.
Jika Moms mengalami gejala di atas, jangan ragu untuk bicarakan dengan pasangan dan konsultasikan juga dengan dokter ya.
- https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/prenatal/delivery-beyond/Pages/Understanding-Motherhood-and-Mood-Baby-Blues-and-Beyond.aspx
- https://www.aafp.org/afp/1999/0415/p2259.html
- http://jurnal.unpad.ac.id/manajemen-komunikasi/article/view/20504/pdf
- https://www.apa.org/pi/women/resources/reports/postpartum-depression
- https://www.health.harvard.edu/newsletter_article/beyond-the-baby-blues
- https://journals.lww.com/nursingmadeincrediblyeasy/Fulltext/2018/05000/Postpartum_depression__Beyond_the__baby_blues_.7.aspx
- https://www.healthline.com/health/baby-blues
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.