Cari Tahu Bahaya Onani Jika Terlalu Sering Dilakukan
Dads kerap melakukan onani? Apakah sudah mengetahui bahaya-bahaya onani? Untuk itu, cari penjelasan bahaya onani, yuk!
Bahaya onani yang paling perlu diwaspadai adalah ketika dilakukan terlalu sering berpotensi mengalami kecanduan.
Meskipun bisa merilis hormon kebahagiaan, bahaya onani pada mental seseorang juga tidak boleh disepelekan.
Meskipun cara ini dianggap sebagai metode paling aman untuk melampiaskan hawa nafsu, namun jika dilakukan secara berlebihan bisa menimbulkan bahaya.
Simak ulasan selengkapnya mengenai bahaya onani dan informasi onani lainnya berikut ini, ya!
Baca Juga: 17+ Jenis Makanan Peningkat Gairah Seksual Moms dan Dads
Apa itu Onani?
Onani atau Porn, Mastrubate, and Orgasm (PMO) adalah kegiatan seksual tanpa berhubungan intim dengan pasangan.
Dalam hal ini, orang tersebut menggunakan tangan atau sex toy untuk merangsang kemaluannya.
Onani adalah sebutan untuk pria, sedangkan untuk wanita biasanya disebut masturbasi.
Dalam hukum Islam hal ini disebut Al-istimna yang berarti onani atau perancapan.
Pada dasarnya, hal ini tidak berbahaya bagi tubuh jika dilakukan dengan tepat dan tidak berlebihan.
Namun, apabila seseorang sudah merasa kecanduan bahaya onani, ia mungkin bisa mengalami efek sampingnya.
Baca Juga: 13 Penyebab Mual Setelah Berhubungan Intim
Manfaat Onani bagi Tubuh
Faktanya, ternyata onani memiliki manfaat untuk seseorang baik dari segi kesehatan fisik dan mental.
Mengutip dari My Cleveland Clinic menunjukkan bahwa onani dapat memberikan manfaat seperti:
- Mengurangi stres
- Meredakan ketegangan
- Tingkatkan kualitas tidur
- Tingkatkan fokus
- Tingkatkan suasana hati
- Mengurangi sakit dan nyeri
- Meningkatkan kehidupan seks
- Mencegah kecemasan dan depresi
- Tidak ada risiko hamil atau infeksi menular seksual (IMS)
Dalam sebuah studi menunjukkan onani ternyata sehat dan bahkan bermanfaat untuk kesehatan jangka panjang.
Dimana seseorang yang sering ejakulasi mungkin memiliki risiko lebih rendah terkena kanker prostat.
Onani dianggap sebagai kegiatan seks paling aman karena pelakunya bisa terhindar dari resiko kehamilan dan penyakit menular seksual.
Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan pula kalau pelakunya bisa hamil dan terkena penyakit seksual.
Terutama jika melakukan onani dengan pasangan atau menggunakan sex toy bekas orang lain dan kurang terawat kebersihannya.
Meskipun dianggap aman, onani tetap saja bisa berisiko menimbulkan kecanduan pada pelakunya.
Namun, ingat sering melakukan onani berbeda dengan orang yang kecanduan onani, ya Dads.
Kecanduan bahaya onani biasanya disebut compulsive sexual behavior dan masih berhubungan dengan kecanduan seksual dan pornografi.
Baca Juga: 5+ Rekomendasi Hadiah Seksi untuk Istri, Biar Makin Romantis
Ciri-Ciri Kecanduan Onani
Kalau Moms atau Dads pernah melakukan onani atau masturbasi, simak ciri-ciri mengalami kecanduannya antara lain:
- Kehidupan sosial dan pekerjaan mulai terganggu karena onani atau masturbasi.
- Lebih mengutamakan onani ketimbang kegiatan lain.
- Melakukan onani atau masturbasi di tempat umum.
- Melakukan onani atau masturbasi meskipun sedang tidak nafsu.
- Merasa bersalah ketika sedang melakukan onani atau masturbasi atau setelahnya.
- Kerap memikirkan onani atau masturbasi.
- Melakukannya untuk menghadapi emosi negatif.
Kalau Moms dan Dads merasakan gejala-gejala tersebut, cobalah segera mencari bantuan medis supaya bisa ditangani dengan tepat.
Jika dibiarkan saja, dikhawatirkan hal ini bisa menimbulkan bahaya onani berkepanjangan.
Akibatnya, sulit disembuhkan dan mempengaruhi kualitas hidup Moms dan Dads.
Baca Juga: Benarkah Masturbasi Bisa Menyebabkan Lutut Kopong?
Cara Mengidentifikasi Seseorang yang Kecanduan Onani
Kecanduan masturbasi bukanlah gangguan mental, dan tidak dapat didiagnosis menggunakan Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM).
Maka tidak ada kriteria khusus yang bisa digunakan untuk mengidentifikasinya.
Namun, dokter atau terapis dapat mengajukan sejumlah pertanyaan untuk mengidentifikasi tindakan onani.
Ini termasuk mengetahui apakah onani yang dilakukan berpotensi sangat mengganggu sehingga membutuhkan perawatan atau sebaliknya.
Penyebab Seseorang Kecanduan Onani
Terdapat beberapa penyebab potensial mengapa seseorang mengalami kecanduan masturbasi secara berlebihan atau kompulsif.
Melansir dari Very Well Mind, penyebab seseorang kecanduan onani berhubungan dengan pengalaman depresi atau stres.
Sehingga melakukan masturbasi agar dapat meningkatkan suasana hati, agar lebih rileks, dan mengurangi tingkat stres.
Ini juga ditujukan untuk menghilangkan rasa sakit emosional yang dirasakan.
Jika onani terus menerus dilakukan sebagai pelarian karena suasana hati yang buruk, lambat laun ini bisa menyebabkan kecanduan.
Baca Juga: Mengenal Fibroadenoma, Benjolan Payudara yang Tidak Nyeri
Bahaya Onani Terlalu Sering
Meskipun dianggap aman karena minim risiko kehamilan dan penyakit menular seksual, onani tetap berpotensi menimbulkan efek samping jika dilakukan berlebihan.
Berikut ini bahaya onani menurut Medical News Today dan Healthline.
1. Menurunkan Sensitivitas Seksual
Menurut jurnal Sexes, terlalu banyak stimulasi pada penis dapat menurunkan kepekaan saat berhubungan seks.
Sehingga dapat membuat kesulitan mencapai orgasme.
Ini dapat mengakibatkan berkurangnya kepuasan hubungan seksual dengan pasangan.
2. Berpotensi Kecanduan dan Mengganggu Aktivitas
Kecanduan onani berpotensi mengganggu kehidupan sehari-hari, misalnya hubungan dengan pasangan dan pekerjaan.
Jika bahaya onani yang membuat kecanduan sudah sangat mengganggu, coba kurangi frekuensinya dan alihkan dengan melakukan aktivitas lain.
Jika tidak terlalu efektif, segera temui ahli yang dapat membantu menanganinya.
3. Merasa Gelisah atau Bersalah
Di beberapa kepercayaan dan kebudayaan, onani dianggap sebuah perbuatan terlarang.
Di sebagian masyarakat pun masih ada stigma yang melekat, seperti misalnya dikaitkan dengan perbuatan yang tabu atau tidak bermoral.
Jika terus melakukannya, bahaya onani ini akan timbul perasaan bersalah, malu, atau membenci diri sendiri.
4. Berisiko Kanker Prostat
Studi di jurnal BJU International menemukan bahwa aktivitas seksual termasuk onani pada pria usia 20-30-an dapat meningkatkan risiko kanker prostat.
Risiko ini dapat terjadi jika onani dilakukan terlalu sering.
5. Berisiko Meningkatkan Depresi
Bahaya onani yang berkaitan dengan depresi tidak lepas dari hubungannya dengan rasa kecanduan atau perasaan bersalah.
Penelitian di jurnal Cureus menyebutkan bahwa perasaan bersalah setelah melakukan masturbasi yang dianggap tabu tersebut, dapat menyebabkan depresi dan delusi.
Rasa frustasi juga mungkin timbul dari onani jika seseorang mengalami libido yang rendah, vagina yang kering, dan masalah lainnya.
Baca Juga: Mengenal Gangguan Seksomnia, Tindakan Hubungan Seks saat Tidur
Apakah Onani Mempengaruhi Kesuburan?
Secara garis besar, bahaya onani tidak mempengaruhi kesuburan wanita apalagi sampai menyebabkan kemandulan.
Malahan, masturbasi justru memiliki manfaat bagi kesehatan karena menurunkan hormon stres dan merangsang munculnya hormon kebahagiaan.
Hormon kebahagiaan yang muncul ketika melakukan onani di antaranya hormon dopamin, endorfin, oksitosin, testosteron, dan prolaktin.
Hormon-hormon tersebut akan naik sementara waktu, namun bukan permanen. Sehingga tidak akan berpengaruh apa pun terhadap kondisi kesuburan wanita.
Selain itu, melakukan onani juga diketahui tidak berpengaruh pada jumlah sperma yang dimiliki laki-laki.
Justru dengan melakukan onani bisa membantu menurunkan stres, lho.
Ini berfungsi sebagai pain killer alami pada wanita yang mengalami kram perut saat haid dan menurunkan risiko kanker prostat, jika dilakukan sewajarnya.
Baca Juga: Mengenal Koyo KB, Alat Kontrasepsi yang Ditempel di Kulit
Pengobatan Kecanduan Onani
Jika Dads mengalami kecanduan masturbasi yang tampaknya tidak bisa diatasi seorang diri, maka perlu bantuan dokter.
Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah bahaya onani, yakni:
1. Melakukan Terapi
Terapi dengan berbicara pada ahli dapat membantu dalam menentukan penyebab dasar kecanduan masturbasi yang dimiliki.
Dengan begitu, Dads selanjutnya akan dibantu mengembangkan strategi dalam mengurangi perilaku tersebut.
Misalnya, jika Dads memiliki trauma masa lalu, ahli terapis dapat membantu menangani trauma tersebut dan membantu mencarikan coping skill dalam mengatasi sakit secara emosional.
Selain itu, jika Dads menggunakan masturbasi sebagai cara untuk mengatasi tekanan hidup, ahli terapis juga dapat membantu untuk mengatasinya.
Penting untuk disadari bahwa terapi yang dilakukan memerlukan waktu hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Baca Juga: Ada Apa Saja di Taman Mini? Yuk Simak Berbagai Wahana Seru di Dalamnya yang Pasti Disukai Si Kecil
2. Mengonsumsi Obat Resep
Hingga saat ini belum ada jenis obat yang disetujui yang dapat mengatasi kecanduan masturbasi.
Namun, dokter dapat menentukan apakah pasien dengan kecanduan onani perlu diberikan resep obat atau tidak.
Terkadang selain kecanduan onani, ada juga gangguan mental lain yang biasa dialami oleh pengidapnya.
Seperti depresi berat atau gangguan obsesif-kompulsif (OCD), yang dapat diatasi dengan pengobatan khusus.
Melansir dari The Journal of Clinical Psychiatry, obat naltrekson sering diresepkan untuk menangani kasus pada kecanduan onani.
Ini adalah obat yang telah disetujui Food Drugs and Administration (FDA) untuk mengatasi gangguan penggunaan opioid dan alkohol.
Baca Juga: Tanya Jawab dengan Dokter Kandungan Seputar Jengger Ayam pada Wanita, Apakah Berbahaya?
Mitos tentang Onani yang Perlu Dihentikan
Bagi sebagian orang, masih ada stigma seputar bahaya onani atau masturbasi yang sering menyebabkan misinformasi.
Berikut beberapa bahaya onani mitos-mitosnya, melansir dari Everyday Health.
1. Onani Berlebihan Dapat Menyebabkan Disfungsi Ereksi
Faktanya, onani tidak pernah menjadi salah satu penyebab terjadinya disfungsi ereksi.
Meskipun begitu, pada kenyataannya adalah terlalu sering onani atau masturbasi dapat membuat seseorang menjadi sulit mencapai orgasme.
"Seseorang mungkin menjadi terbiasa dengan sensasi sentuhan saat onani, sehingga menjadi sangat sulit mendapatkan orgasme ketika berhubungan intim dengan pasangan," ungkap Susan Kellogg-Spadt, PhD, seorang Director of Female Sexual Medicine di the Center for Pelvic Medicine in Rosemont, Pennsylvania, Amerika Serikat, melansir dari Everyday Health.
Baca Juga: 12+ Rekomendasi Kado Unisex, Ide Perayaan Tukar Kado!
2. Tidak Ada Manfaat Kesehatan dari Melakukan Onani
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa onani dapat memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan.
"Beberapa contohnya adalah kualitas tidur yang lebih baik, mengurangi stres, meringankan sakit kepala, meningkatkan konsentrasi, menjadi lebih bugar," jelas Justine Marie Shuey, PhD, seorang Seksolog di Philadelphia, Amerika Serikat.
Selain hal tersebut, ada juga sejumlah manfaat kesehatan lainnya, seperti termasuk mengurangi kekeringan pada vagina dan meringankan rasa sakit saat berhubungan seks.
3. Orang-orang Hanya Melakukan Masturbasi saat Sendirian
Bermasturbasi tidak selalu dapat dilakukan sendirian, sebab beberapa orang sering kali melakukannya dengan pasangan mereka.
"Beberapa orang bahkan melakukan masturbasi bersama, dan mereka memasukkan kegiatan bermasturbasi ke dalam aktivitas seksual mereka," ungkap Spadt.
Hal ini menjadi salah satu kegiatan yang tak boleh dilakukan terlalu sering, karena memicu rasa kecanduan.
4. Melakukan Onani dapat Memicu Kebutaan
Ungkapan onani yang dapat memicu kebutaan merupakan mitos belaka.
Pada dasarnya, memang banyak sekali mitos tentang onani, seperti mengidap penyakit TBC (tuberkulosis), hingga kematian.
Namun, tidak ada satupun dari hal tersebut yang dapat dikatakan benar.
Baca Juga: 13 Efek Masturbasi Terlalu Sering pada Pria dan Wanita
Demikian informasi mengenai bahaya onani, dan tips untuk pengobatannya.
Jangan percaya lagi mitos-mitos tentang onani yang tidak benar, ya!
- http://syariah.radenintan.ac.id/hukum-onani-dalam-pendekatan-medis/
- https://www.plannedparenthood.org/learn/teens/sex/masturbation/masturbation-good-you
- https://www.verywellmind.com/what-is-masturbation-addiction-5077411
- https://www.healthline.com/health/healthy-sex/masturbation-effects-on-brain#takeaway
- https://www.plannedparenthood.org/learn/ask-experts/will-masturbating-affect-sperm-count-or-fertility
- https://www.healthline.com/health/healthy-sex/does-female-masturbation-cause-infertility#ovulation
- https://www.everydayhealth.com/erectile-dysfunction/the-truth-about-masturbation-myths.aspx
- https://www.psychiatrist.com/jcp/mental/child/naltrexone-treatment-adolescent-sexual-offenders/
- https://www.mdpi.com/2411-5118/3/2/18/htm
- https://bjui-journals.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/j.1464-410X.2008.08030.x
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8011625/
- https://my.clevelandclinic.org/health/articles/24332-masturbation
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.