Bayi Mengalami Kecemasan, Normalkah?
Apakah Moms merasa khawatir ketika melihat bayi menangis yang kencang, meski hanya ditinggal ke kamar mandi? Bayi yang terus menangis hingga Moms mendekati dan memeluknya lalu tiba-tiba berhenti menangis? Apakah itu adalah tanda bayi cemas? Apakah itu hal normal?
Sepertinya, bayi sedang mengalami rasa cemas saat ditinggalkan dan meluapkannya dengan menangis. Rasa cemas saat ditinggalkan cukup mudah dikenali. Biasanya bayi akan terlihat rewel, menangis dengan kuat saat orang tua tidak terlihat, pemilik referensi yang kuat untuk hanya satu orang tua misalnya kepada Moms, takut pada orang asing, bangun di malam hari menangis mencari orang tua, dan mudah terhibur jika berada dalam pelukan orang tua.
Baca Juga: Coba 4 Cara Ini untuk Menyiasati Kecemasan Berpisah pada Bayi Saat Malam
Bagian dari Perkembangan Adaptasi yang Normal
Foto: Flo.health
Sebenarnya, rasa cemas akan perpisahan menunjukkan bahwa bayi telah membentuk ikatan yang sehat dan penuh kasih sayang kepada Moms. Ini adalah pertanda indah bahwa bayi mengasosiasikan kehadiran Moms sebagai kesenangan, kenyamanan, dan keamanan.
Ini juga menunjukkan bahwa bayi berkembang secara intelektual. Bayi belajar semua kebutuhannya akan dapat terpenuhi jika ada Moms. Namun, bayi tidak cukup tahu tentang dunia belum mengerti bahwa ketika Moms pergi, Moms akan selalu kembali.
Akan masuk akal bahwa keengganan untuk berpisah terkait dengan sudut pandang bayi untuk bertahan hidup. Moms adalah sumber makanan bayi, baik secara fisik maupun emosional. Dan ketika bayi mencapai tingkat kematangan intelektual tertentu, dia menyadari hal ini.
Tahap ini seperti banyak hal lain di masa kecil, rasa cemas saat ditinggalkan pada bayi juga akan berlalu. Jika sudah waktunya, bayi akan belajar bahwa mereka dapat berpisah dari Moms, bahwa Moms akan kembali, dan bahwa semuanya akan baik-baik saja di antara kedua titik waktu tersebut.
Dapat Diprediksi Sejak Lahir
Foto: Megfaure.com
Pola tertentu dari konektivitas otak yang terlihat pada bayi baru lahir, dapat memprediksi kemungkinan bayi untuk menunjukkan gejala awal penyakit mental. Termasuk kesedihan, rasa malu yang berlebihan, kegelisahan dan kegelisahan perpisahan.
Hal itu ditemukan dalam Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry. Gejala awal ini, sangat terkait dengan depresi klinis dan kecemasan pada anak yang lebih tua dan orang dewasa.
"Pola konektivitas otak dapat mengindikasikan bahwa bagi beberapa anak, otak mereka berkembang yang juga ikut meningkatkan risiko gejala kesehatan mental ketika mereka berkembang," kata Dr. Cynthia Rogers, seorang psikiater anak di Universitas Washington di St. Louis dan memimpin penelitian tersebut.
Meski begitu, hal tersebut tidak akan berlangsung lama. "Penting untuk dicatat bahwa pengalaman dan lingkungan yang mereka hadapi ketika mereka tumbuh juga dapat mengubah pola konektivitas ini, sehingga lebih mungkin untuk mengembangkan gejala awal ini," tambahnya.
Baca Juga: Mengenal Separation Anxiety dan Tanda-tandanya Pada Bayi
Tujuan awal dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki perbedaan konektivitas fungsional antara bayi yang lahir prematur dan tidak. Para peneliti melakukan pemindaian MRI pada 65 bayi baru lahir dan 57 bayi prematur.
Bayi baru lahir prematur dilahirkan setidaknya 10 minggu lebih awal, tetapi pemindaian otak dilakukan pada atau sekitar tanggal kelahiran semula. Kemudian, dua tahun kemudian, para peneliti menilai anak-anak untuk gejala awal depresi dan kecemasan.
"Studi kami adalah salah satu yang pertama untuk mendeteksi perbedaan fungsional dalam konektivitas amigdala saat lahir terkait dengan gejala awal. Ada beberapa penelitian lain pada bayi yang lebih tua dan anak kecil yang telah menemukan perbedaan fungsional. Tetapi keuntungan mempelajari bayi saat lahir adalah pola ini tidak dipengaruhi oleh pengalaman yang mereka miliki," jelasnya.
Hasilnya, ditemukan bahwa ada kemungkinan pengalaman yang dimiliki bayi setelah kelahiran terus mempengaruhi konektivitas amygdala dengan daerah otak lainnya dan yang mungkin menentukan melanjutkan atau tidak gejala gangguan itu.
“Kita dapat mengevaluasi apakah ada pengalaman yang dimiliki anak-anak ini ketika berada di rumah sakit atau di awal masa bayi yang mengubah pola-pola ini menjadi lebih baik atau lebih buruk yang dapat kita modifikasi,” tandasnya.
Fakta Tentang Kecemasan pada Bayi
Foto: Simplesleep.com
Dilansir dari Healthychildren, rasa cemas yang dialami bayi bisa mengalami perkembangan sesuai usianya.
Kecemasan berpisah akan berkembang setelah bayi memperoleh pemahaman tentang objek permanen. Setelah bayi menyadari bahwa Moms yang selalu ada di sisinya benar-benar pergi dan tidak terlihat, itu mungkin membuatnya tidak tenang.
Meskipun beberapa bayi menunjukkan hal tersebut sejak usia 4 hingga 5 bulan, sebagian besar akan hal yang lebih kuat pada sekitar usia 9 bulan. Rasa cemas ini akan terlihat lebih buruk jika saat itu bayi merasa lapar, lelah, atau tidak enak badan.
Banyak balita yang tidak mengalami rasa cemas saat masih bayi dan mulai menunjukkannya pada usia 15 hingga 18 bulan. Ketika anak-anak mulai memiliki kemandirian selama masa balita, Si Kecil mungkin menjadi lebih sadar akan perpisahan. Perilaku mereka saat berpisah akan lebih rewel, terus menangis, dan sulit dihentikan.
Baca Juga: Atasi Separation Anxiety Balita, Lakukan Ini sebelum Anak Masuk Sekolah
Bayi yang merasa cemas saat ditinggalkan oleh Moms adalah bentuk rasa cintanya. Nikmati waktu ini Moms.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.