Berhubungan saat Malam Lebaran, Apakah Diperbolehkan?
Biasanya, malam terakhir Ramadan sebelum besoknya melaksanakan salat Idul Fitri diisi dengan berbagai aktivitas bersama. Misalnya dengan mempersiapkan makanan khas, memilih baju bersih terbaik hingga meluangkan waktu bersama keluarga.
Namun, ternyata ada juga pasangan yang berhubungan saat malam lebaran. Karena merasa tidak memiliki keleluasaan waktu berhubungan saat Ramadan atau karena melakukan Long Distance Marriage (LDM), pasangan suami istri tersebut akhirnya memutuskan untuk berhubungan saat malam lebaran.
Ternyata, hal ini juga menjadi perhatian masyarakat. Salah satunya terbukti dengan banyaknya pertanyaan berhubungan saat malam lebaran di laman pencarian internet. Baca artikel ini sampai habis untuk mengetahui jawaban boleh atau tidaknya berhubungan saat malam lebaran.
Baca Juga: 5 Inspirasi Baju Lebaran Untuk Ibu Hamil
Bolehkah Berhubungan saat Malam Lebaran?
Foto: Orami Photo Stock
Pertanyaan seperti ini biasanya didasari atas adanya kabar yang menyatakan bahwa berhubungan saat malam lebaran tidak dibolehkan. Padahal sebenarnya, berhubungan saat malam lebaran tidak memiliki larangan baik dalam Alquran maupun di dalam hadis.
Hubungan saat malam lebaran atau siang harinya hukumnya mubah. Dan tidak ada larangan hubungan intim kecuali ketika siang hari Ramadan bagi yang wajib puasa, atau ketika istri dalam kondisi haid atau nifas. Secara syariat hubungan tersebut haram.
Allah SWT berfirman: “Dan, mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katakanlah: ‘Itu sesuatu yang kotor’. Karena itu, jauhilah isteri pada waktu haid. Dan, jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci.” (QS Al-Baqarah: 222)
Meski berhubungan saat malam lebaran diperbolehkan, namun ada beberapa waktu yang tidak diperbolehkan melakukan hubungan istri lainnya selain saat haid pada waktu Ramadan, yakni:
1. Saat Suami Tengah Beriktikaf di Masjid
Iktikaf adalah berada di dalam masjid dengan niat beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah dan tidak melakukan hal lain selain melakukan ibadah di dalam masjid, seperti iktikaf sepuluh hari di akhir bulan Ramadan. Syariat tidak membolehkan hubungan intim dalam situasi itu.
Bila tetap dilakukan, maka ibadah iktikafnya bisa dikatakan batal menurut syariat. Mengenai hal ini, ada penjelasan dala Alquran saat Allah SWT berfirman: “Tetapi jangan kamu campuri (gauli) mereka (isterimu), ketika kamu beriktikaf.” (QS Al-Baqarah: 187)
Baca Juga: Lebaran di Rumah Orang Tua atau Mertua Tahun Ini?
2. Saat Suami atau Istri Sedang Ihram Ketika Menunaikan Ibadah Haji
Sebelum rangkaian ihram haji itu selesai, misalkan keduanya berhubungan intim sebelum Wuquf di Arafah atau sebelum menyelesaikan Tahallul kecil, banyak ulama yang sepakat bahwa ibadah hajinya masuk dalam kategori batal. Oleh karena itu, keduanya harus mengulangi kembali haji di tahun depan.
Dalam penjelasannya, Allah SWT berfirman: “Barangsiapa mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah ia berhubungan intim (rafats), berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan) ibadah haji.” (QS Al-Baqarah: 197)
3. Saat Suami-Istri Sedang Mengerjakan Puasa
Mengerjakan puasa di sini bersifat umum, bisa puasa wajib di bulan Ramadan atau puasa-puasa sunnah seperti Senin-Kamis, Hari Arafah dan puasa sunah lainnya. Sebab, salah satu aktivitas yang dapat membatalkan ibadah puasa adalah melakukan hubungan intim suami-isteri.
Jika tetap ingin menggauli istri, maka hal itu bisa dilakukan di malam hari dan sudah tidak berada dalam kondisi junub saat masuk waktu salat subuh. Hal ini berlaku baik di malam-malam di bulan Ramadhan atau malam-malam sebelum melaksanakan ibadah puasa sunnah.
Allah SWT berfirman: “Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan isterimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima taubatmu dan memaafkan kamu. Maka sekarang, campurilah mereka dan carilah apa yang telah Allah tetapkan bagimu.” (QS Al-Baqarah: 187).
Yang disebutkan dalam ayat di atas adalah pengecualian. Artinya hubungan intim boleh dilakukan selain di waktu-waktu dan dalam kondisi tersebut. Dan ini bisa menjadi salah satu alasan diperbolehkannya berhubungan saat malam lebaran dan tidak melanggar syariat.
Baca Juga: Mencari ART Infal Untuk Lebaran? Ini Tipsnya!
Waktu yang Pas Berhubungan saat Malam Lebaran
Foto: Orami Photo Stock
Karena tidak ada alasan syari yang melarang berhubungan saat malam lebaran dalam Alquran dan hadis, maka pasangan tersebut boleh melakukannya. Yang terpenting adalah harus ingat waktu, agar keesokan harinya tidak kesiangan saat hendak melakukan salat Idul Fitri.
Penjelasan selanjutnya dalam ayat yang sama, Allah SWT berfirman: “…Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah kamu, hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedangkan kamu beriktikaf alam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya…” (QS Al-Baqarah: 187).
Dalam hal ini, Allah SWT begitu memahami bahwa kasih sayang yang dimiliki oleh pasangan suami istri merupakan dasar yang dibangun di atas ikatan sebuah pernikahan yang bahagia. Untuk membuat kehidupan rumah tangga yang harmonis, salah satunya dengan cara mempergauli istri dengan baik.
Hubungan yang baik antara suami istri bukan hanya tentang urusan ranjang, tetapi juga segala sesuatu yang bisa membuat seorang istri bahagia. Jika istri bahagia, kehidupan rumah tangga akan berjalan dengan lebih baik. Dalam Alquran Allah SWT berfirman: “Dan bergaulah dengan mereka secara patut.” (QS An-Nisa: 19).
Selain dibolehkan, ternyata berhubungan saat malam lebaran dan malam-malam lainnya juga memiliki penjelasan secara ilmiah. Seseorang dapat berhubungan seks kapan saja, namun ternyata banyak yang melakukakkanya dalam kegelapan.
Ternyata, sains juga dapat menjelaskan tentang preferensi seseorang untuk berhubungan saat malam hari. Banyak penelitian telah mengamati waktu dan frekuensi di mana manusia cenderung berhubungan seks, pada rentang jendela waktu tertentu.
Salah satunya seperti yang dilakukan oleh peneliti John Palmer, Richard Udry dan Naomi Morris yang diterbitkan dalam Human Biology edisi 1982. Ketiganya melakikan analisis aktivitas seksual pada 78 pasangan muda yang sudah menikah selama periode 12 bulan.
Mereka mengamati ritme mingguan yang berbeda untuk aktivitas seksual, yang menurut penulis ditandai dengan ‘tingkat kopulasi yang agak konstan selama hari kerja, dengan peningkatan yang besar. pada akhir pekan’ yang menjadi salah satu hasil dari penelitian tersebut.
Para peneliti juga mengamati ritme harian, yang ditandai dengan ‘puncak malam yang besar’. Hal ini mencakup 58 persen hubungan seksual di malam hari dan puncak lainnya yang lebih kecil di pagi hari. Ini menunjukkan bahwa lebih banyak pasangan yang berhubungan seks di malam hari.
Karena tidak ada dalil yang melarangnya, berhubungan saat malam lebaran boleh dilakukan. Sensasi berbeda dan meningkat akan dirasakan, sebab selain mempersiapkan lebaran, pasangan juga akan lebih tertantang dan memacu adrenalin bersama saat melakukan aktivitas seksual. Berani melakukannya?
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.