01 Juli 2024

Biografi Abdul Muis, Sastrawan Berpengaruh Indonesia

Cari informasinya di sini, yuk Moms!

Ketika nama Abdul Muis disebutkan, banyak yang langsung teringat pada novel Salah Asuhan.

Memang, novel inilah yang membuat namanya dikenal luas.

Salah Asuhan tidak hanya dijadikan bahan pelajaran di sekolah-sekolah, tetapi juga telah diadaptasi menjadi film.

Namun, Salah Asuhan bukan satu-satunya karya Abdul Muis.

Selain menjadi sastrawan, ia juga seorang wartawan dan pejuang pada masanya.

Hebatnya, dua bulan setelah wafat, pemerintah menetapkan Abdul Muis sebagai Pahlawan Nasional.

Ini adalah pertama kalinya pahlawan nasional ditetapkan, yang kemudian menjadi tradisi.

Abdul Muis lahir pada 3 Juni 1883 di Bukittinggi, Sumatera Barat.

Jiwa petualang yang tinggi memang merupakan ciri khas orang Minangkabau, dan Abdul Muis tidak terkecuali.

Untuk mengenal lebih dekat, yuk Moms simak biografi lengkap Abdul Muis, sang sastrawan paling berpengaruh di Indonesia.

Baca Juga: Sinopsis Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata, Simak Yuk!

Silsilah Keluarga Abdul Muis

profil abdul muis
Foto: profil abdul muis (kompas.com)

Abdul Muis berasal dari keluarga yang memiliki silsilah dan warisan keilmuan yang kaya.

Ayahnya, Datuk Tumangguang Sutan Sulaiman, adalah seorang demang atau kepala distrik pada masa Hindia Belanda.

Jabatan demang merupakan posisi penting dalam struktur pemerintahan kolonial, yang bertanggung jawab atas administrasi dan pengelolaan wilayah tertentu.

Kedua orang tua Abdul Muis adalah tokoh penting dalam masyarakat Minangkabau yang kental dengan tradisi keagamaan dan keilmuan.

Lebih jauh lagi, mereka juga memiliki hubungan kekerabatan dengan Toeankoe Laras Soengai Poear, seorang ulama dan pemimpin masyarakat yang dihormati di daerah tersebut.

Oleh karena itu, Abdul Muis tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sarat dengan nilai-nilai keagamaan, keilmuan, dan kebangsawanan, yang kemudian membentuk fondasi penting dalam perjalanan hidup dan karirnya sebagai pahlawan nasional Indonesia.

Baca Juga: Amir Hamzah, Pahlawan Indonesia yang Juga Seorang Sastrawan

Pendidikan dan Karier Abdul Muis

Abdul Muis merupakan lulusan Eur. Lagere School (ELS), dan ia sempat belajar di School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) selama tiga setengah tahun antara 1900 dan 1902.

Namun, karena sakit, ia terpaksa meninggalkan sekolah kedokteran tersebut.

Pada tahun 1905, Abdul Muis keluar dari Departemen tersebut setelah bekerja selama lebih kurang dua setengah tahun.

Ini menunjukkan bahwa pengalaman kerja Abdul Muis di Departemen tersebut tidak berlangsung lama, tetapi mungkin memberikan wawasan dan pengalaman yang berharga untuk langkah-langkah selanjutnya dalam karier dan kehidupannya.

Pada tahun 1905, Abdul Muis diterima sebagai anggota dewan redaksi majalah Bintang Hindia, sebuah majalah yang banyak memuat berita politik di Bandung.

Hal ini menandai awal keterlibatannya dalam dunia jurnalistik dan politik.

Abdul Muis juga bekerja di De Prianger Bode, sebuah surat kabar harian Belanda yang terbit di Bandung, sebagai korektor.

Pengalamannya di bidang jurnalistik ini memberinya kesempatan untuk terlibat lebih dalam dalam dunia media dan sastra, serta untuk menyampaikan pandangannya tentang berbagai isu politik dan sosial yang relevan pada saat itu.

Pada tahun 1913, Abdul Muis keluar dari De Prianger Bode.

Setelahnya, bersama dengan A.H. Wignyadisastra, ia dipercaya untuk memimpin Kaum Muda, salah satu surat kabar milik Sarekat Islam (SI) yang terbit di Bandung.

Pada tahun yang sama, atas inisiatif dr. Cipto Mangunkusumo, Abdul Muis bersama dengan Wignyadisastra dan Suwardi Suryaningrat membentuk Komite Bumi Putra.

Komite ini bertujuan untuk mengadakan perlawanan terhadap Belanda serta untuk mendesak Ratu Belanda agar memberikan kebebasan bagi bangsa Indonesia dalam berpolitik dan bernegara.

Pada tahun 1917, Abdul Muis pergi ke Belanda untuk menambah ilmunya, menunjukkan kegigihan dan keingintahuan intelektualnya yang besar.

Pada tahun 1918, setelah kembali dari Belanda, Abdul Muis pindah ke harian Neraca karena Kaum Muda telah diambil alih oleh Politiek Economische Bond, sebuah gerakan politik Belanda dibawah pimpinan Residen Engelenberg.

Hal ini menunjukkan pergeseran dalam karir jurnalistiknya sebagai tanggapan terhadap dinamika politik yang sedang berlangsung pada saat itu.

Pada tahun yang sama, Abdul Muis juga menjadi anggota dewan Volksraad (Dewan Rakyat Jajahan).

Selain itu, Abdul Muis juga memainkan peran penting sebagai pemimpin redaksi dua surat kabar, yaitu Utusan Melayu dan Perubahan.

Melalui kedua media ini, Abdul Muis terus melancarkan kritik dan serangan terhadap kebijakan-kebijakan kolonial Belanda, serta menyuarakan aspirasi rakyat Indonesia untuk merdeka dan berdaulat.

Abdul Muis juga dikenal sebagai seorang politikus yang aktif.

Pada tahun 1926, ia terpilih menjadi anggota Regentschapsraad Garut (Dewan Kabupaten Garut) dengan dukungan dari Serikat Islam, sebuah organisasi politik yang berperan penting dalam pergerakan nasional Indonesia.

Enam tahun kemudian, pada 1932, Abdul Muis diangkat menjadi Regentschapsraad Gontroleur, sebuah jabatan yang berfungsi sebagai pengawas atau pengendali dalam dewan tersebut.

Abdul Muis menjalankan tugasnya sebagai anggota dan pengawas di Regentschapsraad hingga masa pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942.

Dalam perannya di dewan tersebut, beliau terus memperjuangkan hak-hak rakyat dan menentang kebijakan kolonial yang merugikan.

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, Abdul Muis tetap aktif bekerja meskipun kondisi kesehatannya mulai menurun akibat penyakit darah tinggi.

Jepang mengangkatnya sebagai pegawai di Sociale Zaken, yang merupakan departemen urusan sosial.

Dalam peran ini, Abdul Muis terus berkontribusi untuk masyarakat meskipun di bawah pemerintahan pendudukan yang baru.

Dedikasinya terhadap kesejahteraan rakyat tetap kuat, menunjukkan komitmennya untuk melayani dan memperjuangkan kepentingan masyarakat Indonesia di berbagai kondisi dan pemerintahan.

Baca Juga: 29 Nama Pahlawan Nasional Indonesia dan Kisah Perjuangannya

Karya-karya Abdul Muis

karya abdul muis
Foto: karya abdul muis

Sebagai seorang sastrawan, Abdul Muis memang tidak seproduktif beberapa rekan sezamannya, tetapi ia tetap meninggalkan jejak penting dalam dunia sastra Indonesia.

Dia menulis 4 novel dan beberapa karya sastra lainnya.

Karya-karyanya yang terkenal meliputi:

1. Salah Asuhan (1928)

Salah Asuhan," diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1928, adalah karya sastra terkenal Abdul Muis yang menggambarkan perbenturan antara budaya Indonesia, khususnya budaya Minang, dan budaya Barat yang dibawa oleh kaum kolonial.

Novel ini mengisahkan tokoh utama, Hanafi, seorang pemuda Minang yang mengalami konflik identitas dan nilai-nilai akibat pengaruh budaya Barat.

Novel ini adalah salah satu karyanya yang paling dikenal dan sering dianggap sebagai salah satu karya sastra Indonesia yang klasik.

2. Pertemuan Jodoh (1933)

Karya Abdul Muis ini termasuk dalam genre roman bertendens, yaitu roman yang mengandung pesan atau tendensi tertentu, seringkali menyangkut moral, sosial, atau politik.

Novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1932.

Pada masa itu, hubungan percintaan antara seorang keturunan bangsawan dan seseorang dari keturunan biasa sering dianggap aneh dan bahkan tabu.

Hal ini mencerminkan struktur sosial yang sangat stratifikasi dalam masyarakat Indonesia.

3. Surapati (1950)

“Surapati" adalah sebuah novel berlatar sejarah karya Abdul Muis yang mengisahkan perjalanan hidup seorang budak dari Bali yang kemudian menjadi raja.

Novel ini mencakup rentang waktu antara tahun 1683 hingga 1706 dan mengangkat kisah cinta yang berlatar belakang peristiwa sejarah yang sebenarnya.

Cerita "Surapati" merupakan sebuah epik yang menggambarkan transformasi tokoh utama dari seorang budak menjadi seorang pemimpin yang berpengaruh.

Hampir semua tokoh dan peristiwa dalam novel ini diambil dari fakta sejarah, membuatnya tidak hanya sebagai karya fiksi tetapi juga sebuah narasi yang memperkenalkan pembaca kepada sejarah Indonesia pada masa tersebut.

4. Robert Anak Surapati (1953)

Novel ini merupakan bagian dari karya-karya sastra Abdul Muis yang menggambarkan cerita yang terinspirasi oleh tokoh-tokoh sejarah dan latar belakang budaya Indonesia.

"Robert Anak Surapati" melanjutkan tradisi Abdul Muis dalam menulis cerita yang tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan wawasan tentang sejarah dan nilai-nilai budaya Indonesia.

Baca Juga: 11 Contoh Novel Sejarah Indonesia, Penuh Ketegangan!

Karya Terjemahan Abdul Muis

biografi abdul muis
Foto: biografi abdul muis

Untuk menambah penghasilan, Abdul Muis menerjemahkan sejumlah karya sastra dunia ke dalam bahasa Indonesia.

Beberapa karya terkenal yang diterjemahkannya meliputi:

  • Don Kisot (1923) karya Miguel de Cervantes – Sebuah novel klasik yang terkenal, yang mengisahkan petualangan seorang pria bernama Don Quixote yang berimajinasi menjadi ksatria.
  • Tom Sawyer Anak Amerika (1928) karya Mark Twain – Kisah petualangan seorang anak laki-laki bernama Tom Sawyer yang penuh dengan humor dan kejenakaan.
  • Sebatang Kara (1922) karya Hector Malot – Novel ini, yang juga dikenal dengan judul "Sans Famille" dalam bahasa aslinya, menceritakan kehidupan seorang anak yatim piatu yang berjuang mencari tempat dalam dunia.
  • Tanah Airku (1950) karya C. Swaan Koopman – Karya ini adalah refleksi cinta tanah air yang membawa semangat patriotisme.

Dengan menerjemahkan karya-karya sastra ini, Abdul Muis tidak hanya menambah penghasilannya, tetapi juga memperkaya khazanah sastra Indonesia dengan memperkenalkan karya-karya besar dunia kepada pembaca lokal.

Abdul Muis berhasil menggabungkan unsur-unsur sastra dengan pesan moral dan kritik sosial yang mendalam, menjadikannya salah satu sastrawan pertama yang karyanya puitis dan bermakna di Indonesia.

Pada tanggal 17 Juni 1959 Abdul Muis meninggal dunia karena penyakit darah tinggi.

Tidak sampai dua bulan setelah Abdul Muis meninggal dunia pada 17 Juni 1959, Presiden Soekarno mengangkatnya sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

Karena kontribusinya yang besar dalam memperjuangkan kemerdekaan dan hak-hak rakyat Indonesia, baik melalui aktivitas politik, gerakan sosial, maupun peranannya dalam dunia jurnalistik.

Pada tanggal 30 Agustus 1959, Abdul Muis dianugerahi penghargaan Bintang Mahaputra kelas III sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya dalam perjuangan kemerdekaan dan kontribusinya terhadap bangsa dan negara.

Penghargaan ini menguatkan perannya sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia yang dedikasinya di berbagai bidang, termasuk politik, sastra, dan jurnalisme, sangat dihargai dan dikenang oleh bangsa.

  • https://www.liputan6.com/news/read/2360501/abdul-muis-sastrawan-yang-jadi-pahlawan-nasional-pertama
  • https://regional.kompas.com/read/2022/02/21/131914078/biografi-abdul-muis-tokoh-asal-bukittinggi-pahlawan-nasional-pertama-di?page=all

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.