Pengertian Cancel Culture, Budaya yang Berkembang di Korea!
Korea Selatan, dengan industri yang berkembang pesat dan penggunaan media sosial yang luas, menjadi salah satu tempat di mana budaya cancel culture telah berkembang dengan signifikan.
Fenomena ini tidak hanya memengaruhi dunia hiburan, tetapi juga merambah ke dalam aspek-aspek lain dari kehidupan sehari-hari di Korea.
Dari selebriti hingga pejabat publik, setiap tindakan dan pernyataan dipantau dengan cermat oleh masyarakat daring yang semakin kuat.
Budaya cancel culture di Korea telah menjadi sorotan internasional, terutama dengan meningkatnya insiden pembatalan selebriti dan figur publik yang terlibat dalam kontroversi.
Seiring dengan kecepatan penyebaran informasi di media sosial, opini publik bisa berubah dengan cepat, sering kali tanpa mempertimbangkan konteks atau fakta yang lebih luas.
Lalu, apa sebenarnya budaya cancel culture itu sendiri?
Dalam artikel ini, Moms akan mengeksplorasi lebih dalam tentang bagaimana budaya cancel culture telah berkembang di Korea dan dampaknya.
Untuk itu, simak penjelasannya hingga akhir, ya Moms.
Baca Juga: List Idol Kpop Diduga Pro Israel, Ada Doyoung NCT dan Siwon
Pengertian Cancel Culture
Cancel culture merujuk pada praktik pembatalan atau penolakan terhadap individu, perusahaan, atau lainnya dalam masyarakat karena perilaku atau pernyataan yang dianggap tidak etis, kontroversial, atau tidak pantas.
Dalam konteks budaya populer dan media sosial, cancel culture sering dilakukan dalam boikot, penghentian dukungan finansial, dan penolakan untuk berinteraksi atau bekerja sama.
Tujuan dari budaya ini sering kali adalah untuk menarik perhatian pada masalah-masalah sosial dan menuntut pertanggungjawaban atas tindakan atau pernyataan mereka.
Fenomena ini sering kali dipicu oleh opini publik yang berkembang secara masal di media sosial dan dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap reputasi dan kehidupan seseorang.
Baca Juga: 6 Film Indonesia Tayang Mei 2024, Ada dari Kisah Nyata
Konsep Cancel Culture
Cancel culture, meski menjadi perbincangan hangat, memiliki konsep yang bisa dilihat dari beberapa sudut pandang:
1. Menjauhi dan Memboikot
Ini adalah inti dari cancel culture. Individu atau kelompok didorong untuk menghindari figur publik, merek, atau karya seni sebagai bentuk hukuman atas tindakan atau ucapan yang dianggap menyinggung.
Boikot ini bisa berupa berhenti mengikuti di media sosial, tidak membeli produk, hingga menyerukan pemecatan.
2. Hukuman Publik Melalui Media Sosial
Di era digital, media sosial menjadi platform utama cancel culture beroperasi.
Kesalahan atau ucapan kontroversial seseorang dapat dengan cepat disebarluaskan dan memicu kemarahan publik.
Tagar (hashtag) tertentu bermunculan untuk menyerukan pemboikotan.
3. Konsekuensi yang Luas
Dampak cancel culture tidak hanya sebatas ranah online. Ini bisa berdampak pada karier, reputasi, bahkan kehidupan pribadi seseorang.
Misalnya, seorang selebriti yang terkena cancel culture bisa kehilangan kontrak kerja atau tawaran endorsement.
4. Menuntut Pertanggungjawaban
Para pendukung cancel culture melihatnya sebagai cara untuk menuntut pertanggungjawaban atas ucapan atau tindakan yang menyinggung.
Mereka percaya bahwa figur publik harus bertanggung jawab atas dampak sosial dari perkataan atau perbuatan mereka.
Baca Juga: 6 Jenis-Jenis Bullying serta Dampaknya terhadap Korban
Dampak dari Cancel Culture
Cancel culture, sebagai fenomena yang ramai diperbincangkan, memiliki dampak yang bisa dilihat dari berbagai sisi.
Berikut beberapa dampak yang perlu dicermati:
Dampak Positif
- Menuntut Pertanggungjawaban
Cancel culture bisa menjadi alat untuk menuntut pertanggungjawaban figur publik atas ucapan atau tindakan yang menyinggung.
Hal ini mendorong kesadaran sosial dan kepekaan terhadap isu-isu sensitif.
- Mendorong Perubahan
Dengan adanya cancel culture, kelompok marjinal memiliki suara untuk melawan diskriminasi dan ketidakadilan.
Boikot yang dilakukan bisa mendorong perubahan perilaku atau kebijakan dari pelaku.
- Menjaga Etika Publik
Cancel culture dapat menjaga etika publik dengan menghukum ucapan atau tindakan yang dianggap melanggar norma sosial.
Ini memicu efek jera bagi yang lain untuk lebih berhati-hati dalam bersikap dan berbicara.
Dampak Negatif
- Pembatasan Kebebasan Berpendapat
Cancel culture dikhawatirkan membatasi kebebasan berpendapat.
Orang enggan menyuarakan pendapat yang berbeda karena takut diboikot. Hal ini bisa menghalangi wacana dan diskusi yang sehat.
- Hukuman Massa yang Tidak Terkendali
Media sosial membuat kemarahan massa mudah tersulut dan kurang terkendali.
Seseorang bisa diboikot tanpa investigasi yang tepat atas kesalahan yang belum tentu benar.
- Peluang Kedua yang Hilang
Cancel culture bisa menghalangi peluang belajar dari kesalahan.
Hukuman yang terlalu berat bisa menghancurkan karier dan kehidupan seseorang tanpa memberi kesempatan untuk introspeksi dan perbaikan diri.
- Dampak Psikologis yang Buruk
Individu yang terkena cancel culture bisa mengalami tekanan psikologis yang berat, depresi, bahkan kecemasan.
Dampak ini bisa meluas ke keluarga dan kerabat dekat.
Dampak Lain yang Perlu Dipertimbangkan
- Hilangnya Mata Pencaharian
Dampak konsep ini bisa fatal bagi figur publik yang mengandalkan citra baik untuk karir mereka. Pembatalan kontrak kerja hingga kehilangan pendapatan bisa terjadi.
- Polarisasi Masyarakat
Perdebatan terkait konsep ini dapat memperuncing polarisasi masyarakat. Alih-alih mencari solusi, masyarakat terbagi menjadi kubu yang saling menyerang.
Baca Juga: Sinopsis Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata, Simak Yuk!
Publik Figur Korea yang Terkena Cancel Culture
Korea Selatan dikenal memiliki budaya cancel culture yang cukup ketat, terutama di industri hiburan. Berikut beberapa publik figur Korea yang pernah mengalaminya:
Kim Seon-ho (Aktor)
- Skandal: Pada Oktober 2021, Kim Seon-ho tersandung skandal dugaan pemaksaan aborsi terhadap mantan kekasihnya.
- Dampak: Kim Seon-ho saat itu sedang naik daun berkat perannya dalam drama Korea Hometown Cha-Cha-Cha. Akibat skandal tersebut, ia didrop dari berbagai proyek film dan iklan, serta mendapat banyak kecaman dari netizen
Seungri (Mantan anggota BIGBANG)
- Skandal: Pada tahun 2019, Seungri terseret dalam skandal Burning Sun, sebuah klub malam yang diduga terlibat prostitusi dan kekerasan.
- Dampak: Seungri hengkang dari BIGBANG dan YG Entertainment. Ia didakwa dengan berbagai tuduhan, termasuk penggunaan narkoba, mediasi prostitusi, dan penggelapan dana.
Irene (Red Velvet)
- Skandal: Pada Oktober 2020, Irene tersandung skandal perlakuan kasar terhadap seorang stylist.
- Dampak: Irene menulis surat permintaan maaf publik dan aktivitas Red Velvet sempat terhenti. Meski ia telah meminta maaf dan berdamai dengan stylist tersebut, citranya sebagai leader Red Velvet sempat tercoreng.
Baca Juga: 15+ Artis Korea Ganteng yang Bisa Bikin Moms Terpesona
Demikian itulah informasi seputar cancel culture yang bisa Moms ketahui.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.