Cerita Rinni Wulandari Ketika Berat Badan Bayinya Tidak Mengalami Kenaikan
Ada banyak hal yang tentu dialami ketika menjadi ibu baru selalu yang kemudian menjadi kenangan menakjubkan dalam hidup setiap perempuan.
Begitu juga yang dialami Rinni Wulandari, penyanyi sekaligus ibu satu anak dari Nord Kiano Julian yang masih berusia 5 bulan. Ia mengatakan menjadi ibu adalah pengalaman pertama sekaligus perjalanan hidup yang luar biasa.
Sama seperti ibu baru lainnya, tentu Rinni mengalami momen bahagia sekaligus menantang.
Salah satunya ketika produksi ASI saat menyusui sempat terhambat karena tekanan pekerjaan sehari-hari.
“Padahal, Nord masih dalam usia ASI eksklusif. Tapi, berkat dukungan orang-orang di sekitar saya yang terus kasih semangat positif, saya terpacu sekali untuk kembali memberikan ASI eksklusif,” kata Rinni ketika ditemui dalam peluncuran #MumToMum sebuah digital platform untuk para ibu dari Anmum Indonesia, di bilangan Senayan, Jakarta Pusat.
Tidak cuma soal ASI, penyanyi jebolan Indonesian Idol ini juga mengatakan sempat cemas ketika berat badan buah hatinya tidak mengalami kenaikan.
“Dari bulan ke-2 ke bulan ke-3 bobotnya kalau diliat secara indeks grafik, kok, cuma naik 60 persen.”
Saat itu, dokter mengatakan, “Kalau masih belum naik 600 gram juga berarti Nord boleh dikasih MPASI dini.”
Namun, ia tak mau lekas menyerah. “Tapi, aku bertekad lebih kerja keras untuk memberikan ASI. Untungnya, usia 3 ke 4 bulan, beratnya Nord nambah,” kata Rinni yang bertekad memberikan ASI ekslusif hingga lulus S1 untuk putranya.
Baca Juga : Kenapa Anak Doyan Makan Tapi Berat Badannya Sulit Naik?
Ditambahkan oleh DR. Dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A(K) dalam acara yang sama, sebetulnya ada beberapa cara yang bisa dilakukan kalau ingin mengejar kenaikan berat badan bayi.
Jika memerlukannya, Mom bisa melakukan 3 cara berikut:
1. Memperbaiki teknik menyusui
“Jadi, kalau menyusui itu, habiskan dulu ASI di payudara 1 hingga ‘kosong’ malah kalau perlu pumping lagi setelahnya. Dan kalau sudah merasa ‘kosong’ baru pindah ke payudara satunya,” ujar Dr. Ariani.
Selain mendapat energi dari ASI awal (foremilk), bayi juga tercukupi lemaknya karena mendapat ASI akhir (hindmilk) sehingga berat badannya naik. Cara ini juga memacu produksi ASI lebih banyak dan dapat mencegah terjadinya mastitis.
Baca Juga : Bolehkah Menyusui Bayi Sambil Tiduran? Ini 5 Dampak Negatifnya
2. Mencoba relaktasi
Relaktasi adalah proses menyusui kembali setelah sempat terhenti. Misal, Moms sempat berhenti menyusui dalam kurun waktu sekitar 2 minggu berturut-turut selama masa 6 bulan pertama ASI eksklusif.
Relaktasi bisa dimulai dengan lebih intens menyusui langsung dengan teknik yang benar, melakukan pijat laktasi (pijat oksitosin) setiap hari, disiplin mempompa ASI dan menyimpan stok ASIP.
“Jangan lupa penuhi nutrisi dan dukungan dari sekitar juga penting.”
Baca Juga : Cegah Stunting Pada Anak dengan Menu MPASI Ini
3. Pemberian MPASI dini
Jika kedua cara tadi sudah dilakukan tapi berat badan bayi belum naik juga, maka bisa diberikan MPASI lebih awal meski bayi belum berusia 6 bulan.
Lalu apa jenis MPASI pertama yang sebaiknya diberikan? Dr. Ariani mengatakan tidak ada patokan yang pasti.
“Bisa coba buah dulu atau tepung beras (karbohidrat). Yang penting kenalkan secara bertahap dan tiap makan harus satu jenis makanan untuk mengetahui potensi alergi tidaknya.”
Baca Juga : Yuk Berkreasi Membuat MPASI Sereal dan Buah Untuk Si Kecil!
Kenalkan tekstur secara bertahap. Pemberian pertama dan kedua MPASI bertekstur encer sekali, ketiga lebih kental.
“Sebetulnya usus bayi itu bervariasi kesiapannya, Tapi, mulai siap di usia 16 minggu dengan kondisi tertentu. Untuk pertama, sebaiknya encerkan dengan ASI karena usus bayi masih beradaptasi.”
(ARH)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.