Desa Penglipuran Bali: Lokasi, Harga Tiket, dan Keunikannya
Selalu seru jika berlibur ke Pulau Dewata, karena banyak sekali objek wisata yang bisa dikunjungi, salah satunya yakni Desa Penglipuran Bali.
Bali tak lagi identik dengan wisata alam pantai yang memanjakan mata.
Ada sejumlah objek wisata yang tersembunyi dan tidak diketahui wisatawan, lho.
Yuk, ketahui lokasi, harga, hingga fakta menarik di balik Desa Penglipuran Bali satu ini, Moms!
Baca Juga: 15 Makanan Khas Bali yang Wajib Dicicipi, Dijamin Lezat!
Keunikan Desa Penglipuran Bali
Tak hanya sekadar desa, tempat ini dijadikan objek wisata oleh pemerintah karena keunikan di dalamnya.
Apa saja yang bisa kita ketahui dari tempat wisata di Bali ini? Berikut penjelasannya:
1. Asal-usul Desa Penglipuran Bali
Desa Penglipuran Bali sudah ada sejak 700 tahun yang lalu sehingga termasuk sebagai salah satu desa tertua di Pulau Dewata.
Nama Desa Penglipuran berasal dari bahasa Bali “Pengeling” dan “Pura”.
Pengeling artinya mengingat atau mengenang, sedangkan pura berarti tempat suci atau tempat leluhur.
Nah, jika di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Penglipuran dapat di artikan sebagai “tempat mengenang leluhur”.
Menurut masyarakat, Desa Penglipuran Bali merupakan hadiah dari Raja Bangli kepada masyarakat yang ikut bertempur untuk melawan Kerajaan Gianyar.
Oleh karenanya, masyarakat di desa ini memiliki adat istiadat yang amat kental sejak zaman nenek moyang dahulu kala.
2. Komplek Pemukiman Warga
Keunikan pertama dari desa Penglipuran adalah model bangunannya, Moms.
Desa ini dipenuhi dengan bangunan ala rumah penduduk yang terbilang cukup sederhana.
Ini merupakan desa adat yang berisi komplek pemukiman warga yang ramah lingkungan.
Terlihat, bangunan masih memanfaatkan material bebatuan, daun pisang, serta pintu ukiran untuk mempercantik rumah.
Aneka tanaman dan pepohonan juga dibiarkan tumbuh dan membuat suasana perkampungan menjadi asri.
3. Kearifan Lokal Berkonsep Tri Hita Karana
Seluruh masyarakat yang tinggal di Desa Penglipuran Bali sangat memegang teguh pada tradisi nenek moyang mereka.
Adat istiadat, nilai gotong royong dan kekeluargaan, serta kearifan lokal masyarakat setempat ini berlandaskan konsep Tri Hita Karana.
Melansir laman Kementerian Agama Republik Indonesia, istilah ini terambil dari kata tri yang artinya tiga, hita yang artinya keseimbangan atau sejahtera, dan karana yang artinya penyebab.
Ketiga hal tersebut adalah Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan. Berikut penjelasannya:
- Parahyangan
Berarti ketuhanan atau hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan dalam rangka memuja Ida Sanghyang Widhi Wasa.
Banyak di kalangan kita mengartikan bahwa parahyangan berarti tempat suci (Pura) untuk memuja Tuhan.
Baca Juga: 6 Rekomendasi Pantai untuk Melihat Sunrise di Bali, Indah!
- Pawongan
Pawongan adalah perihal yang berkaitan dengan orang dalam satu kehidupan masyarakat.
Dalam arti yang sempit, pawongan adalah kelompok manusia yang bermasyarakat yang tinggal dalam satu wilayah.
- Palemahan
Palemahan berarti wilayah suatu pemukiman atau tempat tinggal.
Dalam hal ini, manusia harus selalu memperhatikan situasi dan kondisi lingkungannya.
4. Dinobatkan Sebagai Desa Terbersih
Tak heran jika desa Penglipuran menjadi objek wisata Bali yang tersembunyi.
Melansir laman Wonderful Indonesia, area ini dinobatkan sebagai desa adat terbersih di dunia, lho! Terlihat dari kerapian dan kebersihan pada desa tradisional ini.
Desa adat Penglipuran mendapat beberapa penghargaan bergengsi seperti:
- ISTA (Indonesia Sustainable Tourism Award) pada tahun 2017.
- Sustainable Destinations Top 100 versi Green Destinations Foundation.
Berkat peniadaan alat transportasi di dalamnya, desa ini berhasil memenangkan penghargaan tersebut, Moms.
Masyarakat tidak boleh mengendarai kendaraan bermotor apabila masuk ke dalam desa ini. Hal ini, agar desa tetap terlihat asri dan bebas dari polusi.
Penduduk setempat juga memiliki kesadaran tinggi terhadap pentingnya menjaga kebersihan lingkungan mereka.
Tidak ada sampah yang berserakan, dan kebersihan dijaga secara kolektif oleh seluruh komunitas.
5. Berkonsep Tri Mandala
Karena termasuk lokasi wisata yang dilestarikan, pembangunan desa ini tak sembarangan.
Desa Penglipuran mengadopsi konsep Tri Mandala, yakni tata ruang desa terbagi menjadi 3, antara lain:
- Utama Mandala: tempat masyarakat beribadah.
- Madya Mandala: tempat pemukiman atau rumah tinggal penduduk.
- Nista Mandala: zona untuk pemakaman penduduk.
Pembagian wilayah tersebut diurutkan dari wilayah paling utara hingga paling selatan.
Masyarakat lokal di sini masih menjunjung tinggi nilai-nilai luhur nenek moyang. Tentunya ini bersifat turun temurun dan perlu selalu dijaga.
Baca Juga: GWK Bali: Tiket Masuk, Daya Tarik, dan Rekomendasi Hotel
6. Rutin Mengadakan Ritual Keagamaan
Layaknya desa adat lainnya, desa Penglipuran juga memiliki ritual keagamaan setiap tahunnya.
Salah satu tradisi besar yang dilakukan adalah Ngusaba, yakni penyambutan Hari Raya Nyepi.
Adapun ini dilakukan setiap 15 hari sekali oleh masyarakat setempat.
Nantinya, acara keagamaan akan dipadati oleh masyarakat yang beribadah ke Pura Penataran.
Tentunya, tempat ibadah ini terletak di dalam desa adat.
Ritual ini terus dilakukan untuk menghormati para tetua adat yang diwariskan oleh para leluhur.
Hal ini membuat desa ini tidak hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai pusat budaya yang hidup.
7. Komplek Pemukiman Diselimuti Bambu
Hal menarik dan keunikan lainnya di desa Penglipuran Bangli adalah suasana asri di dalamnya.
Diketahui, tempat ini sengaja dibangun dan dikelilingi oleh pepohonan hutan bambu.
Kerimbunan hutan bambu menambah kesejukan suasana desa adat satu ini, lho.
Cocok untuk dijadikan tempat bersantai para wisatawan yang datang.
Tidak hanya itu, hutan ini juga memberikan pemandangan yang indah dan berfungsi sebagai sumber bahan bangunan tradisional.
Hutan bambu ini membantu menjaga keseimbangan ekosistem lokal dan menjadi salah satu daya tarik utama bagi wisatawan.
Bahkan, akhir-akhir ini hutan bambu tersebut menjadi spot foto hits untuk dipamerkan di media sosial. Ikonik sekali, bukan?
Baca Juga: Sejarah Tari Kecak Bali: Asal Mula, Pencipta, Properti, Gerakan dan Maknanya
8. Belajar Membuat Kerajinan dari Bambu
Hutan bambu yang mengelilingi desa sehingga membuatnya lebih asri, juga seringkali dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan.
Pengunjung Desa Penglipuran Bali pun dapat belajar membuat aneka kerajinan dari bahan bambu.
Nantinya, akan ada masyarakat setempat yang memandu wisatawan untuk membuat kerajinan berupa anyaman bambu.
Tenang saja, Moms, masyarakat Desa Penglipuran Bali akan mengajarkan kita untuk menganyam bambu sampai dengan finishing pewarnaan.
9. Kuliner Khas Desa Adat
Tidak lengkap rasanya mengunjungi desa adat ini tanpa mencicipi kuliner khasnya.
Nah, di desa Penglipuran terdapat kuliner wajib untuk dicoba, yakni minuman loloh cencem dan makanan tipat cantok.
Minuman ini terbuat dari daun cemcem yang bermanfaat untuk melancarkan pencernaan, lho.
Rasanya yang manis dan kental membuat sejumlah orang ketagihan!
Kalau makanan tipat cantok, ini adalah makanan berat yang berisi ketupat dan aneka sayuran.
Makanan ini dibumbui dengan bumbu kacang yang menyerupai gado-gado, Moms.
Baca Juga: Itinerary Bali 3 Hari 2 Malam, Ide Liburan Kilat On Budget!
10. Penglipuran Village Festival
Nah, salah satu pengalaman unik untuk bisa dinikmati lainnya adalah Penglipuran Village Festival.
Ini merupakan festival budaya yang diselenggarakan setiap akhir tahun.
Tentunya termasuk dalam ajang memamerkan seni dan budaya khas Bali yang mempesona.
Acara yang dihelat cukup beragam, mulai dari parade pakaian adat Bali, Barong Ngelawang, parade seni budaya, dan berbagai lomba menarik.
Hal ini menjadi salah satu magnet yang menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun asing.
11. Terdapat Tugu Pahlawan
Hal menarik lain dari Desa Penglipuran Bali yakni adanya tugu pahlawan di dalamnya.
Tugu pahlawan ini didirikan untuk memperingati perjuangan para pahlawan yang berkorban untuk kemerdekaan Indonesia.
Di desa inilah, Pahlawan Anak Agung Anom Mudita gugur dalam mempertahankan kemerdekaan.
Tepatnya pada tanggal 20 November tahun 1946.
Selain monumen Anak Agung Anom Mudita di taman pahlawan ini juga didirikan monumen-monumen para pejuang yang telah gugur di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.
12. Hukum Adat untuk Masyarakat yang Poligami atau Poliandri
Masyarakat yang menjunjung tinggi adat istiadat setempat pun memiliki hukum adat untuk mengatur tatanan kehidupan mereka.
Salah satu hukum adat yang membuat Desa Penglipuran Bali unik, yakni adanya Karang Memadu.
Karang memadu berasal dari dua kata berupa "Karang" yang berarti tempat dan "Memadu" berarti poligami atau poliandri.
Karang Memadu terletak di ujung Desa Penglipuran Bali.
Tempat ini berdiri karena Desa Penglipuran Bali melarang warganya untuk berpoligami atau poliandri.
Ketika masyarakat melanggar aturan ini, mereka akan diasingkan ke Karang Memadu dan mendapatkan sanksi lain yang diperoleh melalui rapat adat.
Untungnya, sampai saat ini warga Penglipuran tidak ada yang melanggar aturan tersebut.
Baca Juga: Nusa Penida Hotel, Tempat Inap yang Bisa Jadi Lokasi Liburan
13. Zona Bebas Kendaraan
Bagian utama Desa Penglipuran adalah zona bebas kendaraan bermotor.
Ini berarti bahwa kendaraan bermotor dilarang masuk ke area inti desa, yang membantu menjaga ketenangan dan kenyamanan bagi pejalan kaki.
Pengunjung dapat menikmati suasana desa yang tenang tanpa gangguan dari kebisingan kendaraan.
14. Sistem Irigasi Subak
Desa Penglipuran juga terkenal dengan sistem irigasi tradisional Bali yang disebut sistem "subak".
Sistem ini digunakan untuk mengatur pembagian air secara adil dan efisien di antara para petani.
Subak bukan hanya sistem irigasi tetapi juga merupakan bagian dari warisan budaya Bali yang menekankan kerja sama dan kebersamaan.
15. Kehidupan Sosial yang Harmonis
Masyarakat Desa Penglipuran hidup dalam lingkungan sosial yang harmonis.
Solidaritas dan gotong royong masih sangat kuat di desa ini.
Setiap kegiatan masyarakat dilakukan bersama-sama, mulai dari upacara adat hingga kegiatan sehari-hari, yang mempererat ikatan sosial di antara penduduk.
16. Konservasi Lingkungan
Desa Penglipuran sangat peduli terhadap konservasi lingkungan.
Selain menjaga kebersihan desa, mereka juga melakukan berbagai upaya untuk melestarikan alam sekitar, seperti reboisasi dan pengelolaan sampah yang baik.
Kesadaran lingkungan ini diwariskan dari generasi ke generasi.
Keunikan-keunikan ini menjadikan Desa Penglipuran sebagai contoh yang menginspirasi tentang bagaimana mempertahankan tradisi dan lingkungan dalam era modernisasi.
Desa ini tidak hanya menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi penduduknya, tetapi juga menjadi destinasi wisata yang menawarkan pengalaman budaya yang otentik bagi para pengunjung.
Baca Juga: Mengenal 10 Bagian Rumah Adat Bali dan Keunikannya
Lokasi Wisata Desa Penglipuran Bali
Penglipuran adalah salah satu desa adat yang berlokasi di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, Indonesia.
Terkenal sebagai desa yang masih menjalankan tradisi dan budaya-budaya tradisional yang kental.
Jarak dari pantai Kuta Bali ke desa adat ini menempuh jarak sekitar 54 kilometer.
Artinya, membutuhkan waktu sekitar 1 jam 30 menit, Moms.
Bisa dengan mudah melalui jalan by pass Ngurah Rai menuju jalan by pass Ida Bagus Mantra.
Cukup mudah bepergian ke lokasi wisata ini.
Jalanan yang tidak berkelok-kelok dan masih berada di pusat kota menjadi kelebihan desa ini.
Rute Menuju Lokasi dan Transportasi
Bicara soal objek wisata, tak akan jauh soal transportasi dan rute menuju lokasi tersebut.
Bagaimana rute yang ditempuh untuk menuju tempat ini?
Kabar baiknya, transportasi sangat mudah dijangkau untuk mengunjungi desa Penglipuran.
Bisa dengan kendaraan roda 4, motor, ataupun menaiki sepeda.
Tentunya, kendaraan ini hanya sebatas di luar desa adat nantinya.
Ketika menelusuri di dalamnya, pengunjung cukup berjalan kaki.
Harga Tiket Masuk Wisata Desa Penglipuran
Nah, jika tertarik untuk mengunjungi lokasi wisata di Bali ini, perlu tahu aturan dan harga tiket masuknya.
Untuk dapat memasuki kawasan desa wisata Pengelipuran, pengunjung diwajibkan untuk membayar tiket masuk tempat wisata.
Lantas, berapakah harga tiket objek wisata ini? Berikut rinciannya yang dibedakan berdasarkan usia dan asal turis:
- Tiket orang dewasa: Rp20.000 (lokal) dan Rp30.000 (asing).
- Tiket anak-anak: Rp15.000 (lokal) dan Rp25.000 (asing).
Moms, tentunya harga tiket masuk desa Penglipuran ini bisa mengalami perubahan sewaktu-waktu.
Baca Juga: 11 Rekomendasi Toko Oleh-oleh Bali, Semua Serba Ada!
Penginapan di Desa Penglipuran Bali
Lantas, apakah wisatawan dapat tinggal di desa Penglipuran Bali, Moms?
Tentu saja bisa menginap di tempat guest house yang telah disediakan oleh penduduk setempat.
Ini akan menjadi pengalaman unik untuk para wisatawan merasakan suasana desa adat ala Bali.
Moms juga dapat berinteraksi dengan pengunjung lain untuk saling bertukar pengalaman.
Masyarakat lokal yang terbilang ramah, tentu membuat Moms tak ingin beranjak pergi dari penginapan satu ini, lho!
Untuk harga tiket penginapan tentu beragam tergantung jumlah kamar yang diinginkan.
Melansir situs Desa Penglipuran, harganya berkisar Rp500.000 per malam untuk satu rumahnya. Cukup terjangkau, bukan?
Semakin tidak sabar ingin mengunjungi desa Penglipuran yang berada di Bali ini ya, Moms? Semoga ini bisa menjadi wishlist destinasi wisata di tahun ini, ya!
- https://www.indonesia.travel/id/id/ide-liburan/intip-yuk-daya-tarik-yang-ditawarkan-desa-penglipuran-bali
- https://www.desapenglipuran.com/
- https://kemenag.go.id/hindu/implentasi-ajaran-tri-hita-karana-dalam-kehidupan-4s9s1u
- https://www.instagram.com/desa_adat_penglipuran/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.