02 Juli 2024

Ini Naskah Drama Cerita Rakyat yang Mudah Dihafal!

Naskah drama berikut bisa dipentaskan di sekolah, lho
Ini Naskah Drama Cerita Rakyat yang Mudah Dihafal!

Foto: Freepik.com

Naskah drama cerita rakyat merupakan bagian yang kaya akan warisan budaya suatu bangsa.

Seiring dengan perkembangan zaman, kisah-kisah ini tetap relevan dan memberi gambaran yang dalam tentang nilai-nilai, tradisi, serta kehidupan masyarakat pada masa lalu.

Setiap naskah drama cerita rakyat memiliki daya tariknya sendiri, mampu memikat para penonton dengan alur yang seru, karakter yang kuat, dan pesan moral yang mendalam.

Melalui pertunjukan drama cerita rakyat, penonton dibawa dalam perjalanan yang memukau, merasakan kekuatan narasi yang mempesona dan menyentuh hati.

Tak hanya sekadar hiburan, naskah drama cerita rakyat juga menjadi sarana penting dalam melestarikan dan mengabadikan warisan budaya suatu bangsa.

Dengan menjaga keaslian cerita serta melalui pertunjukan drama, generasi muda dapat terhubung dengan akar budaya mereka.

Tentunya sekaligus memahami nilai-nilai yang dianut oleh nenek moyang, dan menghargai perjalanan sejarah.

Baca Juga: 20+ Pantun Pembukaan Presentasi, Lucu dan Penuh Semangat!

Naskah Drama Cerita Rakyat untuk Anak

Sebagai bagian dari folklore, drama cerita rakyat kaya akan nilai budaya.

Melansir dari lama Study, folklore adalah warisan budaya yang terdiri dari cerita, lagu, tarian, kepercayaan, dan praktik lainnya yang diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi dalam suatu komunitas.

Melalui folklore, nilai-nilai, tradisi, dan pengetahuan tentang dunia sekitar diwariskan dan dipertahankan.

Cara melestarikan folklore khususnya drama cerita rakyat dapat diwujudkan dari pertunjukkan drama.

Berikut kumpulan naskah drama cerita rakyat yang bisa Moms ajarkan untuk Si Kecil!

1. Naskah Drama Cerita Rakyat Malin Kundang

Drama Cerita Rakyat Malin Kundang
Foto: Drama Cerita Rakyat Malin Kundang (Permainan-bocah.blogspot.com)

Tokoh:

  • Malin Kundang: Seorang pemuda yang merantau dan lupa asal-usulnya.
  • Mande: Ibu Malin Kundang yang sudah tua dan renta.
  • Istri Malin Kundang: Istri cantik dan kaya raya yang sombong.
  • Hamba: Pengikut istri Malin Kundang.

Adegan 1

(Suara debur ombak. Mande, seorang wanita tua renta, duduk di tepi pantai, menanti kepulangan anaknya, Malin Kundang.)

Mande: (Bergumam) Malin, anakku, di mana kau sekarang? Sudah lama kau merantau, tak ada kabar berita. Ibu rindu sekali padamu.

(Malin Kundang, berpakaian mewah, dan istrinya yang cantik, Nyonya Melati, beserta beberapa hamba, datang ke pantai.)

Malin Kundang: (Melihat Mande) Siapakah wanita tua itu?

Nyonya Melati: (Dengan nada sinis) Mungkin pengemis, Kanda. Jangan hiraukan dia.

Malin Kundang: (Mengabaikan Mande dan berjalan pergi)

Mande: (Berlari menghampiri Malin Kundang) Malin, anakku, itu kaukah? Ibu rindu sekali padamu!

Malin Kundang: (Menepis tangan Mande) Pergi sana! Aku bukan anakmu!

Mande: (Terkejut dan sedih) Tidak mungkin! Kau Malin Kundang, anakku! Lihatlah tanda lahir di tanganmu!

Malin Kundang: (Melihat tanda lahirnya) Diam! Kau bukan ibuku! Aku tidak punya ibu miskin seperti dirimu!

Mande: (Menangis pilu) Ya Allah, mengapa anakku berkata seperti itu?

Mande menjatuhkan diri ke tanah dan meratapi nasibnya.

Adegan 2

(Mande berdiri dengan penuh amarah.)

Mande: Baiklah, Malin Kundang! Jika kau tak mengakuiku sebagai ibu dan tidak mengakui tempat asalmu!

Mande mengangkat tangannya ke langit dan mengucapkan kutukan.

Mande: Aku kutuk kau menjadi batu! Biarlah kau merasakan bagaimana rasanya ditolak dan dihina!

(Tubuh Malin Kundang perlahan berubah menjadi batu.)

Nyonya Melati: (Menjerit ketakutan) Kanda! Apa yang terjadi?

(Hamba-hamba Nyonya Melati berlarian ketakutan.)

Batu Malin Kundang masih berdiri di tepi pantai hingga saat ini, sebagai pengingat bagi semua orang untuk selalu menghormati orang tua dan tidak melupakan asal-usulnya.

2. Naskah Drama Cerita Rakyat Si Pitung

Drama Cerita Rakyat Si Pitung
Foto: Drama Cerita Rakyat Si Pitung (Youtube.com/@Riri Cerita Anak Interaktif)

Tokoh:

  • Si Pitung: Jagoan Betawi, pemberani dan cerdik
  • Aisyah: Kekasih Si Pitung
  • Jamin: Sahabat Si Pitung
  • Tuan Menteng: Kepala pos Belanda, arogan dan kejam
  • Klaas: Anak buah Tuan Menteng, bodoh dan penakut

Alur Cerita:

Aisyah: (bergumam) Pitung, kemana perginya kamu? Semoga kau baik-baik saja. (mendengar suara langkah kaki) Jamin?

Jamin: (masuk tergopoh-gopoh) Hai Aisyah! Ada berita!

Aisyah: Berita apa? Kenapa kau terengah-engah begitu?

Jamin: Si Pitung...dia... (mencari napas)

Aisyah: Dia kenapa, Jamin?! Cepat katakan!

Jamin: Kemarin malam dia menggasak gudang VOC! Katanya persediaan beras untuk rakyat akan dikapalkan ke Belanda.

Aisyah: (khawatir) Pitung nekad sekali. Pasti Tuan Menteng marah besar.

Jamin: Memang. Tadi pagi aku dengar anak buah Tuan Menteng sedang berkeliaran mencari Pitung.

(Suara gaduh dari arah pos Belanda. Klaas berlari terbirit-birit menghampiri Tuan Menteng.)

Klaas: (terengah-engah) Tuan! Tuan! Si Pitung...

Tuan Menteng: (marah) Apa lagi, Klaas?! Jangan membuatku menunggu!

Klaas: Dia...dia...ada di kampung Rawabelong!

Tuan Menteng: (memukul meja) Kurang ajar! Tangkap dia sekarang! Bawa dia kemari hidup-hidup!

Klaas: (gemetar) Ba...baik Tuan. (lari terbirit-birit)

Tuan Menteng: (menggerutu) Si Pitung sialan! Kali ini dia tidak akan lolos!

(Di rumah Si Pitung, Aisyah mondar-mandir gelisah.)

Aisyah: Pitung, dimana kau? Jangan-jangan kau tertangkap?

(Si Pitung masuk dengan senyum lebar.)

Si Pitung: Hai Aisyah, sedang apa kamu?

Aisyah: (memeluk Si Pitung kuat) Pitung, kau kembali! Aku khawatir sekali.

Si Pitung: (menenangkan Aisyah) Tenanglah, Aisyah. Aku tidak akan tertangkap semudah itu.

Aisyah: Tapi Tuan Menteng pasti murka. Dia akan mengerahkan seluruh pasukannya untuk menangkapmu.

Si Pitung: (tertawa) Biar saja. Aku sudah menyiapkan rencana. Mereka tidak akan pernah bisa menangkapku.

(Suara gaduh terdengar dari luar. Para anak buah Tuan Menteng mengepung rumah Si Pitung.)

Jamin: (berlari masuk) Pitung! Mereka datang!

Si Pitung: (tenang) Sudah kuduga. (kepada Aisyah) Aisyah, sembunyilah di ruang belakang.

Aisyah: Hati-hati, Pitung!

(Si Pitung keluar rumah. Jamin mengikutinya.)

Si Pitung: (berteriak) Hai penjajah! Apa maumu di sini?

Tuan Menteng: (dengan angkuh) Si Pitung! Kau sudah kuperingatkan! Sekarang kau akan menerima akibatnya!

Si Pitung: (tertawa) Tangkap aku kalau bisa!

(Pertarungan terjadi. Si Pitung dengan lincah menghindari serangan para anak buah Tuan Menteng. Jamin membantu Si Pitung.)

Tuan Menteng: (marah) Bodoh! Kalian tidak becus!

Klaas: (terjatuh) Tolong! Dia...dia terlalu kuat!

(Si Pitung melompat ke atas tembok dan menghilang.)

Tuan Menteng: (mengeram) Sialan! Dia lolos lagi!

Baca Juga: 9 Contoh Puisi Cinta Tanah Air, Tingkatkan Nasionalisme!


3. Naskah Drama Cerita Rakyat Sangkuriang

Drama Cerita Rakyat Sangkuriang (Pinterest.com)
Foto: Drama Cerita Rakyat Sangkuriang (Pinterest.com)

Tokoh:

  • Dayang Sumbi: Ratu yang cantik jelita namun pemarah
  • Sangkuriang: Putra Dayang Sumbi, memiliki kesaktian
  • Tumang: Anjing hitam peliharaan Dayang Sumbi (dalam wujud manusia adalah suami Dayang Sumbi)
  • Sembadra: Patih kerajaan yang bijaksana

Alur Cerita:

Dayang Sumbi: (kesal) Astaga! Benang ini putus lagi. (membuang benang sembarangan) Aku bersumpah, siapapun yang mengambil benang ini akan menjadi suamiku!

(Di hutan, Tumang - seekor anjing hitam - mengambil benang tersebut.)

Tumang: (dalam hati) Ya Tuhan, benang siapa ini? (membawa benang tersebut)

(Dayang Sumbi memanggil pelayannya.)

Dayang Sumbi: Nyi Iroh! Siapa yang mengambil benangku?

Nyi Iroh: (takut) Ampun, Ratu. Tidak ada seorangpun yang mengaku mengambilnya.

Dayang Sumbi: (marah) Bohong! Pasti ada orang yang mengambilnya! Cari dia sekarang!

(Nyi Iroh pergi mencari. Dayang Sumbi gelisah.)

Dayang Sumbi: (dalam hati) Ya Tuhan, semoga bukan orang yang tidak kuinginkan.

(Tumang datang menghadap Dayang Sumbi.)

Tumang: (menunduk) Ratu, benang ini milik Anda, bukan?

Dayang Sumbi: (terkejut) A-anjing? Kau yang mengambilnya?

Tumang: (sedih) Maafkan saya, Ratu. Saya tidak sengaja mengambilnya.

Dayang Sumbi: (terpaksa) (mengingat sumpahnya) H-harusnya kau jujur. Karena kau mengambilnya, maka kau harus...menjadi suamiku!

(Tumang pasrah. Mereka menikah. Beberapa tahun kemudian, lahirlah Sangkuriang.)

(Di tempat tinggal Sangkuriang, ia sedang berlatih bela diri bersama Tumang.)

Sangkuriang: Ayah, bagaimana aku bisa sekuat dirimu?

Tumang: (tersenyum) Teruslah berlatih, Sangkuriang. Nanti kau akan sekuat dan sehebat ayah.

Sangkuriang: Aku ingin pergi berburu ke hutan. Bolehkah aku mengajakmu, Ayah?

Tumang: (sedih) Tidak bisa, Sangkuriang. Sebaiknya kau pergi sendiri saja.

(Sangkuriang heran, namun tetap pergi berburu.)

(Beberapa tahun kemudian, Sangkuriang sudah dewasa dan menjadi pemburu yang tangguh. Suatu hari, ia bertemu Dayang Sumbi yang sedang bersedih.)

Dayang Sumbi: (menangis) Tolong! Ada babi hutan yang merusak perkebunanku!

Sangkuriang: (membantu Dayang Sumbi) Jangan khawatir, Nyonya. Biar aku yang mengusirnya!

(Sangkuriang berhasil mengusir babi hutan. Dayang Sumbi terpesona dengan ketampanan Sangkuriang.)

Dayang Sumbi: Terima kasih, pemuda pemberani. Siapa namamu?

Sangkuriang: Aku Sangkuriang, Nyonya.

Dayang Sumbi: (dalam hati) Betapa tampannya dia.

(Sangkuriang sering membantu Dayang Sumbi. Dayang Sumbi mulai memiliki perasaan kepada Sangkuriang.)

Dayang Sumbi: Sangkuriang, maukah kau tinggal di istana dan menjadi pengawalku?

Sangkuriang: Dengan senang hati, Nyonya.

(Suatu hari, Dayang Sumbi meminta Sangkuriang membuat perahu besar untuk membawanya menyeberangi lautan.)

Sangkuriang: Baiklah, Nyonya. Tapi carilah kayu yang kuat untuk membuat perahu itu.

Dayang Sumbi: Aku tahu di mana ada kayu yang kuat. Aku akan mencarinya sendiri.

(Dayang Sumbi pergi mencari kayu. Sangkuriang merasa curiga. Ia mengikuti Dayang Sumbi.)

Sangkuriang: (bersembunyi) Ibu? Kenapa Ibu ada di sini?

(Dayang Sumbi terkejut melihat sebuah gelang di tangan Tumang yang sedang tertidur.)

Dayang Sumbi: (terisak) Gelang ini...ini milikku!

(Sangkuriang terbangun dan melihat gelang di tangan Tumang.)

Sangkuriang: (bingung) Ibu, ini gelang siapa?

Dayang Sumbi: (menangis) Gelang ini milik suamiku, ayahmu!

Sangkuriang: (terkejut) Ayah? Maksud Ibu...?

Dayang Sumbi: (menangis histeris) Kau...kau adalah anak suamiku! Kau adalah anak Tumang!

(Sangkuriang marah dan kecewa. Ia tidak percaya bahwa Tumang yang selama ini ia anggap ayah ternyata adalah seekor anjing.)

Sangkuriang: (marah) Ibu bohong! Ayahku tidak mungkin seekor anjing!

Dayang Sumbi: (menangis) Ini benar, Sangkuriang! Aku bersumpah!

(Sangkuriang murka. Ia ingin membalas dendam kepada Dayang Sumbi.)

Sangkuriang: (marah) Ibu jahat! Ibu telah menipuku selama bertahun-tahun!

(Sangkuriang hendak menyerang Dayang Sumbi, namun Tumang menghalanginya.)

Tumang: (menangis) Sangkuriang, jangan sakiti ibumu! Dia sudah menyesali kesalahannya.

Sangkuriang: (marah) Diam kau! Kau telah mencuri hidupku!

(Sangkuriang mendorong Tumang hingga terjatuh dan terluka parah.)

Dayang Sumbi: (menjerit) Tumang! Tidak!

(Tumang menghembuskan nafas terakhirnya. Sangkuriang sangat sedih dan menyesal.)

Sangkuriang: (menangis) Ayah...maafkan aku...

(Sangkuriang sangat sedih dan marah. Ia ingin melampiaskan dendamnya dengan cara menghancurkan bumi.)

Sangkuriang: (marah) Aku akan membalaskan dendam ini! Aku akan menghancurkan bumi ini!

(Sangkuriang mencabut pohon raksasa dan menggali lubang besar di tanah. Ia ingin menenggelamkan bumi dengan air lautan.)

(Namun, Dayang Sumbi berusaha menghentikannya.)

Dayang Sumbi: (menangis) Sangkuriang, hentikan! Jangan lakukan ini!

(Sangkuriang tidak menghiraukan Dayang Sumbi. Ia terus menggali lubang besar.)

Dayang Sumbi: (menangis) Sangkuriang, kasihanilah ibumu!

(Dayang Sumbi berlutut di hadapan Sangkuriang dan memohon agar dia berhenti.)

Dayang Sumbi: (menangis) Sangkuriang, demi ibu, hentikanlah!

(Sangkuriang terdiam. Ia melihat kesedihan dan penyesalan di mata Dayang Sumbi. Ia tidak ingin menyakiti ibunya lagi.)

Sangkuriang: (menangis) Baiklah, Ibu. Aku akan menghentikan ini.

(Sangkuriang melemparkan pohon raksasa itu ke arah utara. Pohon itu jatuh dan menimpuk lubang besar yang telah digalinya. Lubang itu berubah menjadi sebuah gunung yang sangat besar, yaitu Gunung Tangkuban Perahu.)

Sangkuriang: (menangis) Maafkan aku, Ibu. Aku tidak ingin menyakitimu.

(Dayang Sumbi memeluk Sangkuriang dengan erat.)

Dayang Sumbi: (menangis) Ibu juga minta maaf, Sangkuriang. Ibu telah melakukan kesalahan besar.

(Sangkuriang dan Dayang Sumbi berdamai. Mereka hidup bersama di kaki Gunung Tangkuban Perahu, dan selalu saling menyayangi.)

Baca Juga: Contoh Naskah Drama Pendek 2 Orang dengan Ragam Tema!

Itulah kumpulan drama cerita rakyat yang bisa Moms ajarkan bersama Si Kecil.

Semoga drama cerita rakyat ini dapat mewariskan nilai-nilai positif untuk anak, ya!

  • https://study.com/learn/lesson/folklore-mythology-examples.html
  • https://www.youtube.com/watch?v=x-OETwI6ij0
  • https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/cerita-rakyat-sumatra-barat-legenda-malin-kundang/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.