01 November 2024

Hidrosefalus pada Bayi: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Cara Mengatasinya

Bagaimana peluang hidup penderita hidrosefalus?

Kasus hidrosefalus pada bayi cukup sering ditemui.

Namun informasi yang kurang memadai membuat sebagian orang tua masih salah kaprah dengan kondisi ini.

Hidrosefalus adalah kondisi terjadinya penumpukan cairan serebrospinal (CSF) berlebih di dalam ventrikel (rongga otak).

Cairan berlebih yang seharusnya diserap ke pembuluh darah membuat ventrikel otak membesar.

Tekanannya bisa menyebabkan kerusakan jaringan halus otak serta gangguan pada berbagai fungsi otak.

Untuk lebih jelasnya, simak ulasannya berikut ini.

Penyebab Hidrosefalus pada Bayi

Penyebab Hidrosefalus pada Bayi (Orami Photo Stock)
Foto: Penyebab Hidrosefalus pada Bayi (Orami Photo Stock)

Hidrosefalus dapat terjadi pada bayi yang baru lahir, dan juga pada anak-anak, serta orang dewasa.

Kondisi ini terbagi menjadi tiga jenis.

Pertama, yaitu hidrosefalus bawaan, yang berarti kondisi tersebut sudah ada sejak lahir.

Berikutnya ada yang diperoleh atau dialami setelah lahir dan juga yang umumnya dialami oleh para lansia.

Kondisi ini dapat terjadi disebabkan oleh adanya faktor genetik dari anggota keluarga dan juga dapat disebabkan oleh beberapa kondisi lainnya, seperti spina bifida dan ensefalokel.

Spina bifida adalah kelainan bawaan di tulang belakang.

Sementara ensefalokel adalah kelainan bawaan ketika tengkorak bayi tidak berkembang sempurna.

Selain itu, beberapa kondisi di bawah ini juga dapat menjadi penyebab hidrosefalus:

  • Lahir prematur
  • Perdarahan intraventrikular
  • Perdarahan subarakhnoid
  • Meningitis
  • Tumor atau lesi otak
  • Cedera tulang belakang atau tumor sumsum tulang belakang
  • Cedera kepala traumatis
  • Produksi cairan serebrospinal berlebih
  • Ventrikel di otak tersumbat atau menyempit

Gejala Hidrosefalus

Gejala hidrosefalus cenderung sangat bervariasi bagi setiap orang dan dapat ditentukan berdasarkan usia.

Bayi dan anak kecil lebih rentan dan sering mengalami gejala, seperti muntah, sedangkan pada orang dewasa dapat mengalami kehilangan fungsi tubuh, seperti berjalan atau proses berpikir.

Untuk lebih jelasnya, berikut gejala hidrosefalus pada bayi, anak-anak, hingga orang dewasa.

Gejala pada bayi:

  • Ukuran kepala membesar melebihi batas normal
  • Vena kulit bagian kepala yang menonjol
  • Muntah
  • Mudah mengantuk
  • Kejang

Gejala pada anak-anak hingga anak remaja:

  • Mual dan muntah
  • Penglihatan buram
  • Gangguan keseimbangan dan kelainan postur saat berjalan
  • Mengalami gangguan perkembangan
  • Perubahan kepribadian
  • Sulit berkonsentrasi
  • Inkontinensia urine
  • Nafsu makan yang memburuk

Gejala pada orang dewasa:

  • Sakit kepala
  • Mual dan muntah
  • Kesulitan berjalan atau kelainan postur saat berjalan
  • Kehilangan keseimbangan
  • Tubuh terasa lesu
  • Gangguan penglihatan
  • Gangguan keterampilan kognitif, hilang ingatan, dan demensia ringan

Diagnosis Hidrosefalus

Diagnosis Hidrosefalus
Foto: Diagnosis Hidrosefalus (Orami Photo Stock)

Pertama-tama dokter akan memperhatikan tanda atau gejala-gejala yang dialami oleh pasien.

Setelah dokter mengenali tanda-tanda hidrosefalus, selanjutnya ia akan melakukan evaluasi klinis secara menyeluruh.

Yang akan dilakukan adalah meninjau dan mencatat riwayat kesehatan pasien secara rinci, serta melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai kondisi.

Setelah itu, dilanjutkan dengan pemeriksaan neurologis (pemeriksaan otak dan sistem saraf), dengan menggunakan metode pemeriksaan berikut ini.

  • CT Scan

Tes ini menggunakan sinar-X dan teknologi komputer untuk membuat gambaran yang detail dari setiap bagian tubuh pasien hidrosefalus.

Tes tersebut dapat menggambarkan bagian-bagian tubuh, seperti tulang, otot, lemak dan organ lainnya.

  • Tes MRI

Tes ini menggunakan magnet, gelombang radio, dan komputer, yang bersama-sama menghasilkan gambaran detail bentuk organ dan struktur di dalam tubuh pasien.

  • Lumbal pungsi

Metode ini dilakukan dengan menusuk jarum kecil di otak dan tulang belakang untuk mengambil cairan serebrospinal (CSF).

Selain itu terdapat juga rangkaian tes lainnya seperti pemantauan TIK, atau pemantauan intrakranial dan cisternografi isotop.

Tes pemeriksaan tersebut dapat menerangkan informasi yang akurat dalam menemukan penyebab, serta tingkat keparahan kondisi hidrosefalus pada penderitanya.


Komplikasi Hidrosefalus

Berikut beberapa kondisi hidrosefalus yang disertai komplikasi medis:

1. Komplikasi Neurologis:

  • Kejang: Sering terjadi pada pasien dengan hidrosefalus, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
  • Gangguan Kognitif: Melansir dari Mayo Clinic, pasien dapat mengalami penurunan kemampuan berpikir dan memori, yang dapat berujung pada demensia.
  • Gangguan Penglihatan: Penumpukan cairan dapat menekan saraf optik, menyebabkan gangguan penglihatan.

2. Komplikasi Fisik:

  • Gangguan Postur dan Keseimbangan: Pasien mungkin mengalami kesulitan dalam berjalan dan menjaga keseimbangan.
  • Inkontinensia Urine: Kesulitan dalam mengontrol buang air kecil sering dilaporkan pada pasien dewasa.

3. Komplikasi Akibat Terapi:

  • Infeksi Sekunder: Pemasangan shunt untuk mengalirkan cairan serebrospinal dapat menyebabkan infeksi di sekitar selang shunt.
  • Kegagalan Shunt: Shunt bisa tersumbat atau tidak berfungsi dengan baik, yang mengakibatkan gejala peningkatan tekanan intrakranial tidak hilang.

4. Komplikasi Lain:

  • Herniasi Otak: Pada tahap akhir hidrosefalus yang tidak terkontrol, bisa terjadi herniasi batang otak, yang berpotensi fatal.
  • Perdarahan Intrakranial: Dalam beberapa kasus, penumpukan cairan dapat menyebabkan perdarahan di dalam otak

Cara Mengatasi Hidrosefalus

Cara Mengatasi Hidrosefalus (mvppediatric.com)
Foto: Cara Mengatasi Hidrosefalus (mvppediatric.com)

Berikut metode penanganan untuk kondisi hidrosefalus, meliputi:

1. Shunt

Salah satu perawatan yang paling sering digunakan untuk mengobati kondisi hidrosefalus adalah penyisipan sistem drainase, atau yang disebut shunt.

Perawatan ini dilakukan dengan membedah area kepala, lalu memasukkan selang kateter pada bagian otak dan rongga otak.

Selang tersebut kemudian ditempatkan di bawah kulit, dengan ujung lainnya menuju ke bagian lain dari tubuh, seperti perut atau ruang jantung.

Metode ini digunakan untuk menjaga cairan dari otak dapat mengalir ke arah yang benar dan pada tingkat yang tepat.

Seseorang yang menderita kondisi ini biasanya akan membutuhkan perawatan ini seumur hidup, serta membutuhkan pemantauan rutin.

Meskipun metode ini sering digunakan, namun tidak menutup kemungkinan terkadang metode shunt dapat memicu kemungkinan terjadinya komplikasi.

Adapun komplikasi yang dapat terjadi akibat prosedur ini, antara lain terjadinya infeksi dan perdarahan.

Setelah melewati prosedur shunt, dokter biasanya akan memberi tahu cara merawat anak yang mengalami kondisi ini di rumah.

2. Ventrikulostomi endoskopi ketiga

Ventrikulostomi endoskopi ketiga merupakan prosedur pembedahan yang menggunakan kamera video kecil yang disebut dengan endoskopi.

Prosedur ini bertujuan untuk melihat kondisi di dalam otak.

Pertama-tama, dokter bedah akan membuat lubang di bagian bawah salah satu rongga otak.

Lalu, kondisi otak dapat dilihat menggunakan tabung kecil dan panjang dengan ujung yang terdapat kamera serta cahaya.

Pembuatan lubang tersebut bertujuan untuk mengeluarkan cairan serebrospinal berlebih dalam kepala.

Setelah semua cairan tersebut keluar, maka tabung tersebut ditarik kembali.

Prosedur ini hanya dapat dilakukan pada kondisi tertentu, seperti terdapatnya penyumbatan yang memicu penumpukan cairan.

3. Pengobatan Non-Bedah

Pengobatan dapat dilakukan secara simptomatik, yang merupakan pengobatan dengan tujuan untuk mengurangi gejala yang dialami pasien hidrosefalus.

Berdasarkan penelitian yang berjudul Management of Hydrocephalus, menjelaskan bahwa penggunaan obat-obatan seperti Acetazolamide atau Isosorbide, dapat digunakan sementara untuk mengurangi produksi cairan serebrospinal (CSF).

Selain itu, penggunaan obat-obatan tersebut juga dapat menaikkan tingkat penyerapan cairan serebrospinal.

Mencegah Hidrosefalus

Kondisi hidrosefalus pada anak tidak dapat dicegah.

Dilansir dari Children's National menjelaskan bahwa meskipun kondisi ini tidak dapat dicegah, namun Moms dapat mencoba tips yang dapat dikatakan sebagai langkah pencegahan.

Moms dapat mengikuti konseling kesehatan yang bertujuan untuk memberi edukasi agar lebih sadar akan kondisi ini, sehingga dapat mencegah terjadi pada kehamilan.

Selain itu, konseling juga harus dibarengi dengan pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya kondisi ini.

Itu dia Moms serba-serbi tentang kondisi hidrosefalus yang penting untuk diketahui.

Jika Si Kecil mengalami kondisi ini, segera lakukan penanganan yang tepat ya, Moms!

  • https://www.aans.org/en/Patients/Neurosurgical-Conditions-and-Treatments/Hydrocephalus
  • https://www.childrenshospital.org/conditions-and-treatments/conditions/h/hydrocephalus
  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hydrocephalus/diagnosis-treatment/drc-20373609#:~:text=The%20most%20common%20treatment%20for,one%20of%20the%20brain's%20ventricles.
  • https://www.researchgate.net/publication/221925717_Management_of_Hydrocephalus
  • https://www.nhs.uk/conditions/hydrocephalus/
  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hydrocephalus/symptoms-causes/syc-20373604

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.