Ibunda Mikha Tambayong Meninggal karena Autoimun, Ini Gejala dan Faktor Risiko Penyakit Autoimun
Foto: Instagram.com/miktambayong
Kabar duka datang dari dunia hiburan tanah air, ibunda dari Mikha Tambayong, Deva Tambayong, baru saja menghembuskan napas terakhirnya, Minggu (3/3). Deva meninggal lantaran penyakit autoimun yang dideritanya selama setahun terakhir.
Autoimun sendiri merupakan penyakit yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh berbalik menyerang sel-sel sehat dalam tubuh. Seperti apa sebenarnya penyakit autoimun? Yuk kita simak penjelasannya.
Mengenal Penyakit Autoimun
Foto: Foodrevolution.org
Dikutip dari Verywellhealth.com, penyakit autoimun adalah suatu kondisi di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang tubuh.
Sistem kekebalan biasanya melindungi terhadap kuman seperti bakteri dan virus. Pada penyakit autoimun, sistem kekebalan justru melepaskan protein yang disebut autoantibodi yang menyerang sel-sel sehat.
Beberapa penyakit autoimun hanya menargetkan satu organ seperti diabetes tipe 1 yang merusak pankreas atau penyakit lain seperti lupus yang memengaruhi seluruh tubuh.
Baca Juga: Kenali Neuropati, Penyakit yang Disebabkan dari Kegiatan Sehari-hari
Faktor Risiko Penyakit Autoimun
Foto: Rheumatoidarthritisnews.com
DIkutip dari Everydayhealth.com, gangguan autoimun mempengaruhi orang-orang dari semua jenis kelamin, ras, dan usia, tetapi orang-orang tertentu memiliki peningkatan risiko mengembangkan gangguan autoimun.
Apa saja faktor yang bisa meningkatkan risiko terkena penyakit autoimun? Yuk kita cari tahu Moms!
1. Berjenis Kelamin Perempuan
Jelas bahwa perempuan lebih berisiko mengalami gangguan autoimun. Autoimun cenderung menyerang perempuan. Hingga saat ini, sebanyak 75 persen penderita autoimun berjenis kelamin perempuan.
Tidak sepenuhnya jelas mengapa wanita lebih rentan terhadap autoimunitas. Tetapi beberapa peneliti berspekulasi bahwa peningkatan sistem kekebalan tubuh perempuan mungkin membuat mereka lebih rentan terhadap gangguan autoimun. Hormon juga bisa menjadi faktor.
2. Usia
Usia muda hingga setengah baya lebih berisiko mengalami gangguan autoimun. Sebagian besar gangguan autoimun mempengaruhi orang yang lebih muda dan setengah baya.
Tetapi setiap penyakit berbeda, dan kelainan seperti rheumatoid arthritis lebih sering terjadi seiring bertambahnya usia orang.
3. Etnis
Orang-orang yang berada dalam kelompok etnis Afrika Amerika, Indian Amerika, atau Latin lebih mungkin mengalami gangguan autoimun daripada Kaukasia.
4. Riwayat Keluarga dengan Gangguan Autoimun
Studi telah menunjukkan bahwa kecenderungan untuk mengalami gangguan autoimun dapat diturunkan. Jika Anda memiliki anggota keluarga yang memiliki kelainan autoimun, peluang untuk mengalami kelainan yang sama atau kelainan yang berkaitan erat lebih tinggi.
5. Paparan Benda-Benda Tertentu
Ada beberapa bukti bahwa paparan benda-benda tertentu di lingkungan dapat meningkatkan risiko mengembangkan gangguan autoimun. Sebagai contoh, penelitian menunjukkan bahwa paparan beberapa obat (misalnya, procainamide atau hydrolyzine) dan logam tertentu (misalnya, merkuri, emas, atau perak) dapat dikaitkan dengan perkembangan gangguan autoimun.
Tetapi bukti ilmiah yang berhubungan dengan paparan lingkungan terhadap perkembangan gangguan autoimun tidak konklusif, dan para peneliti masih bekerja untuk mencari tahu bagaimana paparan lingkungan dapat berperan.
6. Infeksi Sebelumnya
Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa orang yang rentan secara genetik yang pernah mengalami infeksi bakteri dan virus tertentu mungkin berisiko mengalami gangguan autoimun.
Tetapi masih belum jelas bagaimana infeksi ini dapat meningkatkan risiko gangguan autoimun, sehingga para peneliti mencari berbagai mekanisme yang diusulkan.
Baca Juga: Waspadai Gejala Lupus, Penyakit Autoimun yang Sering Menyerang Wanita
Gejala Penyakit Autoimun
Foto: Health.com
Jika Moms termasuk ke dalam faktor risiko autoimun di atas, jangan sepelekan setiap gejala yang terjadi. Gejala autoimun sebenarnya sering dianggap sebagai kondisi biasa. Apa saja? Berikut daftarnya!
- Kelelahan
- Otot pegal
- Bengkak dan kemerahan
- Demam ringan
- Kesulitan berkonsentrasi
- Mati rasa dan kesemutan di tangan serta kaki
- Rambut rontok
- Ruam kulit
Hingga saat ini, tidak ada tes tunggal yang dapat mendiagnosis sebagian besar penyakit autoimun. Dokter akan menggunakan serangkaian tes untuk mendiagnosis penyakit Moms.
Umumnya, tes antibodi antinuklear (ANA) seringkali jadi tes pertama yang digunakan dokter ketika gejalanya menunjukkan penyakit autoimun. Tes positif berarti kemungkinan tubuh menderita salah satu dari penyakit autoimun, tetapi tes tersebut tidak akan mengonfirmasi dengan pasti penyakit mana yang dimiliki.
Itulah beberapa hal yang perlu Moms ketahui tentang penyakti autoimun. Karena penyakit autoimun lebih banyak menyerang perempuan, tidak ada salahnya jika kita lebih waspada ya Moms.
(MDP)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.