Jangan Memberikan Madu pada Bayi, Ini Alasannya!
Madu diyakini memiliki segudang khasiat karena kandungan beragam zat gizi yang bermanfaat bagi kesehatan. Namun, meski berbahan alami, kita sebenarnya tidak boleh memberikan madu pada bayi. Setidaknya, hingga bayi berusia 12 bulan.
Alasannya kita tidak boleh memberikan madu pada bayi adalah kemungkinan kandungan spora dari bakteri yang disebut Clostridium botulinum.
Bakteri ini bila tertelan dapat berkembang biak dalam sistem pencernaan atau usus bayi yang belum matang. Kemudian, spora ini memproduksi racun berbahaya dan bisa menyebabkan botulisme.
Baca Juga : Manfaat Madu Bagi Ibu Menyusui
Nah, racun dari spora bakteri ini akan mengganggu interaksi normal antara otot dan saraf sehingga berdampak pada kemampuan bayi untuk bergerak, makan, bahkan bernapas.
Jika Si Kecil mengalami botulisme, gejala awal yang muncul di antaranya konstipasi atau sembelit. Gejala ini bisa terjadi sekitar 8 jam hingga 36 jam usai bayi mengonsumsi makanan yang mengandung spora tersebut.
Gejala lain dari botulisme antara lain otot lemah, badan lesu dan lemas, bayi kesulitan mengisap atau menyusu dan kesulitan menelan. Selain itu, nafsu makan berkurang dan mengalami masalah pernapasan.
Jika Si Kecil mengalami gejala-gejala tersebut, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Penyakit ini jarang terjadi namun bisa berpotensi menimbulkan dampak yang fatal.
Spora bakteri ini sebenarnya tidak terlalu berbahaya bagi orang dewasa dan anak-anak yang berusia di atas 1 tahun.
Pasalnya, mikroorganisme baik yang biasanya ditemukan pada usus akan menjaga atau mencegah bakteri itu tumbuh sehingga tidak menimbulkan bahaya bagi tubuh.
Baca Juga : Ini Bahayanya Jika Bayi Dibawah Usia 6 Bulan Diberi Minum Air Putih
Berbeda dengan bayi yang berusia di bawah 1 tahun dimana saluran pencernaannya belum matang. Karena itu, bakteri jahat dalam usus belum dapat dicegah sehingga mengancam risiko bahaya.
Nah, agar Si Kecil terhindar dari bakteri ini, sebaiknya Moms tidak memberikan madu pada bayi termasuk pada makanannya, misalnya roti atau puding. Meski racun terbilang sensitif terhadap suhu panas dari proses memasak, akan tetapi spora relatif sulit untuk dimatikan.
Kalaupun Moms ingin menambahkan rasa manis pada makanan Si Kecil, sebaiknya coba tambahkan buah-buahan yang rasanya manis. Misalnya, pisang. Selain mengandung rasa manis yang alami, buah-buahan juga kaya akan vitamin dan mineral yang dibutuhkan bayi.
Baca Juga : Bayi di Bawah 6 Bulan Makan Pisang, Bahaya!
Bagaimana dengan makanan kemasan untuk bayi yang mengandung madu?
Seperti kita tahu, tak sedikit makanan komersial atau produk makanan kemasan untuk bayi mudah kita dapatkan di pasaran. Misalnya, susu, sereal siap makan, makan bayi instan, dan sebagainya. Semua produk itu mengandung madu.
Nah, sebenarnya produk itu aman bayi bayi karena sudah menjalani proses pemanasan yang cukup untuk mematikan bakteri. Akan tetapi, sebaiknya Moms konsultasikan dulu dengan dokter sebelum memberikan makanan untuk Si Kecil.
Sekali lagi, botulisme memang jarang dialami bayi, akan tetapi mengancam bahaya bila tidak diantisipasi. Biasanya botulisme menyerang bayi berusia 3 minggu hingga 6 bulan. Meski begitu, sebenarnya semua bayi berusia di bawah 1 tahun berisiko mengalami penyakit ini.
Bila Si Kecil mengalami botulisme, dokter akan memberikan pengobatan berupa globulin imun botulism, yaitu suatu zat yang diberikan melalui pembuluh darah untuk melawan toksin. Selain itu, obat ini membantu mencegah komplikasi yang bisa mengancam jiwa Si Kecil.
Baca Juga : Resep: Ayam Wijen Madu
Apa yang perlu dilakukan agar Si Kecil terhindar dari botulisme?
Berikut di antaranya:
- Yang jelas, hindari memberikan madu pada bayi terutama saat usia di bawah 12 bulan. Madu sumber potensial mengandung spora C. botulinum.
- Hati-hati saat menyiapkan makanan. Sebaiknya dimasak dengan matang untuk menghindari risiko kontaminasi bakkteri ini. Untuk makanan kemasan kalengan, sebaiknya rebus terlebih dulu selama 10 menit sebelum dikonsumsi.
- Hindari anak terhadap paparan tanah atau debu yang berpotensi terkontaminasi spora C. Botulinum. Ya, bakteri ini dapat beredar di udara dan terhirup paru-paru. Di Amerika Serikat, risiko penyakit ini paling besar terjadi di Pennsylvania, Utah dan California. Di sana, jumlah spora botulinum dalam tanah ternyata sangat tinggi. Tanah yang terkontaminasi spora biasanya berupa tanah pertanian.
(HIL)
Sumber: babycenter.com, mayoclinic.org
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.