Bisakah Kaki Bayi Melepuh Usai Cek Hipotiroid Kongenital?
Kelahiran bayi seharusnya jadi momen bahagia, ya Moms. Namun, tidak bagi orang tua kaki bayi melepuh di Medan usai melakukan program skrining hipotiroid demi cegah stunting.
Baru dua hari setelah bayinya lahir, Ibnu Sanjaya Hutabarat harus menyaksikan telapak kaki bayi melepuh hingga kemerahan.
Bayi perempuannya lahir melalui operasi sesar di RSU Mitra Medika Medan pada Rabu, 8 Maret 2023 dalam keadaan sehat.
Lantas, bagaimana kelanjutan kisah kaki bayi melepuh di Medan? Simak selengkapnya di artike ini, ya Moms.
Baca Juga: Yuk Ketahui Pentingnya Skrining Hipotiroid Untuk Bayi Baru Lahir
Kaki Bayi Melepuh di Medan
Ini dia Moms informasi yang bisa diketahui soal kaki bayi melepuh di Medan.
1. Berawal dari Skrining Hipotiroid
Bagaimana awal-mula kaki bayi melepuh ketika baru lahir?
Ibnu menjelaskan bahwa bayinya lahir dalam kondisi sehat.
"Bayi saya lahir dalam kondisi sehat dan sempurna dengan berat badannya 2,9 kilogram," kata Ibnu.
Sayangnya, dua hari kemudian, telapak kaki bayi melepuh dan memerah.
Ia menduga kondisi ini bermula dari kebijakan rumah sakit yang menawarkan program skrining hipotiroid demi cegah stunting dan keterbelakangan mental pada 8 Maret 2023 lalu.
Setelah melahirkan pada sore hari, bayi tersebut ditawarkan skrining pada malam harinya oleh seorang perawat rumah sakit.
2. Mengisi Formulir Persetujuan
Mendengar hal tersebut, Ibnu langsung mengisi formulir persetujuan pengecekan. Pengecekan bayi di Medan tersebut dilakukan oleh perawat RS Mitra Medika.
Pengecekan dilakukan dengan mengambil sampel darah dari tumit bayi.
Baca Juga: Mengenal Hipotiroid Kongenital : Kondisi Saat Bayi baru Lahir Kekurangan Hormon Tiroid
3. Kaki Diperban
Usai pengambilan sampel darah dari tumit, kaki bayi di Medan tersebut diperban.
Melihat hal ini, Ibnu pun kaget dan menanyakan kondisi telapak kaki anaknya. Ternyata, kaki bayi melepuh.
Namun, pihak rumah sakit tidak ada yang memberikan jawaban memuaskan dan tidak ada yang memberikan jawaban detail terkait kondisi anaknya.
"Aku tanya sama perawat tetapi jawaban mereka satu pun tak memuaskan. Anakku terlihat gelisah gitu, seperti kesakitan," katanya.
"Jujur aku panik, baru beberapa hari lahir anakku itu, awalnya cantik, kok, bisa begini. Sampai besoknya pun, aku tak puas dengan jawaban pihak rumah sakit," kata Ibnu.
4. Melaporkan Kasus
Tidak terima anaknya harus mengalami kondisi ini, Ibnu melaporkan ke Polda Sumut, dengan nomor laporan STTLP/B/319/1/2023/SPKT/POLDA SUMUT.
Kuasa hukum Ibnu, Siti Junaida, menduga air yang digunakan untuk mengompres kaki bayi melepuh di Medan itu terlalu panas, mengakibatkan kaki sang bayi memerah dan terkelupas.
"Jadi, pas itu ada perawatnya bilang waktu itu mereka panasi (kaki bayi menggunakan air hangat). Saya tanya sampai seberapa panas mereka panasi, soalnya itu sudah seperti luka bakar," ujar Siti.
Mendengar hal tersebut, Direktur RS Mitra Medika Sjahrial R Anas tidak menampik kabar tersebut dan sudah meminta keterangan rumah sakit.
Menurut perawat yang baru bekerja empat bulan itu, suhu air yang digunakan untuk mengompres bayi sudah sesuai dan tidak terlalu panas.
Pihak rumah sakit juga mengatakan akan bertanggung jawab dengan kejadian ini.
Baca Juga: Penyakit Hipotiroidisme: Gejala, Penyebab, Komplikasi, dan Pengobatannya
Mengenal Skrining Hipotiroid Kongenital
Program yang dijalankan kaki bayi melepuh di Medan ini termasuk kebijakan pemerintah pusat, yaitu Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) terhadap newborn.
Mengutip dari laman Sehat Negeriku oleh Kemenkes, SHK adalah skrining atau uji saring yang dilakukan pada bayi baru lahir untuk memilah bayi yang menderita Hipotiroid Kongenital (HK) dan bayi yang bukan.
Dalam pelaksanaanya, SHK dilakukan dengan pengambilan sampel darah pada tumit bayi yang berusia minimal 48 sampai 72 jam dan maksimal 2 minggu.
Pengecekan ini dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Darah diambil sebanyak 2-3 tetes dari tumit bayi kemudian diperiksa di laboratorium.
Apabila hasilnya positif, bayi harus segera diobati sebelum usianya 1 bulan agar terhindar dari kecacatan, gangguan tumbuh kembang, keterbelakangan mental dan kognitif.
Sebagai tambahan informasi, hipotiroid adalah kondisi ketika kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid yang cukup.
Kondisi ini bisa mengganggu detak jantung, suhu tubuh, hingga seluruh metabolisme tubuh. Maka, penting untuk melakukan SHK saat bayi baru lahir, Moms.
Baca Juga: Moms, Kenali Penyebab dan Bahaya pada Kaki Bayi Bengkok
Penyebab Hipotiroid pada Anak
Program SHK yang dijelaskan sebelumnya pada dasarnya bertujuan baik, agar mencegah dan menghindari bayi dari kecacatan, gangguan tumbuh kembang, keterbelakangan mental dan kognitif.
Hipotiroid sendiri merupakan kondisi ketika kelenjar tiroid tidak dapat menghasilkan hormon tiroid yang cukup.
Kondisi tersebut tentu saja dapat mengganggu detak jantung, suhu tubuh, hingga metabolisme bayi. Maka dari itu, program SHK menjadi penting dilakukan.
Ada beberapa penyebab atau pemicu hipotiroid pada anak, Moms wajib mengetahui penyebabnya. Berikut ini di antaranya yang diduga sebagai penyebabnya dilansir dari Alodokter:
1. Riwayat Keluarga
Penyebab pertama dan yang paling umum yaitu keluarga yang memiliki riwayat keluarga.
Adanya riwayat keluarga yang menderita hipotiroid, seperti orang tua, hingga kakek atau nenek.
Hal tersebut dapat meningkatkan risiko keturunannya untuk mengalami kondisi yang sama pada saat lahir dan tumbuh kembang.
2. Kekurangan Asupan Yodium
Penyebab atau pemicu selanjutnya yaitu akibat kekurangan asupan yodium. Kadar yodium dalam tubuh anak sangat penting.
Anak atau bayi yang memiliki kadar yodium yang rendah disebabkan oleh asupan yodium yang kurang. Hal ini dapat berisiko menyebabkan hipotiroid.
Karena kurangnya asupan yodium dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid itu sendiri.
3. Konsumsi Obat-obatan Tertentu
Mengonsumsi beberapa jenis obat, seperti litium, amiodarone dan thalidomide, bisa membuat kelenjar tiroid pada anak tidak bekerja secara optimal.
Hal tersebut tentu saja akan semakin meningkatkan risiko terjadinya hipotiroid pada anak.
Sebagai orang tua, tentu Moms harus sangat berhati-hati. Kejadian yang dialami bayi di Medan yang disampaikan di atas, bisa jadi pelajaran penting.
Moms juga harus tahu bahwa gejala hipotiroid kongenital bisa muncul berbeda-beda. Adapun gejala-gejala yang muncul sebagai berikut:
- Anak enggan minum ASI.
- Bagian kulit anak yang terasa dingin.
- Suara tangisan anak serak.
- Anak mengalami sembelit atau sulit buang air besar.
- Lidah anak membesar.
- Anak atau bayi menderita penyakit kuning atau jaundice.
- Hernia umbilikalis.
Gejala lain yang dialami oleh anak-anak yang menderita hipotiroid adalah:
- Wajah anak terlihat bengkak.
- Kelopak mata anak yang terlihat turun.
- Anak mengalami rambut rontok.
- Kulit anak cenderung kering.
- Terlambat bicara dan suara lebih serak.
- Keterlambatan pertumbuhan.
- Keterlambatan pertumbuhan gigi permanen.
- Peningkatan berat badan.
- Detak jantung lebih lambat.
Itulah informasi seputar kaki bayi di Medan melepuh dan informasi SHK yang bisa Moms ketahui.
- https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20220831/2641015/kemenkes-relaunching-skrining-hipotiroid-kongenital-untuk-kurangi-risiko-kecacatan-pada-anak/#:~:text=Skrining%20Hipotiroid%20Kongenital%20(SHK)%20adalah,dan%20bayi%20yang%20bukan%20penderita.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.