07 April 2022

Ruang Seni Anak Kembara Biru Hadir di Museum MACAN, Pas untuk Ngabuburit!

Yuk ajak Si Kecil ngabuburit sambil belajar seni!
Ruang Seni Anak Kembara Biru Hadir di Museum MACAN, Pas untuk Ngabuburit!

Foto: Foto: dok. Museum MACAN

Kali ini, Museum Macan bersama dengan UOB kembali menyelenggarakan sebuah pameran bertajuk “Kembara Biru” karya Theresia Agustina Sitompul.

Setelah sebelumnya sukses dengan tema “The Lost Jungle” karya trio seniman Tromarama, Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara atau MACAN, kembali menyuguhkan ruang seni anak.

Di ruang ini, Si Kecil bisa menyalurkan imajinasinya secara bebas dan tanpa batas dengan cara mencetak melalui kertas karbon.

Tujuan dari dibentuknya karya seni ini adalah agar anak-anak dan orang dewasa berhenti sejenak dari gawai dan layar kaca.

Khususnya bagi anak-anak yang sudah mengahadapi sekolah online selama pandemi.

Ide ini tentunya tidak datang begitu saja, namun berawal dari refleksi Theresia Agustina Sitompul selama berada di rumah.

Baca Juga: Yuk, Telusuri Hutan Digital Tromarama: The Lost Jungle di Museum MACAN bersama Si Kecil!

Theresia Agustina Sitompul: Kembara Biru

Theresia Agustina Sitompul
Foto: Theresia Agustina Sitompul

Foto: Visual Assets Museum MACAN

Kembara Biru berasal dari kata membara dan langit biru, membara sendiri memiliki arti mengeksplorasi.

Kemudian, biru berasal dari langit biru. Di mana langit diumpamakan sebagai sesuatu yang tidak terbatas dan sangat luas.

Maka, berlaku juga dengan seni. Theresia Agustina Sitompul merasa seni itu tidak terbatas dan bisa dieksplorasi secara bebas dan luas.

“Langit itu tanpa batas jadi imajinasi anak-anak juga tanpa batas,” jelas Theresia Agustina Sitompul, seniman Kembara Biru dalam jumpa pers virtual Kembara Biru, Rabu, 6 April 2022.

Inspirasi Theresia berawal dari dirinya yang merupakan seorang ibu dan melihat aktivitas anak-anaknya sekolah online.

Hal ini membuat Theresia berpikir bagaimana caranya agar anak-anak bisa terus terlatih secara motorik serta kreativitasnya.

Kertas karbon dipilih sebagai bahan dasar dari pembuatan seni ini. Sebab ia merasa kembali ke masa di mana kertas karbon masih digunakan banyak orang.

Mulanya orang menggunakan kertas karbon untuk menggandakan bon atau pun struk belanja.

Namun seiring berjalannya waktu kehadiran kertas karbon mulai terlupakan dan hilang di masyarakat.

Dengan adanya Kembara Biru, tentu membuat generasi lainnya merasa kembali ke masa lalu. Sekaligus menjaga ciri khas kertas karbon.

Kertas karbon bisa memberikan komunikasi antar generasi bahwa bahan ini dulunya digunakan banyak orang.

Baca Juga: 4 Museum Makanan di Berbagai Negara yang Menarik Dikunjungi

Apa Saja yang Bisa Ditemui di Kembara Biru?

Untuk Moms yang ingin berkunjung bersama Si Kecil atau keluarga, Moms akan menemukan hal-hal ini di dalamnya.

1. Tangan-Tangan Panjang

Tangan-tangan panjang di Kembara Biru
Foto: Tangan-tangan panjang di Kembara Biru

Foto: dok. Museum MACAN

Saat masuk, Moms akan disambut dari depan dengan deretan tangan-tangan panjang yang menggantung dari atas hingga menjulur ke bawah.

Tangan-tangan ini terbuat dari lengan kemeja yang bertekstur lembut sekaligus memiliki makna.

Tangan ini memiliki makna, jika manusia memiliki banyak tangan, tentu akan bisa menyelesaikan banyak hal dengan waktu singkat.

Pastinya hal ini diiginkan banyak orang, sebab tidak jarang orang merasa kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan hanya dengan 2 tangan.

2. Mulai Melihat Awan-Awan

Awan-awan di Kembara Biru
Foto: Awan-awan di Kembara Biru

Foto: dok. Museum MACAN

Setelah melewati sekumpulan tangan panjang, Moms akan diajak untuk melihat awan-awan.

Awan tersebut terbuat dari teknik cetak karbon dan memiliki arti Kembara Biru.

Awan yang terlihat menempel di dinding berwarna biru itu, terbentuk dari objek-objek yang mudah ditemukan dalam rumah yang tidak berguna lagi.

Seperti kaos kaki bekas, pakaian bekas, dan lain-lain. Tujuannya agar kita tetap bisa mengenang benda-benda usang sekaligus membuat memori yang baru.

Baca Juga: 25+ Wisata Jakarta Terbaru untuk Rekreasi, Ada Moja Museum, Sudah Pernah ke Sana Belum?

3. Berkarya dari Cetakan Karbon

Berkarya dari kertas karbon
Foto: Berkarya dari kertas karbon

Foto: dok. Museum MACAN

Seperti yang Moms ketahui, anak-anak dan pengunjung bisa melakukan seni cetak karbon kemudian dimasukkan ke dalam kantung berbentuk awan yang sudah disediakan.

Tujuannya agar pengunjung bisa melihat karya seni pengunjung lain.

Tapi jika Moms ingin membawa karya tersebut pulang ke rumah sebagai kenang-kenangan, Moms juga diizinkan, lho!

4. Meja untuk Berkreasi

MM_CAS Kembara Biru School Visit with SDN Kampung Bali 01 and Sekolah Tunas Muda_Image Courtesy of Museum MACAN
Foto: MM_CAS Kembara Biru School Visit with SDN Kampung Bali 01 and Sekolah Tunas Muda_Image Courtesy of Museum MACAN

Foto: dok. Museum MACAN

Barang-barang untuk berkreasi yang disediakan cukup beragam, mulai dari sendok, kancing, kain perca, kertas karbon, ataupun pernak-pernik lainnya yang mudah ditemukan di rumah.

Pernak-pernik ini bisa terbilang cukup beragam dan random, namun hal ini bertujuan agar anak-anak bisa menjadi lebih kreatif dan bisa bereksplorasi tentang apapun yang ingin dibuat.

Baca Juga: Belajar Sejarah Kota Jakarta bersama Si Kecil, Yuk ke Museum!

Proses Kreatif Theresia Agustina Sitompul

MM_Theresia Agustina Sitompul profile2_Image Courtesy of Museum MACAN (1)
Foto: MM_Theresia Agustina Sitompul profile2_Image Courtesy of Museum MACAN (1)

Foto: dok. Museum MACAN

Theresia Agustina Sitompul membagikan ceritanya mengenai proses kreatif hingga akhirnya Kembara Biru resmi disuguhkan oleh pengunjung.

Bermula dari 2011, dirinya yang sebagai seniman, sering menghabiskan waktu di studio.

Namun seperti seniman pada umumnya yang menggunakan bahan-bahan kimia sebagai bahan dasar pembuatan seni, Theresia merasa bahan kimia tidak baik untuk anak-anak.

Ia pun merasa anaknya tidak bisa sering-sering berkunjung ke studionya karena bahan kimia tersebut.

Kondisi Theresia yang harus selalu berkarya tapi juga harus mengurus anak-anak tanpa perlu ke studio, membuat ia merasa harus mencari solusi lain.

Saat itulah ia berpikir sebaiknya mengganti bahan kimia dengan bahan lainnya yang lebih aman untuk anak-anak.

Lalu terpilihlah kertas karbon. Walaupun mungkin terdengar asing di telinga anak-anak, kertas karbon rupanya dianggap bisa membentuk karya seni.

Baca Juga: Ajak Anak ke 4 Museum Ini Supaya Bisa Mencintai Laut dan Dunia Maritim

Namun untuk proses terbentuknya ruangan Kembara Biru di Museum MACAN, memakan waktu kurang lebih 1 setengah bulan secara intens.

Tentunya sebuah proses kreatif tidak datang tanpa kendala.

Kendala yang paling sering ditemukan adalah kekhawatiran tentang bahaya kertas karbon.

“Kendalanya di kertas karbon, apakah itu aman untuk anak-anak? Tapi jika (orang tua) khawatir, bisa dibantu agar anak-anak tetap bisa berkarya”, tutur Theresia.

Itu dia Moms informassi seputar pameran terbaru dari Museum MACAN.

Theresia berharap dengan adanya Kembara Biru, anak-anak bisa lebih percaya diri dengan tidak takut untuk mencoba.

Karya seni tidak memiliki ungkapan benar atau salah sehingga Si Kecil bebas untuk berkarya.

Theresia Agustina Sitompul: Kembara Biru, dibuka untuk publik pada tanggal 9 April dan akan berlangsung hingga 30 Oktober 2022.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.