05 Desember 2024

Museum Sonobudoyo: Sejarah dan Informasi Kunjungan Wisatawan

Banyak menyimpan nilai sejarah dan budaya Nusantara

Museum Sonobudoyo merupakan salah satu destinasi wisata edukasi yang wajib dikunjungi saat berada di Yogyakarta.

Museum ini tidak hanya menyimpan koleksi sejarah, tetapi juga menjadi saksi bisu perkembangan budaya Jawa dari masa ke masa.

Dengan lokasi yang strategis, museum ini menjadi tempat ideal untuk mengenal lebih dalam tentang kekayaan budaya Nusantara, khususnya Jawa, Madura, Bali, dan Lombok.

Penasaran dengan apa saja yang bisa ditemukan di Museum Sonobudoyo? Yuk, simak informasinya lebih lanjut!

Sejarah Museum Sonobudoyo

Museum Sonobudoyo
Foto: Museum Sonobudoyo (Google.com/Maps/Eko Nur)

Melansir dari laman resmi Museum Sonobudoyo, museum ini awalnya adalah sebuah yayasan yang berfokus pada kebudayaan Jawa, Madura, Bali, dan Lombok.

Yayasan ini didirikan di Surakarta pada tahun 1919 dengan nama Java Instituut. Pada tahun 1924, dalam sebuah keputusan Kongres, Java Instituut memutuskan untuk mendirikan sebuah museum di Yogyakarta.

Pada tahun 1929, mereka mulai mengumpulkan data kebudayaan dari wilayah Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Panitia Perencana Pendirian Museum kemudian dibentuk pada tahun 1931, dengan beberapa anggota seperti Ir. Th. Karsten, P.H.W. Sitsen, dan Koeperberg.

Bangunan museum ini berdiri di atas tanah bekas "Shouten," yang merupakan hadiah dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII.

Tanah ini ditandai dengan sengkalan candrasengkala Buta ngrasa estining lata, yang merujuk pada tahun 1865 Jawa atau tahun 1934 Masehi.

Peresmian Museum Sonobudoyo dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwana VIII pada hari Rabu Wage tanggal 9 Ruwah 1866 Jawa, dengan tanda candrasengkala Kayu Winayang Ing Brahmana Budha, yang mengindikasikan tahun Jawa atau tepatnya tanggal 6 November 1935 Masehi.

Selama masa pendudukan Jepang, Museum Sonobudoyo dikelola oleh Bupati Paniradyapati Wiyata Praja, yang merupakan bagian dari Kantor Sosial bagian pengajaran.

Setelah kemerdekaan, pengelolaannya diambil alih oleh Bupati Utorodyopati Budaya Prawito, yang merupakan bagian dari pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pada akhir tahun 1974, Museum Sonobudoyo diserahkan kepada Pemerintah Pusat, dan langsung bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal, sesuai dengan berlakunya Undang-Undang No. 22 tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan kewenangan Propinsi sebagai Otonomi Daerah.

Mulai Januari 2001, Museum Sonobudoyo menjadi bagian dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi DIY.

Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk Museum

Lokasi Museum Sonobudoyo
Foto: Lokasi Museum Sonobudoyo (Google.com/Maps/Ayu)

Museum Sonobudoyo terdiri atas dua unit bangunan, yaitu Unit I yang terletak di Jl. Pangurakan No.6, Ngupasan, Kec. Gondomanan, Daerah Istimewa Yogyakarta 55122 dan Unit II yang terletak di Jl. Trikora No. 6, Kota Baru, Gondokusuman, 55224.

Jam buka Museum Sonobudoyo Unit I adalah setiap hari Selasa hingga Minggu dari pukul 08.00 hingga 20.00 WIB.

Sedangkan, Unit II buka setiap hari Senin hingga Kamis dari pukul 08.00 hingga 15.15 WIB dan Jumat dari pukul 08.00 hingga 16.00 WIB.

Tiket masuk Museum Sonobudoyo sebesar Rp5.000 untuk wisatawan domestik dan Rp10.000 untuk wisatawan asing.

Terdapat juga harga tiket masuk lainnya, seperti tiket masuk pagelaran wayang kulit sebesar Rp20.000 untuk wisatawan asing.

Harga tiket masuk untuk wisatawan dewasa perorangan adalah Rp3.000 dan wisatawan dewasa rombongan dan anak-anak adalah Rp2.500 per orang.

Koleksi Museum

Koleksi Museum Sonobudoyo
Foto: Koleksi Museum Sonobudoyo (Google.com/Maps/Tita)

Museum Sonobudoyo memiliki berbagai benda koleksi yang terbagi dalam 10 kelompok, yakni:

  1. Koleksi Geologi
  2. Koleksi Biologi
  3. Koleksi Etnografika
  4. Koleksi Arkeologi
  5. Koleksi Historika
  6. Koleksi Numismatika
  7. Koleksi Filologika
  8. Koleksi Keramologika
  9. Koleksi Senirupa
  10. Koleksi Teknologi

Selain itu, Museum Sonobudoyo memiliki koleksi lain seperti patung perunggu dari abad ke-8, keramik dari zaman Neolitik, dan gamelan tradisional.

Museum ini juga memiliki perpustakaan dengan koleksi buku-buku kuno mengenai budaya Jawa.

Bahkan, museum ini sering mengadakan pameran khusus untuk menampilkan koleksi-koleksi terbaru mereka.

Koleksi-koleksi ini diperoleh melalui berbagai metode, termasuk penyerahan oleh masyarakat dengan sistem ganti rugi, hibah, pesanan, dan juga barang-barang yang dititipkan.

Ruang Koleksi Museum Sonobudoyo

Ruang Koleksi Museum Sonobudoyo
Foto: Ruang Koleksi Museum Sonobudoyo (Google.com/Maps/Dyestra)

Koleksi-koleksi di atas ditampilkan dalam ruang yang tersebar di Unit I dan Unit II.

Berikut adalah pembagian ruang koleksi tersebut:

1. Ruang Pendopo dan Sekitarnya

Pendopo berfungsi sebagai ruang penerimaan tamu dengan arsitektur khas Jawa.

Di area sekitarnya terdapat koleksi meriam dari masa Sri Sultan Hamengkubuwana III, arca seperti Arca Dewi Laksmi dan Mahakala, serta seperangkat gamelan yang melengkapi suasana tradisional.

2. Ruang Pengenalan

Berfungsi sebagai ruang awal untuk mengenalkan koleksi museum, ruang ini memamerkan pasren (tempat tidur simbolis), patung loro blonyo, dan artefak rumah tangga lainnya yang melambangkan kehidupan tradisional masyarakat Jawa.

3. Ruang Prasejarah

Ruang ini menyajikan koleksi dari masa prasejarah yang menggambarkan kehidupan manusia purba, mulai dari berburu, meramu makanan, hingga bercocok tanam secara sederhana.

Koleksi ini mencakup alat-alat batu, fosil, dan artefak ritual.

4. Ruang Klasik dan Peninggalan Islam

Ruang ini menampilkan tujuh unsur budaya universal, seperti sistem bahasa, seni, religiusitas, ilmu pengetahuan, dan peralatan hidup.

Koleksi yang dipamerkan mencakup artefak dari masa klasik Hindu-Buddha hingga era penyebaran Islam di Jawa.

5. Ruang Batik

Di ruang ini, pengunjung dapat melihat berbagai motif batik serta proses pembuatannya.

Koleksi ini menggambarkan perjalanan seni batik sebagai warisan budaya Indonesia.

6. Ruang Wayang

Ruang ini menyimpan beragam jenis wayang, termasuk wayang kulit, wayang klithik dari kayu, dan wayang golek.

Koleksi ini menyoroti kekayaan tradisi seni pertunjukan wayang di Indonesia, yang telah diakui sebagai warisan dunia.

7. Ruang Topeng

Menampilkan koleksi topeng tradisional yang digunakan dalam upacara dan pertunjukan seni.

Topeng-topeng ini menggambarkan ekspresi seni rupa sekaligus nilai spiritual dalam budaya masyarakat Indonesia.

8. Ruang Jawa Tengah

Ruang ini memamerkan seni ukir kayu khas Jawa Tengah, seperti gebyog Jepara, serta berbagai senjata tradisional, termasuk keris dan tombak.

Koleksi ini menonjolkan keindahan kerajinan tangan masyarakat Jawa.

9. Ruang Emas

Menyimpan koleksi artefak emas dengan berbagai fungsi, seperti mata uang, perhiasan, wadah, senjata, hingga simbol religius.

Namun, koleksi emas ini belum dipamerkan untuk umum.

10. Ruang Bali

Menggambarkan budaya Bali melalui koleksi seni pahat, seni lukis, dan benda-benda yang berkaitan dengan upacara Yadnya.

Koleksi ini dilengkapi dengan ornamen Candi Bentar yang khas.

11. Ruang Koleksi di Unit II

Unit II lebih berfungsi sebagai ruang penyimpanan koleksi tambahan dan kantor administratif, tetapi tetap menjadi bagian penting dalam pengelolaan koleksi Museum Sonobudoyo.

Baca Juga: 17 Oleh-oleh khas Yogyakarta, Ada Surjan hingga Yangko!

Demikian informasi wisata dan kunjungan Museum Sonobudoyo.

Semoga dapat menjadi referensi liburan di Jogja, ya!

  • https://sonobudoyo.com/id/museum/sejarah
  • https://moovitapp.com/index/id/Tranportasi_Umum-Museum_Negeri_Sonobudoyo-Yogyakarta-site_18057417-4384
  • https://atourin.com/destination/yogyakarta/museum-sonobudoyo

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.