Profil Nano Riantiarno, Aktor dan Pendiri Teater Koma yang Meninggal di Usia 73 Tahun
Dunia hiburan Tanah Air kembali berduka. Norbertus Riantiarno atau Nano Riantiarno mengembuskan napas terakhirnya pada Jumat, 20 Januari 2023 pukul 06.58 WIB.
Nano berpulang di usia 73 tahun dan sebelum meninggal, ia diduga jatuh sakit.
Kepergian Nano Riantiarno diketahui pertama kali dari sahabatnya, Butet Kartaredjasa.
Nano dikenal sebagai pendiri Teater Koma sekaligus aktor, penulis, sutradara, dan wartawan.
Yuk, Moms mengenang sosok inspiratif yang sudah mewarnai dunia hiburan Indonesia di artikel ini.
Baca Juga: Profil Sheezan Mohammad Khan, Aktor India yang Diduga Jadi Pemicu Tunisha Sharma Bunuh Diri
Profil Nano Riantiarno
Ini dia Moms profil Nano Riantiarno yang bisa Moms ketahui.
1. Biodata Nano Riantiarno
- Nama: N. Riantiarno
- Nama Asli: Riantiarno
- Nama Baptis : Norbertus
- Nama Kecil : Nano, Jendil, Nakula
- Lahir: Senin Kliwon, 6 Juni 1949, di Cirebon Parujakan, Jawa Barat.
- Usia: 73 tahun
- Pekerjaan: Sutradara, penulis, dan aktor.
Baca Juga: Profil Kevin Sanjaya, Pebulu Tangkis Berbakat Indonesia Kekasih Valencia Tanoesoedibjo
2. Karier Nano Riantiarno
Nano aktif di teater sejak 1965 di kota kelahirannya, Cirebon. Setelah tamat SMA pada 1967, ia melanjutkan kuliah di Akademi Teater Nasional Indonesia.
Lalu, ia masuk ke Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara di Jakarta pada 1971.
Ia bergabung dengan Teguh Karya, salah seorang dermawan yang ikut mendirikan Teater Populer pada 1968.
Kemudian, ia mendirikan Teater Koma pada 1 Maret 1977, yang masih ada sampai saat ini dan bahkan masih aktif berkegiatan lho, Moms.
Sampai 2006, kelompok teater ini sudah menggelar sekitar 111 produksi panggung dan televisi.
Kemudian, ia pertama kali menyutradari film CEMENG 2005 (The Last Primadona) yang diproduksi oleh Dewan Film Nasional Indonesia pada 1995.
3. Karya Nano Riantiarno
Dirinya sudah berkecimpung di dunia hiburan Indonesia sejak lama. Jadi, tidak heran jika karya-karya yang ia ciptakan juga sudah banyak ya, Moms.
Ini beberapa karya Nano Riantiarno:
- Trilogi Opera Kecoa: Bom Waktu, Opera Julini, (drama) - Maha Tari, Yogyakarta
- Percintaan Senjat, novel. - Majalah Kartini
- Cermin Merah, novel - Grasindo (2004)
- Opera Primadona, drama - Pustaka Kartini
- Semar Gugat, drama - Pustaka Bentang
- Cinta Yang Serakah, drama - Pustaka Bentang
- Opera Ikan Asin, drama - Pustaka Jaya
- Teguh Karya dan Teater Populer - Sinar Harapan
- Menyentuh Teater: Tanya Jawab Seputar Teater Kita, panduan teater bagi para pekerja seni pertunjukan - Sampurna (2003)
- Konglomerat Burisrawa, drama - Teater Koma
- Sampek Engtay, drama - Pustaka Jaya
- Suksesi, drama - Teater Koma
- Republik Bagong, drama - Galang Press
- Time Bomb and Cockroach Opera, drama, diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris - Lontar
- Opera Sembelit, drama - Balai Pustaka
- Cermin Bening, novel – Grasindo (2005)
- Maaf. Maaf. Maaf. Politik Cinta Dasamuka, drama - Gramedia (2005)
- Fiksi di Ranjang Bayi, kumpulan cerpen dan novelet - Kompas (2005)
- Primadona, roman - Gramedia (2005)
- Cermin Cinta, novel - Grasindo (2006).
Baca Juga: Profil Park Solomon, Aktor Muda Berbakat Pemain All of Us Are Dead
4. Karya di Luar Negeri
Tidak hanya di Indonesia, nama Nano Riantiarno juga dikenal hingga kancah internasional.
Ia sempat menyutradarai Sampek Engtay di Singapura pada 2001, dengan pekerja dan para pemain dari Singapura.
Nano juga menjadi salah satu pendiri Asia Art Net, AAN (1998) sebuah organisasi seni pertunjukan yang beranggotakan sutradara-sutradara Asia.
Terakhir, ia menjabat sebagai artistic founder dan evaluator dari Lembaga Pendidikan Seni Pertunjukan PPAS, Practice Performing Arts School di Singapura.
5. Penghargaan
Sudah banyak penghargaan yang dia raih, berikut di antaranya:
- Meraih 5 hadiah sayembara Penulisan Naskah Drama Dewan Kesenian Jakarta (1972-1973-1974-1975 dan 1998)
- Merebut hadiah Sayembara Naskah Drama Anak-anak dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978
- Novel, Ranjang Bayi meraih hadiah Sayembara Novelet majalah Femina, dan novel Percintaan Senja
- Memenangkan Sayembara Novel majalah Kartini.
- Pada 1993, dianugerahi Hadiah Seni, Piagam Kesenian dan Kebudayaan dari Departemen P&K, atas nama Pemerintah Republik Indonesia.
- Di 1999 meraih penghargaan dari Forum Film Bandung untuk serial film televisi berjudul Kupu-kupu Ungu sebagai Penulis Skenario Terpuji 1999.
- Di forum yang sama, Cinta Terhalang Tembok dinobatkan sebagai Film Miniseri Televisi Terbaik, 2002
- Di 1993 dianugerahi Hadiah Seni, Piagam Kesenian dan Kebudayaan dari Departemen P&K, atas nama Pemerintah Republik Indonesia.
- Pada 1998, menerima Penghargaan Sastra 1998 dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia.
- Meraih Sea Write Award 1998 dari Raja Thailand, di Bangkok, untuk karyanya Semar Gugat
- Sejak 1997, menjabat Wakil Presiden PEN Indonesia.
Baca Juga: Profil Aurelie Moeremans, Aktris Blasteran Belgia-Indo yang Berprestasi
6. Meninggal di Usia 73 tahun
Nano Riantiarno mengembuskan napas terakhir di kediamannya di Sanggar Teater Koma, Bintaro, Jakarta Selatan.
Sebelumnya, Nano sempat dijenguk oleh para sahabatnya yang juga aktor dan aktris senior, seperti Niniek L Karim, hingga Widyawati, di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta Barat.
Selamat jalan Nano Riantiarno karya-karyamu akan selalu abadi!
- https://www.teaterkoma.org/index.php/profil/angkatan-pendiri/36-profil/angkatan-pendiri/47-n-riantiarno?showall=1&start=0#:~:text=Lahir%20%3A%20Senin%20Kliwon%2C%206%20Juni,Cirebon%20Parujakan%2C%20Jawa%2DBarat.&text=Status%20perkawinan%20%3A%20Menikah%20dengan%20RATNA,%2C%20di%20Gereja%20Effata%2C%20Jakarta.&text=Perjalanan%20awal%20%3A%201964%20%2D%201967%2C,Air)%20kelompok%20kesenian%20di%20Cirebon.
- https://id.wikipedia.org/wiki/Norbertus_Riantiarno
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.