8 Pakaian Adat NTT Sesuai Suku, Punya Ciri Khas yang Unik!
Provinsi Nusa Tenggara Timur kaya akan budaya. Salah satunya terwujud dari pakaian adat NTT yang khas dan unik.
Sama seperti wilayah lain di Indonesia, NTT juga memiliki baju adat yang sangat indah.
Bahkan, setiap suku di NTT memiliki pakaian adat khas masing-masing sehingga menambah keragaman budaya Indonesia.
Yuk, intip ragam pakaian adat NTT yang unik berikut ini!
Ragam Pakaian Adat NTT
Apa saja yang termasuk dalam pakaian adat NTT? Simak selengkapnya di bawah ini!
1. Pakaian Adat NTT Suku Rote
Baju adat dari Suku Rote adalah perwakilan pakaian adat NTT yang sudah dikenal di seantero tanah air.
Pakaian ini dipilih karena memiliki keunikan desain dan nilai sejarahnya.
Hal tersebut terlihat dari ti'i langga, sebuah topi yang bentuknya mirip seperti topi khas Meksiko sombrero.
Bedanya, topi pada baju adat NTT ini terbuat dari daun lontar kering.
Topi ini juga berfungsi sebagai simbol kepercayaan diri dan kewibawaan saat digunakan oleh laki-laki Suku Rote.
Baju adat NTT ti'i langga terdiri dari kemeja putih lengan panjang yang dikombinasikan dengan sarung tenun ikat berwarna gelap.
Pakaian adat ini juga dikombinasikan dengan kain khas NTT yang punya motif beragam.
2. Pakaian Adat NTT Suku Sabu
Sesuai dengan namanya, baju adat NTT Sabu berasal dari Suku Sabu yang mendiami Pulau Hai Rau, Sabu, Kabupaten Kupang.
Pakaian adat untuk pria Suku Sabu terdiri dari kemeja putih lengan panjang, selendang, dan bawahan.
Selendang tersebut berupa sarung tenun yang diselempangkan ke bagian bahu.
Sebagai pelengkap, laki-laki Suku Sabu juga biasanya menggunakan aksesoris ikat kepala berupa mahkota tiga tiang dari emas.
Pria suku NTT ini juga menggunakan sepasang gelang emas, perhiasan leher bernama habas, dan kalung muti salak yang digantung di leher.
Sabuk berkantong juga tampak melingkari pinggang untuk melengkapi pakaian adat NTT Suku Sabu.
Sementara itu, wanita Suku Sabu menggunakan paduan kebaya dan kain tenun dengan dua lilitan.
Beda dengan yang lain, kain tenun yang digunakan memiliki motif khas Suku Sabu.
Bentuknya seperti sarung yang dililitkan menggunakan ikat pinggang, dikenal dengan istilah pending.
3. Pakaian Adat NTT Suku Helong
Baju adat NTT Suku Helong pria dan wanita memiliki perbedaan.
Pada pria, ciri khasnya berupa selimut besar yang diikat pada bagian pinggang untuk bawahan.
Sementara bajunya menggunakan baju bodo atau kemeja, lalu dilengkapi dengan destar untuk ikat kepala dan habas atau kalung.
Sedangkan pakaian adat NTT Suku Helong khusus perempuan terdiri dari kebaya, kemben, dan perhiasan kepala berbentuk bulan sabit.
Beda dengan kebaya Suku Jawa, kebaya yang digunakan Suku Helong cenderung terbuka dan dibuat tanpa lengan.
Ada pula aksesoris tambahan berupa ikat pinggang emas, sarung, giwang atau karabu, dan kalung berbentuk tulang.
4. Pakaian Adat NTT Suku Dawan
Baju adat yang dimiliki Suku Dawan disebut dengan baju amarasi.
Khusus pria, pakaian adat amarasi ini terdiri dari kain tenun ikat dengan motif khas dan baju bodo.
Uniknya, baju bodo khas Suku Dawan memiliki warna yang cerah, misalnya pink muda, kuning, dan sebagainya.
Busana ini dilengkapi dengan aksesoris seperti kalung, ikat kepala berhias mutiara, gelang timor, dan kalung muti salak.
Pakaian adat NTT Suku Dawan khusus perempuan terdiri dari sarung tenun, selendang, dan kebaya.
Baju ini juga dihiasi dengan muti salak, tusuk konde, gelang kepala ular, hingga sisir emas.
5. Pakaian Adat NTT Suku Sumba
Suku Sumba yang tinggal di Pulau Sumba juga memiliki baju adat yang tak kalah unik.
Pakaian adat NTT Suku Sumba untuk pria terdiri dari kain hinggi kombu yang dililitkan pada pinggang, tiara patang, hingga aksesoris berupa gelang.
Pria Suku Sumba juga kerap membawa senjata tradisional untuk melengkapi baju adatnya.
Sementara itu, perempuan suku ini menggunakan kemben bernama ye'e, kain berbentuk sarung, anting-anting, dan hiasan kepala berbentuk bulan sabit.
6. Pakaian Adat NTT Suku Lio
Suku Lio merupakan salah satu suku tertua yang ada di Pulau Flores.
Masyarakat Lio umumnya menggunakan busana tradisional berupa kain Tenun Ikat Patola.
Motifnya cukup unik, terdiri dari gambar dedaunan, biawak, dan manusia.
Ukurannya terbilang kecil dengan bentuk geometris yang disusun membentuk jalur-jalur berwarna biru atau merah dengan dasar kain berwarna gelap.
Hal inilah yang membedakan pakaian adat NTT Suku Lio dengan suku lainnya.
7. Pakaian Adat NTT Suku Manggarai
Dari Flores bagian barat, ada Suku Manggarai yang memiliki baju adat khas dan unik.
Busana pria terdiri dari kemeja lengan panjang, selendang motif songket, dan sarung dari kain songket.
Sementara aksesorisnya diletakkan di kepala, biasa disebut dengan sapu.
Pada wanita Suku Manggarai, baju adatnya terdiri dari kebaya yang dipadukan dengan kain songket.
Cara pemakaiannya mirip seperti sarung, tapi tidak boleh dilakukan sembarangan.
Ada beberapa bagian yang harus menghadap ke arah depan, sehingga jangan sampai salah arah.
Kain songket yang digunakan Suku Manggarai didominasi warna hitam.
Hal ini melambangkan keagungan dan kebesaran Suku Manggarai.
Mereka juga menggunakan selendang kain dan aksesoris kepala bernama balibelo.
8. Pakaian Adat NTT Suku Sikka
Sama seperti namanya, Suku Sikka berada di Kabupaten Sikka, Flores Timur Tengah, Pulau Flores.
Pakaian adat NTT Suku Sika cukup unik dan berbeda dengan suku-suku lain.
Pasalnya, ada pengaruh dari budaya luar seperti Bugis, Portugis, Cina, Belanda, Arab, hingga India yang membuat baju tradisionalnya semakin menarik.
Mulanya, baju data Suku Sikka dibedakan berdasarkan tingkatan sosial, yaitu bangsawan dan masyarakat umum.
Namun, tradisi ini sudah lama ditinggalkan.
Secara umum, sudah tidak ada lagi perbedaan baju adat Suku Sikka, kecuali dari tingkat kehalusan tenunan, jahitan, hingga ukiran perangkat perhiasannya.
Baju adat pria terdiri dari kemeja gaya barat berlengan panjang dengan warna putih.
Hal ini dilengkapi dengan selembar lensu sembar bercorak flora dan fauna yang disampirkan di bagian dada, lalu diikat dengan teknik ikat lungsi.
Pada bagian pinggang, terdapat sarung gelap dengan garis biru tua atau hitam melintang, biasa disebut utan atau utan werung.
Jangan lupa dengan aksesoris penutup kepala yang terbuat dari kain batik soga yang diikat dengan pola ikatan tertentu.
Baju adat wanita terdiri dari penutup badan berupa Labu Liman Berun, berbentuk seperti kemeja lengan panjang dari sutera.
Pada bagian pangkal lehernya dibuat sedikit terbuka agar memudahkan saat memakainya.
Sementara bagian bawahnya menggunakan kain sarung perempuan, yaitu utan lewak atau kain tiga lembar berwarna dasar gelap.
Namun, ada paduan warna merah, cokelat, putih, biru, dan kuning secara melintang yang membuatnya terlihat memesona.
Kombinasi warna-warna ini melambangkan berbagai suasana hati atau kekuatan-kekuatan magis.
Wanita Suku Sikka juga menggunakan aksesoris berupa hiasan konde atau sanggul dari ukiran berwarna keemasan.
Perhiasan lainnya yang kerap digunakan adalah gelang (kalar) yang terbuat dari gading dan perak.
Penggunaannya disesuaikan dengan peristiwa dan upacara adat, namun jumlah kalar gading dan perak biasanya berjumlah genap.
Makna Filosofis dari Simbol-Simbol di Pakaian Adat NTT
Pakaian adat Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak hanya berguna sebagai pelengkap fisik, tetapi juga menyimpan makna filosofis yang mendalam.
Simbol-simbol pada pakaian adat NTT sering kali merepresentasikan nilai-nilai spiritual, sosial, dan ekologis masyarakat setempat.
Berikut contoh-contoh makna filosofis dari simbol-simbol pada pakaian adat NTT:
1. Tenun Ikat Futus (Banain)
Tenun ikat futus di Kampung Banain memiliki makna filosofis yang meliputi sosial-religi dan sosial-ekonomi.
Kain tenun ikat futus digunakan sebagai wujud penghargaan kepada Tuhan dan alam sebagai pemberi hidup, serta memiliki nilai jual yang tinggi sebagai kebutuhan ekonomi masyarakat.
2. Ti’i Langga (Suku Rote)
Ti’i Langga, topi tradisional Suku Rote, dianggap simbol kewibawaan dan kepercayaan diri bagi kaum pria.
Topi ini terbuat dari daun lontar kering yang tahan lama dan memiliki variasi bentuk yang menarik, serta dapat berubah warna menjadi kekuningan atau coklat jika sudah kering kering.
3. Sapu-Lu’e (Ngada)
Sapu-lu'e milik suku Ngada memiliki atribut filosofis yang melihat batasan diri sebagai simbol kesederhanaan dan egaliteritas.
Ornamen seperti Parang Kebesaran, Boku, Mari ngia, Wuli, dan Lu'e all memiliki makna filosofis yang mendalam tentang perilaku sosial dan spiritual masyarakat Ngada.
4. Tenun Ikat Patola (Suku Lio)
Tenun ikat patola suku Lio memiliki motif-motif sakral yang melambangkan hubungan manusia dengan alam.
Motif-moti ini sering digunakan dalam ritual adat dan upacara-upacara penting, serta memiliki nilai-nilai spiritual yang kuat.
5. Songke (Suku Manggarai)
Songke suku Manggarai didominasi oleh warna hitam yang melambangkan keagungan dan kebesaran suku.
Motif-motif seperti wela kaleng, ranggong, dan Su'i juga memiliki makna filosofis tentang ketergantungan manusia dengan alam dan kerja keras.
Itu dia berbagai pakaian adat NTT yang khas dan unik.
Selain memiliki beragam pakaian adat, daerah ini juga dikenal memiliki kuliner khas NTT dan rumah adat Bena yang kaya filosofi.
Mari lestarikan budaya Indonesia dengan menjaga sepenuh hati, Moms.
- https://pariwisataindonesia.id/jelajah/baju-adat-nusa-tenggara-timur/
- https://nttbangkit.com/nama-baju-adat-ntt-lengkap-dan-penjelasannya/
- https://www.sonora.id/read/423832186/8-pakaian-adat-ntt-nusa-tenggara-timur-lengkap-dengan-ciri-khasnya
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.