5 Sisi Unik Pakaian Adat Ulee Balang dari Aceh, Apa Saja?
Setiap daerah di Indonesia memiliki busana tradisional yang unik, termasuk pakaian adat Ulee Balang, dari provinsi Aceh.
Pakaian ini adalah sebutan untuk busana tradisional daerah yang dijuluki Serambi Mekkah tersebut.
Mendapat pengaruh kental dari Islam dan Melayu, pakaian adat Ulee Balang memiliki tampilan yang serba tertutup.
Selain untuk upacara prosesi pernikahan, pakaian adat Aceh ini juga sering dikenakan dalam acara adat dan tari-tarian tradisional.
Sisi Unik Pakaian Adat Ulee Balang
Berikut sisi unik pakaian adat Ulee Balang yang wajib diketahui:
Baca Juga: Serunya Pernikahan Adat Palembang, Banyak Aksesoris Penuh Makna
1. Telah Ada Sejak Zaman Kerajaan
Pada mulanya, pakaian adat Ulee Balang hanya dipakai keluarga kerajaan, tepatnya pada zaman kerajaan Samudera Pasai.
Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di nusantara yang berkuasa dari abad ke-13 hingga abad ke-16.
Sesuai asal namanya yaitu Ulee Balang yang juga sebutan untuk kepala pemerintahan di kesultanan Aceh yang memimpin daerah atau wilayah setingkat kabupaten atau kota.
Pada saat itu orang yang memegang jabatan Ulee Balang bergelar Teuku untuk pria dan Cut untuk wanita.
Di masa sekarang, siapapun bisa memakai pakaian adat Ulee Balang, bahkan bukan orang Aceh sekalipun.
2. Busana Adat Linto Baro untuk Pria
Pakaian adat Ulee Balang untuk pria disebut Linto Baro. Busana ini terdiri dari 3 bagian, yaitu atas, tengah dan bawah.
Bagian atas adalah penutup kepala atau mahkota yang disebut meukeutop. Meukeutop berbentuk lonjong ke atas dan dilengkapi dengan lilitan berbahan dasar kain sutera yang disebut tengkulok.
Pola lilitannya berbentuk bintang persegi delapan yang terbuat dari kuningan atau emas.
Untuk bagian tengah berupa meukasah atau baju yang tertutup pada bagian kerah dan disulam atau dijahit menggunakan benang emas.
Selain budaya Melayu dan Islam, baju ini juga mendapat sedikit sentuhan budaya Cina.
Baju meukasah biasanya berwarna hitam, simbol kebesaran menurut masyarakat Aceh.
Sementara bagian bawahnya adalah celana cekak musang yang dikenal dengan istilah sileuweu.
Sileuweu berupa celana panjang berwarna hitam dan dibuat dari kain katun yang ditenun.
Pada bagian bawah celana dilengkapi dengan hiasan pola terbuat dari benang emas. Sementara bagian luar celana dibalut dengan kain sarung songket sutera yang panjangnya atas lutut.
Baca Juga: Mengenal 10 Tarian Tradisional Aceh dan Keunikannya
3. Busana Adat Daro Baro untuk Wanita
Pakaian adat Ulee Balang untuk kaum wanita disebut Daro Baro. Bentuk busana berupa baju kurung, yang desainnya dipengaruhi oleh budaya Melayu, Cina, dan Arab.
Selain modelnya tertutup, bentuk bajunya juga sedikit longgar dengan maksud untuk menutupi bagian lekuk tubuh.
Bahan untuk membuat baju kurung Daro Baro sama dengan Linto Baro, yaitu dari tenunan benang sutra, yang motifnya dibuat dari benang emas.
Ketika dikenakan, baju kurung dipadukan dengan sarung songket untuk bagian bawah.
4. Filosofi dan Makna Busana Adat
Tiap warna dan motif pada pakaian adat Ulee Balang punya makna dan filosofi khusus lho.
Motif tumbuh-tumbuhan yang menghias busana memiliki makna kesuburan, pertumbuhan, atau kebersamaan.
Orang yang memakainya diharapkan mendapatkan rezeki dalam kehidupannya.
Selain itu aneka warna pada penutup kepala pria (meukeutop) punya filosofi tersendiri.
Merah melambangkan kepahlawanan, warna hijau yang mencerminkan agama Islam, warna kuning yang berarti kesultanan, warna hitam yang berarti ketegasan, dan warna putih yang melambangkan kesucian.
5. Aksesoris Pelengkap Busana Adat
Pakaian adat Ulee Balang untuk pria dan wanita dilengkapi dengan beragam aksesoris. Dengan tambahan aksesoris ini membuat pemakainya terlihat lebih elegan dan berwibawa.
Adapun aksesoris atau atribut pelengkap untuk busana Linto Baro dan Daro Baro, yaitu:
- Meukeutop: penutup kepala atau mahkota kaum pria di Aceh berbentuk lonjong ke atas.
- Ija Lamgugap: sarung songket sutera yang dikenakan kaum pria pada bagian pinggang, sebagai pelengkap sileuweu atau celana. Tujuannya untuk menambah kewibawaan pria.
- Rencong: senjata tradisional khas Aceh yang konon dulunya hanya dipakai petinggi kerajaan.
- Patam Dhoe: aksesoris yang befungsi sebagai mahkota untuk menghias kepala wanita. Di bagian tengahnya terdapat tulisan kaligrafi bertuliskan lafadz Allah dan Muhammad, yang dikelilingi dengan motif bunga dan bulatan-bulatan yang disebut Bungoh Kalimah.
- Taloe Tokoe Bieung Meuih: perhiasan berupa kalung emas yang memiliki enam batu berbentuk hati dan satu berbentuk kepiting.
- Subang: perhiasan berupa anting-anting yang menghiasi telinga kaum wanita.
Baca Juga: 20 Makanan Khas Aceh, Wajib Coba Ayam Tangkap dan Kue Bhoi!
Pakaian Adat Aceh Gayo
Selain pakaian adat Ulee Balang, ada juga pakaian adat Aceh Gayo yang perlu Moms ketahui.
Selain pakaian adat Ulee Balang, di Aceh Gayo juga terdapat pakaian adat yang bernilai budaya tinggi dan digunakan sejak zaman dahulu.
Di Aceh Gayo ada dua pakaian adat, pertama Aman Mayok dan Ineun Mayok. Keduanya merupakan pakaian adat yang digunakan oleh masyarakat Aceh.
Aman Mayok merupakan pakaian adat yang digunakan oleh laki-laki Aceh Gayo, terutama saat adat pernikahan.
Pakaian untuk pengantin laki-laki didesain dengan aksen Bulang Pengkah.
Bulang Pengkah sendiri memiliki fungsi sebagai tempat untuk menancapkan sunting. Sementara itu, untuk pelengkapnya terdiri dari baju putih, celana, ponok, sarung, tanggan, genit rante, gelang dan cincin.
Ineun Mayok sendiri digunakan oleh perempuan Aceh saat menikah.
Desain yang digunakan secara islami hal ini berkaitan dengan pengaruh Islam yang kuat dalam budaya Aceh.
Ineun Mayok sendiri terdiri dari baju, celana, sarung pawak dan ikat pinggang ketawak.
Tujuan penggunaan yaitu agar pengantin wanita terlihat semakin menawan. Maka dari itu, biasanya juga dihiasi dengan berbagai perhiasan pada tubuh pengantin wanita.
Sementara itu, untuk bagian kepalanya, perempuan Aceh Gayo akan menggunakan mahkota sunting, sanggul sempol gampang, cemara, anting-anting subang gener, subang ilang, lelayang, serta ilung-ilung.
Di bagian leher sendiri bergantung kalung tanggal dan dibagian tangan mulai dari lengan hingga jemari akan dihias agar terlihat semakin cantik dan lentik.
Jenis gelang yang dipasangkan yaitu gelang berapit, gelang puntu, gelang giok, gelang beramur, gelang bulet.
Beberapa jenis cincin yang dipasangkan pun ada beberapa, di antaranya yaitu sensim patah, cincin sensim belam keramil, sensim belilit, sensim keselan, sensim genta, serta sensim kul.
Aksesoris yang digunakan lainnya yaitu rate genit, yang digunakan di luar sarung dan digunakan di bagian pergelangan kaki.
Sementara itu, bagian terakhir yang digunakan adalah upuh ulen-ulen yang merupakan selendang.
Selendang disilangkan dari bahu ke pinggang yang ukurannya disesuaikan dengan lebar anur busana.
Baca Juga: 33+ Makanan Tradisional Indonesia dari Aceh sampai Papua
Itulah keunikan pakaian adat Ulee Balang yang berasal dari Aceh. Terlihat anggun dan berwibawa bukan, Moms?
- http://repositori.kemdikbud.go.id/8263/1/PAKAIAN%20TRADISIONAL%20DI%20ACEH.pdf
- http://repository.uinsu.ac.id/1672/1/Muhamaddar.pdf
- https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/04/29/filosofi-ulee-balang-pakaian-adat-serambi-mekkah
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.