Mengenal Hiperbilirubinemia, Penyebab Penyakit Kuning pada Bayi
Hiperbilirubinemia adalah salah satu masalah yang cukup umum mengintai bayi baru lahir.
Tubuh bayi yang baru lahir belum berkembang dengan sempurna sehingga belum dapat menyaring bilirubin dengan baik.
Hal ini menyebabkan tingginya kadar bilirubin dalam tubuh bayi.
Bilirubin adalah pigmen kuning yang ada di darah dan tinja semua orang. Tes darah bilirubin menentukan kadar bilirubin dalam tubuh.
Bilirubin dibuat secara alami saat tubuh memecah sel darah merah tua dan rusak.
Saat masih dalam kandungan, sang ibu menyaring bilirubin melalui plasenta. Setelah lahir, bayi harus mengaturnya sendiri.
Terkadang hati tidak dapat memproses bilirubin di dalam tubuh. Ini bisa disebabkan oleh kelebihan bilirubin, penyumbatan, atau pembengkakan hati.
Ketika tubuh Si Kecil memiliki terlalu banyak bilirubin, kulit dan bagian putih mata kita akan mulai menguning. Kondisi ini disebut penyakit kuning atau hiperbilirubinemia.
Meski normal, jika tidak ditangani dengan baik, kondisi tersebut dapat menyebabkan kerusakan otak.
Yuk, ketahui lebih lanjut apa itu hiperbilirubinemia di bawah ini!
Baca Juga: Radang Telinga Tengah: Gejala hingga Pencegahan Infeksi dan Komplikasinya
Apa Itu Hiperbilirubinemia?
Foto: Orami Photo Stock
Hiperbilirubinemia adalah istilah dari kuning pada bayi baru lahir.
Kuning dalam istilah dunia kedokteran disebut dengan jaundice atau ikterus.
Istilah jaundice (berasal dari bahasa Perancis jaune, yang berarti kuning) menunjukkan pewarnaan kuning pada kulit, sclera, atau membran mukosa sebagai akibat penumpukan bilirubin yang berlebihan pada jaringan.
Ini terlihat pada sekitar setengah dari bayi yang baru lahir, biasanya selama 5 hari pertama kehidupan.
Sebagian besar penyakit ini memiliki gejala yang ringan dan biasanya hilang dalam seminggu atau lebih.
Penyakit kuning ini sering ditemukan pada sekitar 60 persen bayi baru lahir yang sehat dengan usia gestasi atau kehamilan lebih dari 35 minggu.
Lebih memprihatinkan lagi karena penyakit ini dapat menyebabkan sejenis kerusakan otak yang disebut kernikterus jika tidak ditangani.
Sel darah merah pada neonatus (bayi usia kurang dari 1 bulan) berumur sekitar 70-90 hari, lebih pendek dari pada sel darah merah orang dewasa, yaitu 120 hari.
Secara normal pemecahan sel darah merah akan menghasilkan heme dan globin.
“Heme akan dioksidasi oleh enzim heme oksigenase menjadi bentuk biliverdin (pigmen hijau). Biliverdin bersifat larut dalam air. Biliverdin akan mengalami proses degradasi menjadi bentuk bilirubin,” jelas dr. Robert Soetandio, Sp.A, M.Si.Med, Dokter Spesialis Anak, RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.
Satu gram hemoglobin dapat memproduksi 34 miligram bilirubin.
Produk akhir dari metabolisme ini adalah bilirubin indirect yang tidak larut dalam air dan akan diikat oleh albumin dalam sirkulasi darah yang akan mengangkutnya ke hati.
Bilirubin indirect diambil dan diproses di hati menjadi bilirubin direct.
Bilirubin direct akan diekskresikan ke dalam sistem empedu oleh transporter spesifik. Setelah diekskresikan oleh hati akan disimpan di kantong empedu berupa empedu.
Proses minum seseorang akan merangsang pengeluaran empedu ke dalam duodenum.
Bilirubin direct tidak diserap oleh epitel usus tetapi akan dipecah menjadi sterkobilin dan urobilinogen yang akan dikeluarkan melalui tinja dan urin.
Baca Juga: 4 Obat Sembelit Anak di Apotek dan Rumahan yang Bisa Lancarkan BAB Si Kecil
Menurut dr. Robert Soetandio, sebagian kecil bilirubin direct akan didekonjugasi oleh enzim glukoronidase yang ada pada epitel usus menjadi bilirubin indirect.
Bilirubin indirect akan diserap kembali oleh darah dan diangkut kembali ke hati, terikat oleh albumin ke hati, yang dikenal dengan sirkulasi enterohepatik.
Bayi baru lahir dapat mengalami hiperbilirubinemia pada minggu pertama kehidupannya yang disebabkan oleh:
- Meningkatnya produksi bilirubin (hemolisis)
- Kurangnya albumin sebagai alat pengangkut
- Penurunan uptake/peresapan oleh hati
- Penurunan konjugasi bilirubin oleh hati
- Penurunan ekskresi bilirubin
- Peningkatan sirkulasi enterohepatik
Kadar bilirubin serum total (BST) lebih dari 5 mg/dL disebut dengan hiperbilirubinemia.
Hiperbilirubinemia umumnya normal, hanya 10 persen yang berpotensi menjadi abnormal (ensefalopati bilirubin).
Hiperbilirubinemia mengarah abnormal apabila:
- Timbul pada saat lahir atau pada hari pertama kehidupan
- Kenaikan kadar bilirubin berlangsung cepat (lebih dari 5 mg/dL per hari)
- Bayi lahir prematur
- Kuning menetap pada usia 2 minggu atau lebih
- Peningkatan bilirubin direct lebih dari 2 mg/dL atau lebih dari 20 persen dari BST
“Warna kuning pada bayi dimulai dari wajah, dan turun ke daerah dada dan jika kadarnya tinggi bisa sampai kaki.” terang dr. Robert..
Jika kuningnya meluas sampai ke kaki, kadar bilirubinnya akan semakin tinggi,
Moms dapat memeriksa anak kuning dengan menekan hidung atau dahi. Jika kulitnya kuning, warna kuning akan tampak saat tekanan jari dilepas.
Hal ini dapat dilakukan pada bagian lain di atas tulang yang menonjol seperti dada, bahu, dan tungkai kaki.
Dilanjutkan dengan pemeriksaan kadar bilirubin darah, atau pemeriksaan lain untuk menyingkirkan penyebab kuning yang lain.
Baca Juga: 9 Minuman Penurun Kolesterol, Enak dan Sehat, Coba Konsumsi Teh Hijau, Yuk Moms!
Gejala Hiperbilirubinemia
Foto: Orami Photo Stock
Gejala kernikterus pada bayi yang perlu diwaspadai, yaitu:
- Warna kuning sampai lutut atau lebih bawah, tampak kuning lebih gelap
- Demam
- Sulit minum
- Tidurnya lebih lama dibandingkan biasanya dan sulit dibangunkan
- Anak rewel dan sulit ditenangkan
- Tubuh tampak melengkung atau leher bayi kaku
Komplikasi kuning jika terlalu tinggi dapat merusak otak yang tidak dapat diperbaiki (acute bilirubin encephalopathy/kernicterus atau chronic bilirubin encephalopathy).
Baca Juga: 12 Sayuran yang Mengandung Asam Folat, Cocok untuk Moms yang Sedang Program Hamil
Penyebab Hiperbilirubinemia
Foto: Orami Photo Stock
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan bayi yang baru lahir mengalami hiperbilirubinemia, seperti:
1. Faktor Fisiologis
Tubuh bayi yang baru lahir belum dapat menyaring bilirubin dengan baik.
Bilirubin adalah zat limbah yang terbentuk dari proses pemecahan sel darah merah.
Tingginya kadar bilirubin inilah yang membuat tubuh bayi menjadi kuning.
Ini adalah salah satu gejala utama dari hiperbilirubinemia.
2. Breastmilk Jaundice (BMJ)
Bila penyakit kuning biasa hanya berlangsung beberapa hari atau minggu, BMJ bisa bertahan hingga bayi berusia 3 bulan (12 minggu).
BMJ terjadi ketika ada kandungan dalam air susu ibu (ASI) yang justru membuat kadar bilirubin dalam darah bayi meningkat.
Sekitar 2 persen bayi mengalami kondisi hiperbilirubinemia yang satu ini.
3. Belum Bisa Menyusu dengan Baik
Hiperbilirubinemia sering terjadi pada beberapa hari pertama setelah bayi dilahirkan.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh ASI yang masih sedikit atau bayi mengalami kesulitan menyusu.
Jika bayi masih belum bisa menyusu dengan baik, Moms dapat berkonsultasi dengan konsultan laktasi untuk mencari jalan keluarnya.
4. Volume ASI yang Sedikit Setelah Melahirkan
Ternyata, air susu ibu dapat menghambat kinerja hati buah hati untuk mengeluarkan bilirubin.
Biasanya, kondisi ini terjadi setelah beberapa minggu pertama kelahiran. Ini dikenal dengan sebutan breastfeeding jaundice.
Dilansir dari laman IDAI, jika ini yang terjadi pada bayi, tidak memerlukan pengobatan dan tidak perlu diberikan air putih atau air gula.
Bayi sehat cukup bulan memiliki cadangan cairan dan energi yang dapat mempertahankan metabolismenya selama 72 jam.
Pemberian ASI yang cukup dapat mengatasi kondisi ini, Moms.
Jadi tetap susui bayi meski ASI yang ke luar masih sedikit.
Kolostrum akan cepat keluar dengan isapan bayi yang terus menerus. Demikian juga dengan ASI.
Cobalah tidur sekamar dengan bayi untuk merangsang produksi ASI.
5. Kelainan Fungsi Hati
Hiperbilirubinemia ini terjadi ketika ada kerusakan pada hati bayi sehingga organ tersebut tidak mampu membuang bilirubin dari dalam darah.
Bilirubin yang tidak terbuang dan larut dalam darah akan menyebabkan kondisi berbahaya bagi bayi.
6. Berbeda Golongan Darah dengan Moms
Melansir Iranian Journal of Public Health, janin yang memiliki golongan darah berbeda dari ibunya, berisiko menderita anemia serta bayi kuning karena beda golongan darah dengan ibu (jaundice).
Pengobatan Bilirubin pada Bayi
Foto: Orami Photo Stock
Ada beberapa cara yang bisa Moms lakukan untuk mengobati bilirubin pada Si Kecil. Apa saja caranya? Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan.
1. Bantu Si Kecil untuk Sering Minum
Moms perlu memantau jumlah ASI yang diberikan kepada bayi apakah sudah mencukupi atau belum.
Sebagai informasi, pemberian ASI sejak lahir dan secara teratur untuk anak adalah minimal 8 kali sehari.
Moms harus memberikan anak ASI. Air putih, air gula, dan formula pengganti sebaiknya tidak diberikan.
Tak hanya itu, Moms juga perlu memantau kenaikan berat badan anak serta frekuensi buang air besar dan buang air kecilnya.
"Jika kadar bilirubin mencapai 15 mg/dL, perlu melakukan penambahan volume cairan dan stimulasi produksi ASI dengan melakukan pemerasan payudara." saran dr. Robert Soetandio.
Namun, bila kadar bilirubin mencapai kadar 20 mg/dL, perlu melakukan terapi sinar jika terapi lain tidak berhasil.
2. Melakukan Fototerapi
Melansir Journal of Occupational and Environmental Hygiene, fototerapi adalah penyinaran yang dilakukan dengan sinar khusus yang memiliki panjang gelombang tertentu.
Ada dua jenis metode fototerapi, yaitu:
- Fototerapi konvensional
Jenis fototerapi ini dilakukan dengan cara meletakkan bayi di bawah lampu halogen atau lampu neon ultraviolet agar sinar dapat diserap tubuh bayi melalui kulit.
Mata bayi akan ditutup untuk melindungi lapisan saraf mata dari paparan sinar ultraviolet.
- Fototerapi serat optik
Perawatan fototerapi ini menggunakan selimut yang dilengkapi dengan kabel serat optik dan dilakukan dengan posisi bayi berbaring.
Paparan sinar ultraviolet disalurkan melalui kabel tersebut ke bagian punggung bayi.
Perawatan ini umumnya lebih sering digunakan jika bayi terlahir secara prematur.
Kedua jenis fototerapi tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu memberikan paparan sinar ultraviolet pada kulit bayi sebanyak mungkin.
Metode fototerapi umumnya dilakukan selama 30 menit setiap 3–4 jam sekali, sehingga Moms tetap memiliki waktu untuk menyusui Si Kecil, mengganti popoknya, atau sekadar memeluknya.
3. Transfusi Tukar
Moms mungkin bertanya, apa itu transfusi tukar? Ini dilakukan apabila kadar bilirubin terlalu tinggi sehingga menimbulkan komplikasi ke otak anak.
Melalui transfusi tukar, komponen darah abnormal dan zat toksin berbahaya dalam tubuh pasien akan diganti dengan darah yang normal dari pendonor.
Dengan ini, volume darah pasien juga dapat dipertahankan.
Pertukaran darah akan dilakukan dengan menggunakan kateter guna mengirim darah pendonor ke dalam tubuh pasien.
Transfusi ini biasanya dilaksanakan dalam beberapa siklus. Satu siklusnya berlangsung selama beberapa menit.
Setelah selesai, kateter bisa saja dibiarkan pada tempatnya sebagai persiapan untuk transfusi tukar selanjutnya.
Baca Juga: 8 Rekomendasi Merek Cat Tembok yang Bagus, Warnanya Tahan Lama dan Tidak Mudah Pudar
Ketakutan yang berlebihan dalam menghadapi hiperbilirubinemia dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan, seperti meningkatnya kecemasan Moms, menurunnya aktivitas menyusui, terapi yang tidak perlu, dan biaya yang berlebihan.
Namun, menyepelekan kadar bilirubin yang tinggi juga akan membahayakan perkembangan otak Si Kecil.
Oleh karena itu, pengobatan hiperbilirubinemia harus sesuai dan efektif.
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4935699/
- https://www.researchgate.net/publication/275215410
- http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/indikasi-terapi-sinar-pada-bayi-menyusui-yang-kuning
- https://www.aafp.org/afp/2002/0215/p599.html
- https://www.healthline.com/health/jaundice-types#
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/165749
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.