Penyakit Rabies: Gejala, Penyebab, hingga Jenis Luka
Penyakit rabies mulai mengkhawatirkan, Moms. Setelah terjadi di NTT, anak di Bali juga mengalami rabies dan meninggal.
Anak tersebut meninggal usai digigit anjing yang terinfeksi rabies. Otomatis, virus tersebut menular ke anak berusia lima tahun tersebut.
Penyakit rabies memang disebabkan oleh gigitan hewan tertentu, ternyata tak hanya anjing saja lho pemicu dari penyakit satu ini!
Mari ketahui penyebab, gejala, dan cara mengatasi penyakit rabies, Moms.
Baca Juga: Anak Meninggal Digigit Anjing Rabies, Sempat Dapat Vaksin!
Anak di Bali Meninggal Akibat Rabies
Baru-baru ini, media sosial kembali dihebohkan dengan kejadian bocah lima tahun meninggal usai digigit anjing rabies.
Kabar ini dibagikan oleh akun TikTok Kadek Susiani. Di video yang viral itu, terlihat sang anak sudah di tahap hydrophobia.
Hydrophobia adalah kondisi ketakutan berlebih pada air atau phobia terhadap air.
Umumnya, phobia disebabkan karena trauma.
Namun, hydrophobia yang satu ini, tidak disebabkan karena trauma, melainkan masuk ke dalam gejala infeksi rabies, Moms.
Gejala ini pun dirasakan oleh bocah lima tahun di Bali. Kondisi ini adalah tahap infeksi akhir.
Jika sudah masuk ke dalam tahap ini, penderitanya bisa mengalami dehidrasi hingga kematian.
Sebab, rabies merupakan infeksi virus otak dan saraf yang bisa berakibat fatal.
Hydrophobia bisa menyebabkan penderitanya menjadi ketakutan hingga panik yang ekstrem saat melihat, merasakan, mengecap, atau mendengar air.
Berikut kronologi anak di Bali meninggal akibat rabies.
1. Sudah Tidak Bisa Minum
Anak di Bali tersebut dibawa ke rumah sakit RSUD Buleleng pada 10 Juni, setelah sempat dirawat di RSUD Tangguwisia.
Namun, saat itu kondisi sang anak sudah tidak bisa minum. Bahkan, ia merasa gelisah dan takut angin.
2. Digigit Satu Bulan Lalu
Rupanya, anak tersebut digigit anjing peliharaannya sendiri sekitar satu bulan yang lalu dengan goresan kecil.
Sayangnya, anjing tersebut belum mendapatkan vaksin rabies. Terlebih, kasus rabies di Bali per Mei 2023, disebutkan cukup tinggi.
Baca Juga: Hydrophobia, Rasa Takut Ekstrem pada Air Akibat Virus Rabies
Apakah Rabies Disembuhkan?
Mengutip dari Mayo Clinic, sayangnya tidak ada pengobatan yang efektif untuk rabies, Moms.
Bahkan, setelah infeksi rabies terjadi hanya sebagian kecil orang yang bisa sembuh dari rabies.
Meski demikian, ada sejumlah pencegahan rabies yang bisa Moms dan Dads lakukan.
Ingat Moms, mencegah lebih mudah daripada mengobati.
Cara mencegahnya bisa dengan pemberian empat dosis vaksin rabies selama sebulan bila belum divaksinasi atau dua dosis bila sudah divaksinasi.
Gejala Penyakit Rabies
Penyakit ini fatal, mematikan, tetapi dapat dicegah, Moms.
Melansir Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penyakit ini dapat menyebar ke manusia dan hewan peliharaan, jika mereka tergigit atau tercakar oleh hewan yang mengidap rabies.
Di Amerika Serikat, rabies banyak ditemukan pada hewan liar seperti kelelawar, rakun, sigung, dan rubah.
Namun, di sejumlah negara lain, gigitan anjing menjadi salah satu penyebab utama penyakit rabies.
Lantas, apakah gejala yang ditimbulkan apabila kita mengalami ini? Menurut Mayo Clinic, gejala dari terkena gigitan hewan rabies adalah:
- Demam
- Sakit kepala
- Mual dan muntah
- Rasa cemas berlebihan
- Kebingungan
- Hiperaktif
- Kesulitan menelan
- Air liur berlebihan
- Halusinasi
- Insomnia
Bahkan apabila virus ini telah menyerang ke organ dalam, dapat menyebabkan beberapa organ tubuh mengalami kelumpuhan sementara, lho!
Biasanya, gejala tersebut dapat mulai timbul beberapa hari pasca gigitan pertama. Tak jarang, sebagian orang melihat gejala rabies menyerupai tanda penyakit flu.
Baca Juga: Marasmus, Kekurangan Gizi pada Anak yang Dapat Berakibat Fatal
Penyebab Penyakit Rabies
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang bernama rabies. Virus ini menyebar melalui air liur hewan yang terinfeksi.
Hewan yang terinfeksi dapat menyebarkan virus dengan menggigit hewan lain atau manusia.
Dalam kasus yang jarang terjadi, rabies dapat menyebar ketika air liur yang terinfeksi masuk ke luka terbuka atau selaput lendir, seperti mulut atau mata.
Sangat berisiko tinggi apabila kita memiliki luka terbuka pada kulit, Moms. Hewan mamalia menjadi salah satu penyebab yang membawa virus satu ini.
Berikut sejumlah hewan yang berisiko tinggi membawa virus rabies:
Dalam kasus yang jarang terjadi, virus dapat menular dari penerima donor organ atau yang baru saja melakukan transplantasi organ.
Hal ini biasanya karena pendonor organ tersebut sebelumnya telah memiliki virus rabies satu ini.
Baca Juga: Ini Perbedaan Rebonding dan Smoothing, Serupa Tapi Tak Sama!
Jenis Luka Akibat Rabies
Seperti ditulis di situs Kemenkes RI, ada 2 kondisi luka akibat rabies, yakni:
1. Luka Risiko Tinggi
Luka pada lapisan dalam, leher, muka, kepala, jari tangan dan kaki, dan area kelamin.
Jenis luka ini lebar, dalam, serta banyak di sejumlah area. Penderita yang mengalaminya akan diberikan vaksin PEP antirabies dan serum antirabies.
2. Luka Risiko Rendah
Jilatan hewan pada kulit terbuka, serta cakaran atau gigitan kecil yang menimbulkan lecet di area badan dan kaki. Penderita hanya akan diberikan vaksin PEP antirabies.
Namun, jika virus rabies telah mencapai susunan saraf pusat, pemberian vaksin PEP antirabies tidak akan dapat menangani rabies dengan sepenuhnya.
Baca Juga: Dianggap Tumbuhan Liar Biasa, Ketahui 5 Manfaat Daun Pecut Kuda
Faktor Risiko Terkena Penyakit Rabies
Tidak hanya karena gigitan hewan tertentu, seseorang bisa terkena penyakit rabies karena beberapa faktor berikut ini.
1. Travelling ke Tempat Tertentu
Moms, penyakit rabies telah lama ada dan awal penyebarannya terjadi di Afrika.
Nah, bepergian ke negara berkembang di mana penyakit rabies lebih mudah ditemukan, cukup berisiko tinggi. Hal ini termasuk negara di Afrika dan Asia Tenggara.
Melansir Lomboktimurkab.go.id, rabies di Indonesia sendiri pertama kali ditemukan pada hewan kerbau oleh Esser (1884), anjing oleh Penning (1889), dan pada manusia oleh E.V.de Haan (1894).
Kemudian ditemukan kasus berikutnya di daerah Jawa Barat.
2. Menjelajah Gua
Menesuluri gua memang salah satu pengalaman yang menguji adrenalin kita.
Namun, aktivitas seperti ini cukup berisiko tinggi untuk kita bertemu dengan hewan liar yang mengidap rabies.
Hewan seperti kelelawar sangat mudah untuk kita temukan di sejumlah gua.
Untuk mencegah hal ini terjadi, hindari bepergian atau berlibur ke tempat ini ya, Moms.
3. Luka Terbuka di Tubuh
Luka di kepala, leher, atau tempat terbuka lainnya sangat berisiko tinggi terkena penyakit rabies. Karena virus ini akan lebih mudah menyebar ke otak dengan cepat.
Selain itu, bekerja di laboratorium yang meneliti virus rabies juga memiliki risiko yang sama, Moms.
Baca Juga: Cerita Sejarah Sunan Muria yang Suka Berdakwah di Daerah Pedalaman
Cara Mengatasi Rabies
Menangani rabies harus segera dilakukan setelah anak digigit anjing atau hewan liar. Sebab, penyakit ini bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani oleh dokter.
Moms pasti akan panik saat mengetahui anak digigit anjing. Selain ngeri melihat bekas lukanya, Moms juga cemas memikirkan apakah anak akan tertular rabies.
Karena itu, ketahui cara menangani penyakit rabies pada anak, terutama jika Moms tinggal di daerah yang banyak terdapat anjing atau hewan liar.
1. Mencuci Luka Gigitan
Nah, Moms juga bisa melakukan langkah pertolongan pertama untuk menangani rabies sebelum ke dokter atau rumah sakit.
Cuci luka segera dengan air banyak dan mengalir serta sabun sekitar 15 menit. Hal ini untuk membuang liur hewan yang menjadi sumber virus.
Setelah itu, berikan antiseptik seperti povidone iodine atau alkohol 70% untuk membunuh virus di dalamnya.
2. Segera ke Dokter
Biasanya, hewan kelelawar menyukai tinggal di loteng atau tempat yang tidak diketahui.
Apabila ada dugaan tubuh tergigit kelelawar, segera pergi ke dokter meskipun tidak menemukan bekas gigitan di kult.
Kalau terlihat ada gigitan, jangan panik, Moms. Langsung datangi dokter atau rumah sakit terdekat segera mendapatkan perawatan.
3. Imunisasi Rabies
Ketika telah di klinik, biasanya dokter tidak akan menunggu sampai gejala muncul karena akan terlalu terlambat.
Biasanya, penanganan dilakukan dengan serangkaian imunisasi antirabies (PEP) untuk berjaga-jaga.
Tujuannya adalah untuk membentuk antibodi yang akan menetralisasi virus rabies.
Baca Juga: 5 Penyakit Hewan yang Disebabkan oleh Virus dan Bisa Menular ke Manusia!
4. Hindari Menggunakan Herbal
Untuk menangani rabies, jangan gunakan obat tradisional seperti minyak, daun sirih, atau tumbuh-tumbuhan, ya.
Diketahui, herbal-herbal tersebut dapat mengiritasi dan memparah luka.
Segera kunjungi klinik terdekat untuk diatasi dengan obat khusus melawan virus rabies.
Selain itu, jangan sentuh luka secara langsung dengan tangan telanjang. Gunakan sarung tangan atau benda lainnya untuk mengurangi risiko infeksi.
Itulah gejala, penyebab, jenis luka, dan cara pengobatan penyakit rabies. Jangan panik lagi apabila mengalami hal ini ya, Moms!
- https://www.cdc.gov/rabies/index.html
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/rabies/symptoms-causes/syc-20351821
- https://www.kemkes.go.id/article/view/19022800004/satu-gigitan-anjing-bisa-renggut-nyawa.html
- https://nakeswan.lomboktimurkab.go.id/baca-berita-187-mengenal-rabies-dan-sejarahnya-di-indonesia.html#:~:text=Rabies%20di%20Indonesia%20pertama%20kali,ketiganya%20ditemukan%20di%20Jawa%20Barat.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.