15 Agustus 2024

Sejarah Perang Padri: Penyebab, Tokoh, dan Kronologinya

Peristiwa penting dalam sejarah Indonesia

Perang Padri, juga dikenal sebagai Perang Minangkabau, terjadi dari tahun 1803 hingga 1837 di Sumatera Barat.

Perang ini awalnya merupakan perang saudara antara kaum Padri.

Awalnya merupakan umat muslim yang ingin menerapkan Syariat Islam di Minangkabau dengan kaum adat yang terdiri dari para bangsawan dan ketua adat di daerah tersebut.

Perang Padri berlangsung selama tiga puluh tahun dengan banyak korban jiwa.

Pada tahun 1821, pasukan Belanda mulai menduduki beberapa daerah di Sumatera Barat, dan perang ini berlanjut hingga tahun 1825.

Ingin tahu sejarah dan kronologi Perang Padri selengkapnya? Simak sampai akhir, ya!

Baca Juga: Sejarah Perang Aceh: Penyebab, Tokoh, Kronologinya

Penyebab Meletusnya Perang Padri

Penyebab Perang Padri
Foto: Penyebab Perang Padri (Historia.id)

Perang Padri terjadi di wilayah Kerajaan Pagaruyung atau wilayah Minangkabau, Sumatera Barat, dari tahun 1803 hingga 1838.

Perang ini awalnya merupakan perang saudara antara kaum Padri, yang merupakan umat muslim yang ingin menerapkan Syariat Islam di Minangkabau.

Perseteruan ini dengan kaum adat yang terdiri dari para bangsawan dan ketua adat di daerah tersebut.

Latar belakang terjadinya peperangan ini adalah adanya perbedaan prinsip mengenai agama antara kaum Padri dan kaum adat.

Gerakan Wahabi yang bertujuan memurnikan kehidupan Islam oleh kaum Padri tidak sejalan dengan kaum adat.

Pemerintah kolonial Belanda pada saat itu mendukung kaum adat dan melakukan perjanjian, dimana pasukan Belanda menduduki beberapa daerah di Sumatera Barat, yang menjadi pemicu terjadinya perang.

Selain itu, kebiasaan dan tradisi kaum adat yang bertentangan dengan hukum Islam juga menjadi penyebab terjadinya perang.

Adanya campur tangan Belanda yang mengawali terjadinya perang juga menjadi faktor penyebab terjadinya perang tersebut.

Baca Juga: 11 Contoh Novel Sejarah Indonesia, Penuh Ketegangan!

Perbedaan Kaum Padri dan Kaum Adat

Kaum Padri dan Kaum Adat adalah dua kelompok masyarakat yang memiliki prinsip-prinsip yang berbeda di Minangkabau, Sumatera Barat, pada abad ke-19.

Berikut ini adalah ringkasan mengenai kedua kelompok tersebut:

Kaum Padri:

  1. Kaum Padri adalah kelompok masyarakat yang mendukung keras penerapan syariat agama Islam dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.
  2. Kelompok ini terdiri dari ulama-ulama yang memiliki tujuan untuk menyucikan ajaran Islam di Minangkabau.
  3. Mereka menganut Islam yang murni dan berusaha menghilangkan unsur-unsur tradisi dan adat istiadat yang tidak berasal dari Islam atau yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Kaum Adat:

  1. Kaum Adat adalah kelompok masyarakat yang lebih mendukung nilai-nilai tradisi dan adat istiadat yang diwarisi dari nenek moyang mereka.
  2. Mereka tetap setia pada budaya Minangkabau, bahkan jika tindakan tradisional mereka dianggap mencampuri ajaran agama Islam yang mereka anut.
  3. Berbeda dengan Kaum Padri, Kaum Adat menjalankan Islam namun tidak sepenuhnya mengikuti ajaran Islam yang murni dalam perilaku mereka.

Perbedaan prinsip antara kedua kelompok ini menjadi salah satu faktor utama yang memicu Perang Padri, yang berlangsung dari tahun 1821 hingga 1837.

Perang ini melibatkan tidak hanya Kaum Padri dan Kaum Adat, tetapi juga dimanfaatkan oleh Belanda untuk mempengaruhi masyarakat Minangkabau.

Baca Juga: Perjanjian Roem Royen: Latar Belakang dan Isi Perjanjiannya

Campur Tangan Belanda

Ilustrasi Perang Padri
Foto: Ilustrasi Perang Padri (Attoriolong.com)

Dalam Perang Padri, Belanda terlibat secara politik dan militer dengan berbagai langkah.

Pertama, Belanda diundang untuk membantu oleh kaum Adat pada tahun 1821, ketika bangsawan Minangkabau dari kaum Adat menandatangani perjanjian penyerahan di Padang.

Hal ini menjadi tanda pengajuan penyerahan Kerajaan Pagaruyung kepada pemerintah Hindia Belanda.

Setelah perjanjian tersebut, Belanda melancarkan serangan pertama dan berhasil menguasai Pagaruyung.

Pasukan Belanda, dipimpin oleh Letnan Kolonel Raaff, mengusir kaum Padri dari Pagaruyung pada tanggal 4 Maret 1822, kemudian membangun benteng pertahanan di Batusangkar bernama Fort Van der Capellen.

Meskipun Belanda awalnya mendukung kaum Adat, situasi menjadi rumit seiring waktu.

Masyarakat adat pada tahun 1833 bergabung dengan kaum Padri.

Akhirnya, pada tahun 1832, kaum Adat dan kaum Padri bersatu melawan Belanda di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol, namun Belanda berhasil menguasai sebagian besar daerah.

Dengan kesadaran akan pentingnya pertahanan, perang ini berakhir dengan kekalahan kaum Padri dan pengakuan Belanda atas wilayah yang dikuasainya.

Baca Juga: Tujuan Dibentuknya PPKI beserta Sejarah, Tokoh, dan Tugasnya

Tokoh yang Terlibat dalam Perang Padri

Berikut beberapa tokoh yang terlibat dalam Perang Padri:

1. Tuanku Imam Bonjol

Salah satu tokoh utama dalam peperangan ini. Imam Bonjol adalah seorang ulama besar yang memimpin gerakan Padri.

Ia memiliki kedudukan kuat di wilayah Bonjol, dengan benteng di puncak bukit.

Setelah kematian Tuanku Nan Renceh, ia menggantikannya sebagai panglima perang.

Namun, pada tahun 1837, ia menyerah kepada Belanda setelah menghadapi kesulitan dalam menyatukan pasukannya yang tercerai-berai.

2. Tuanku Pasaman

Salah satu dari Harimau Selapan yang memimpin gerakan Padri.

Ia bertanggung jawab atas serangan Padri ke istana Pagaruyung yang mengakibatkan Sultan harus meninggalkan Minangkabau.

Serangan ini menjadi pemicu awal konflik antara Padri dan Adat sebelum campur tangan Belanda.

3. Tuanku Nan Renceh

Tokoh utama dalam gerakan Padri, Tuanku Nan Renceh adalah pemimpin Padri pertama yang berhasil menguasai daerah Pariaman.

Namun, ia meninggal pada tahun 1821 dan digantikan oleh Tuanku Imam Bonjol.

4. Mayor Jenderal Cochius

Seorang perwira Belanda yang terlibat dalam peperangan, Cochius memimpin pasukan Belanda dalam beberapa pertempuran melawan kaum Padri.

5. Letnan Kolonel Raaf

Pemimpin pasukan Belanda yang sukses mengusir kaum Padri dari Pagaruyung pada tanggal 4 Maret 1822.

Setelah itu, Belanda mendirikan benteng pertahanan di Batusangkar yang dikenal sebagai Fort Van der Capellen.

6. Letnan Kolonel Elout

Seorang perwira Belanda yang juga terlibat dalam peperangan dan memimpin pasukan Belanda dalam beberapa pertempuran melawan kaum Padri.

Baca Juga: Museum Benteng Vredeburg, Bangunan Bersejarah di Jogja!

Kronologi Terjadinya Perang Padri

Ilustrasi Perang Padri
Foto: Ilustrasi Perang Padri (Attoriolong.com)

Berikut adalah kronologi Perang Padri yang terjadi selama puluhan tahun:

  • Tahun 1803: Pertentangan dimulai ketika Kaum Padri, sekelompok ulama, mulai menentang tradisi adat yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam.
  • Tahun 1821: Setelah Kerajaan Pagaruyung jatuh ke tangan Tuanku Pasaman, seorang pemimpin Padri, bangsawan Minangkabau membuat perjanjian dengan Belanda di Padang untuk melawan Kaum Padri. Pasukan Belanda mulai menduduki beberapa daerah di Sumatera Barat, menandai dimulainya secara resmi Perang Padri.
  • Tanggal 10 Juni 1822: Pasukan Belanda menghadapi Kaum Padri di Tanjung Alam, tetapi berhasil maju ke Luhak Agam.
  • Tanggal 14 Agustus 1822: Pertempuran di Baso menyebabkan kematian Kapten Goffinet, seorang perwira Belanda yang terluka parah.
  • Tahun 1824: Perang Padri dihentikan sementara melalui perjanjian damai di Bonjol, tetapi perjanjian ini dilanggar oleh Belanda, memicu kembalinya pertempuran.
  • Tanggal 15 November 1825: Kaum Padri dan Belanda mencapai perjanjian perdamaian di Padang, meskipun perjanjian ini lebih merupakan langkah Belanda untuk fokus pada perlawanan Diponegoro di Jawa.
  • Tahun 1830-1837: Perang Padri kedua pecah setelah Belanda kembali mendirikan pos di wilayah yang dikuasai oleh Kaum Padri. Perang ini berakhir ketika pemimpin perang, Tuanku nan Alahan, menyerah.
  • Tahun 1838: Belanda berhasil menembus pertahanan masyarakat Minangkabau, dan perang berakhir dengan penguasaan Belanda atas wilayah tersebut.

Warisan Sejarah Perang Padri

Sejak tahun 1913, beberapa lokasi yang menjadi saksi bisu pertempuran ini diberi tanda berupa tugu dan dijadikan kawasan wisata di Minangkabau.

Setelah Indonesia meraih kemerdekaan, pemerintah setempat juga mendirikan Museum dan Monumen Tuanku Imam Bonjol di Bonjol untuk menghormati perjuangan para pahlawan.

Sementara itu, pengakuan atas jasa para tokoh Perang Padri, seperti Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Tambusai, juga diwujudkan dengan penetapan mereka sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia.

Baca Juga: Sejarah Perang Aceh: Penyebab, Tokoh, Kronologinya

Dampak dari perang ini mencakup banyaknya korban jiwa, pelemahan kekuatan Minangkabau, dan berkuasanya Belanda atas wilayah tersebut.

Demikian informasi lengkap tentang sejarah Perang Padri. Semoga dapat memperkaya wawasan, ya!

  • https://www.agamkab.go.id/Agamkab/detailkarya/667/perang-padri-sebagai-revolusi-rakyat-minang-kabau--dalam-memeluk-agama-islam.html
  • https://sma13smg.sch.id/materi/perang-padri-latar-belakang-jalannya-konflik-dan-dampak-yang-ditimbulkan/
  • https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Perang_Padri
  • https://repositori.kemdikbud.go.id/11215/1/Tokoh-Tokoh%20Gerakan%20Paderi-S%20Metron%20Masdison.pdf

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.