22 April 2022

Ciri dan Definisi Poser, Istilah yang Berkaitan dengan Tren!

Seperti apa sih ciri-ciri dari Poser?

Apakah Moms pernah mendengar apa itu poser?

Poser adalah sebuah ketertarikan untuk mengikuti tren agar bisa diterima di dalam pergaulan tertentu.

Biasanya fenomena poser ini bisa terjadi di berbagai hal seperti musik, film, olah raga, dan tren-tren lain yang menciptakan komunitas tertentu.

Dilansir dari NU Sci Magazine, fenomena ini bisa dilihat sebagai upaya dalam mengikuti tren agar diterima di kalangan tertentu.

Poser bermula dari adanya satu tren yang meledak sehigga ada hasrat bagi sebagian orang untuk ikut menjadi bagian dari tren tersebut.

Dengan menjadi bagian dari tren, citra atau personal brand yang dibuat akan terasa lebih kuat dibanding yang tidak mengikuti.

Hal ini juga bisa diindikasikan dengan FOMO (Fear Of Missing Out).

Jurnal yang diterbitkan Universitas Mulawarman Samarinda menyebutkan ada peran media sosial dalam membentuk masyarakat yang FOMO.

Media sosial memberikan dorongan kepada orang-orang untuk selalu terhubung sehingga ada perasaaan ketakutan kehilangan momen atau FOMO.

Ingin tahu informasi lebih lengkap mengenai poser? Simak penjelasannya di bawah ini, ya Moms.

Baca Juga: Sinopsis Love Song for Illusion, Drama Comeback Park Ji Hoon

Penyebab Seseorang Menjadi Poser

Penyebab Poser
Foto: Penyebab Poser (Freepik.com/Rawpixel-com)

Seseorang mungkin menjadi poser jika mereka belum menemukan jati dirinya.

Misalnya ketika mereka belum menemukan band favorit, atau genre film tertentu yang menjadi kesukaan, terbawa arus sangat mungkin terjadi.

Poser sering kali lebih intens terjadi di daerah perkotaan. Hal ini dikarenakan arus informasi dan tren yang dengan cepat bergerak.

Misalnya saja meningkatnya fans band metal setelah mengetahui sosok Presiden Joko Widodo menyukai Metalica pada beberapa tahun lalu.

Baca juga: Serba-serbi Bendungan Manganti, Wisata Murmer di Ciamis!

Meskipun banyak diantara "fans baru" ini tidak mengetahui seluk beluk band-nya atau hanya mendengarkan lagu-lagu populernya.

Namun mereka tidak ragu untuk ikut-ikutan membeli merchandise atau menggunakan atribut seperti kaus.

Ini dilakukan sebagai upaya pembuktian diri dan juga menunjukkan karakter yang lebih kuat.

Ketika nanti trennya berubah, orang-orang dengan fenomena poser ini akan ikut berubah.

Style berpakaian dan cara mereka menunjukkan citra akan berbeda lagi sesuai dengan tren baru yang muncul.

Fenomena ini juga terjadi di dua tahun belakangan di mana penyuka anime Jepang semakin banyak yang terang-terangan.

Dalam sebuah konten video, influencer Eno Bening menyampaikan pendapatnya bagaimana pandangan "wibu" dianggap berbeda dulu dan sekarang.

Jika dulu wibu diidentifikasi dengan beberapa stigma negatif seperti kecanduan nonton anime, antisosial, bahkan pemurung.

Kini banyak generasi millenial atau pun Gen Z yang secara bangga mengaku dirinya wibu untuk dianggap keren.

Tidak hanya pada J-Pop, Korean Culture juga tidak lepas dari sasaran poser.

Misalnya saja fenomena Dita Karang yang merupakan salah satu orang Indonesia yang berhasil debut menjadi personel idol Secret Number.

Rasa nasionalis yang tinggi dan kebanggaan sebagai sesama warga Indonesia akhirnya meningkatkan jumlah pembicaraan tentang Secret Number dan Dita Karang dibanding idol lainnya.

Tidak sedikit yang melabeli diri sendiri sebagai K-Popers meskipun tidak begitu memahami jenis-jenis pop culture dari negeri gingseng tersebut.

Baca Juga: 5 Resep Es Goyang Ketan Hitam dan Varian Es Lainnya, Enak!


Ciri-Ciri Poser

Untuk lebih jelas dengan definisi poser, kita bisa melihat ciri-cirinya sebagai berikut:

1. Mengikuti Tren Orang Lain

Mengikuti Tren
Foto: Mengikuti Tren (Freepik.com/Wayhomestudio)

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, ciri yang paling mudah terlihat dari seorang poser adalah bagaimana ia mengikuti tren.

Cara seorang poser bersosialisasi tidak terlepas dari mengikuti apa yang dilakukan orang lain atau tren yang berlangsung.

Misalnya saja pada beberapa waktu lalu, media sosial TikTok sempat dihebohkan dengan challenge Rotoscope.

Pada challenge ini user akan menggunakan filter animasi dan mulai bergoyang mengikuti alunan musik.

Yang bahaya banyak yang melakukan tindakan tidak senonoh hanya karena aman tertutupi oleh filter.

Padahal filter yang digunakan dapat dengan mudah dihapus oleh pengguna lain.

Bagi orang-orang poser, keterbatasan informasi ini menjadi bahaya di internet yang tidak disadari.

Bermodalkan ikut-ikutan, orang-orang poser ini justru dapat menjadi korban dari tindakan kejahatan.

Baca juga: 7 Tips Bikin Bio Instagram untuk Menarik Lebih Banyak Follower dan Contohnya

2. Pura-Pura Memahami Tren Tersebut

Pura-pura Memahami Tren
Foto: Pura-pura Memahami Tren (Freepik.com/Lookstudio)

Karena bersifat ikut-ikutan, orang-orang poser biasanya tidak memahami isi dari tren tersebut.

Mereka cenderung mengikuti arus kemana tren bergerak.

Jika hari ini semua orang berlomba-lomba meminum kopi kekinian, mereka yang poser dapat dengan bangga mengatakan bahwa diri mereka pecinta kopi.

Namun ketika keesokannya tren beralih pada gaya hidup sehat, mereka yang poser dapat mengaku sebagai pegiat gaya hidup sehat.

Hal ini disebabkan dalam memilih hobi, mereka tidak melihat manfaat dari hobi tersebut untuk diri mereka sendiri.

Secara tidak langsung orang-orang tanpa jati diri atau poser ini dapat dijadikan sasaran empuk dari produk, brand, atau teknik marketing tertentu.

Pada level yang lebih berbahaya, mereka yang poser dapat dengan mudah dipengaruhi oleh gerakan tertentu.

Baca juga: Memahami Lirik Lagu Usai Tiara Andini dan Chord Gitarnya

3. Tidak Konsisten pada Hal yang Disukai

Tidak konsisten
Foto: Tidak konsisten (Freepik.com/Lookstudio)

Melanjuti poin sebelumnya, melihat fenomena poser ini sebenarnya cukup mudah saat ini.

Apalagi dengan adanya tren media sosial dan kecenderungan masyarakat untuk selalu memposting aktivitas yang mereka lakukan.

Dengan kebiasaan ini, orang-orang yang poser akan sangat terlihat jelas bedanya.

Ketidak konsistenan mereka dalam menekuni bidang atau hobi tertentu dapat terlihat dari berbagai postingan yang disebar luaskan.

Tidak salah sebenarnya untuk mengikuti tren, namun terlalu terbawa arus dan tidak konsisten juga bukan pilihan yang baik.

Yang terpenting dari sebelum mengikuti tren adalah dengan memahami konsep dari tren itu sendiri.

Apakah tren tersebut membawa manfaat untuk kita? Atau setidaknya jangan sampai tren yang diikuti membahayakan atau merugikan diri kita sendiri.

  • http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/PSIKO/article/view/2404/0
  • https://nuscimagazine.com/the-psychology-behind-trends/#:~:text=Another%20reason%20why%20people%20may,social%20cognitive%20psychologist%20Albert%20Bandura.
  • https://www.youtube.com/watch?v=ITDKGza_jo4

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.