Puasa Arafah di Bulan Dzulhijjah: Niat dan Keutamaannya!
Ada beberapa puasa sunah yang bisa dijalankan di luar bulan Ramadan, salah satunya adalah puasa Arafah.
Puasa menjadi salah satu amalan yang memiliki keutamaan luar biasa, sehingga akan lebih baik jika umat Islam terbiasa melakukannya.
Dilansir Perpustakaan Unisma, hasil studi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa ibadah puasa yang dijalankan dengan baik dan benar dapat mengendalikan emosi.
Itu hanyalah salah satu dari banyaknya manfaat berpuasa.
Sebab, Allah SWT selalu memberikan banyak manfaat dan pahala yang berlimpah dari setiap ibadah yang dilakukan oleh umat Muslim jika dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Singkatnya puasa Arafah merupakan puasa sunah yang dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah atau sehari sebelum perayaan Hari Raya Idul Adha.
Ingin tahu informasi lainnya mengenai puasa Arafah? Simak artikel ini hingga akhir, yuk Moms!
Baca Juga: Tata Cara dan Niat Puasa Ayyamul Bidh, Puasa Sunah Tengah Bulan dengan Pahala Melimpah!
Mengenal Puasa Arafah dan Waktu Pelaksanaannya
Puasa Arafah adalah puasa sunah yang dilaksanakan pada 9 Dzulhijjah, dan bertepatan dengan wukufnya jemaah haji di Arafah.
Dilansir dari Lampung NU, tahun ini puasa Arafah bertepatan pada Rabu 28 Juni 2023, Moms.
Puasa ini hukumnya sunah muakkadah atau sangat dianjurkan bagi kaum muslimin yang tidak sedang beribadah haji.
Sedangkan bagi kaum muslimin yang sedang menunaikan ibadah haji, tidak ada keutamaan untuk melaksanakan puasa Arafah.
Dalam sebuah hadis dari Ikrimah, ia mengatakan:
“Aku masuk ke rumah Abu Hurairah lalu bertanya tentang puasa hari Arafah bagi (jemaah haji yang sedang) di Arafah.”
Lalu Abu Hurairah menjawab, “Rasulullah SAW melarang puasa hari Arafah di Arafah,” (HR Ibnu Majah dan Ahmad).
Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunah, menjelaskan:
“Para ulama memandang sunah berpuasa pada hari Arafah kecuali apabila berada di Arafah.”
Dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu, Prof. Dr. Wahbah Az Zuhaili, menjelaskan mengenai hukum puasa ini.
“Bagi orang yang sedang menunaikan haji, tidak disunahkan berpuasa hari Arafah.
Bahkan disunahkan untuk tidak berpuasa meskipun ia kuat agar tersedia kekuatan untuk berdoa dan juga mengikuti sunah.
Sedangkan menurut mazhab Hanafi, orang yang sedang berhaji boleh berpuasa hari Arafah jika ia kuat.”
Mengenai hal ini, dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda:
“'Tidak ada satu amal saleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal saleh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah).'
Para sahabat bertanya: 'Tidak pula jihad di jalan Allah?' Rasulullah SAW menjawab:
'Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun',” (HR Abu Daud).
Bagaimana jika penanggalan pemerintah suatu negara berbeda dengan Arab Saudi? Sehingga saat jemaah haji wukuf di Arafah, tanggal di negeri itu bukan 9 Dzulhijjah?
Bagaimana puasanya? Apakah ikut jemaah haji wukuf atau ikut tanggal 9 Dzulhijjah pemerintah?
Dalam hal ini ada dua pendapat ulama. Pertama, mengikuti waktu wukuf di Arafah. Di antara yang berpendapat seperti ini adalah Komite Fatwa Arab Saudi (Lajnah Daimah).
“Hari arafah adalah hari ketika kaum muslimin melakukan wukuf di Arafah.
Puasa Arafah dianjurkan, bagi orang yang tidak melakukan haji.
Karena itu, jika anda ingin puasa hari arafah, maka Anda bisa melakukan puasa di hari itu (hari wukuf). Dan jika anda puasa sehari sebelumnya, tidak masalah.”
Kedua, sesuai tanggal 9 Dzulhijjah di negara masing-masing. Di antara yang berpendapat seperti ini adalah Syaikh Utsaimin.
Ia memfatwakan: “Ketika di Makkah, hilal terlihat lebih awal dari pada negara lain, sehingga tanggal 9 di Makkah, posisinya tanggal 8 di negara tersebut, maka penduduk negara itu melakukan puasa tanggal 9 menurut kalender setempat, yang bertepatan dengan tanggal 10 di Makkah.
Inilah pendapat yang kuat. Karena Rasulullah SAW bersabda, ‘Apabila kalian melihat hilal, lakukanlah puasa dan apabila melihat hilal lagi, jangan puasa.”
Baca Juga: 10 Jenis Puasa Sunah yang Dianjurkan Rasulullah SAW
Tata Cara Puasa Arafah
Tata cara puasa Arafah sebenarnya sama dengan tata cara puasa pada umumnya. Yakni:
1. Berniat
Niat puasa arafah sebaiknya dilakukan di malam hari, sebelum terbit fajar.
Namun, karena ini adalah puasa sunah, jika terlupa, boleh niat di pagi hari asalkan belum makan apa-apa dan tidak melakukan hal apapun yang membatalkan puasa.
Hal ini berdasarkan hadis dari Aisyah RA, ia berkata:
“Nabi SAW pernah menemuiku pada suatu hari lantas beliau bertanya, 'Apakah kalian memiliki sesuatu untuk dimakan?'
Kami pun menjawab, 'Tidak ada'. Beliau pun bersabda, 'Kalau begitu saya puasa.'
Kemudian di hari lain beliau menemui kami, lalu kami katakan pada beliau, 'Kami baru saja dihadiahkan hays (jenis makanan berisi campuran kurman, samin dan tepung),' Lantas beliau bersabda, 'Berikan makanan tersebut padaku, padahal tadi pagi aku sudah berniat puasa.' Lalu beliau menyantap makanan tersebut,” (HR Muslim).
Meski begitu, di dalam hadis nabi tidak dijumpai bagaimana lafaz niat puasa Arafah secara spesifik.
Sebab, Rasulullah SAW dan para sahabat biasa mengerjakan amal dengan niat hanya di dalam hati tanpa dilafazkan.
Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan, semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati.
Melafazkan niat bukanlah syarat, tapi ia disunahkan oleh jumhur ulama selain mazhab Maliki dengan maksud membantu hati dalam menghadirkan niat.
Sedangkan menurut mazhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafalkan niat karena tidak bersumber dari Rasulullah SAW.
Meski begitu, jika tetap ada yang ingin mengucapkan niat, berikut aadalah bacaan niat puasa Arafah.
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
"Nawaitu shauma arafata sunnatan lillahi ta'ala."
Artinya: "Saya niat puasa Arafah sunah karena Allah Ta'ala."
Baca Juga: Khotbah Iduladha, Mengandung Pesan yang Mengajak untuk Meningkatkan Ketakwaan
2. Makan Sahur
Makan sahur merupakan salah satu sunah puasa yang jika dilakukan akan mendapat pahala dan keberkahan.
Namun jika tidak dikerjakan, misalnya karena bangunnya terlambat, puasanya tetap sah karena bukan bagian dari rukun dan syarat sah puasa.
3. Menahan Diri dari Hal-Hal yang Membatalkan
Yakni menahan diri dari makan, minum, berhubungan dengan istri, dan hal-hal lainnya yang dapat membatalkan puasa.
Dimulai sejak terbit fajar hingga terbenamnya Matahari. Selain itu juga disarankan untuk tidak melakukan hal-hal yang membuat amalan puasa hilang.
Misalnya gibah atau membicarakan orang lain, tidak menahan amarah, berbohong, dan sebagainya.
Sebab, hal tersebut akan membuat puasa terasa kosong tanpa pahala, dan hanya membuat orang yang melakukannya hanya akan mendapatkan rasa lapar dan haus saja.
4. Berbuka Puasa
Sebagaimana puasa pada umumnya, baik puasa wajib maupun puasa sunah, waktu berbuka puasa ini dilakukan ketika Matahari terbenam, yakni saat masuknya waktu salat Magrib.
Menyegerakan buka puasa merupakan salah satu sunah puasa.
Setelah itu dilanjutkan dengan membaca doa berbuka puasa, dan bisa diteruskan dengan langsung makan hidangan utama atau salat Magrib terlebih dahulu.
Menyegerakan berbuka juga disunahkan memakan 3 biji kurma sesuai dengan contoh Rasulullah SAW.
Baca Juga: Salat Iduladha: Tata Cara, Niat, Doa, dan Amalan Sunahnya
Hukum dan Keutamaan Puasa Arafah
Hukum puasa Arafah adalah sunah bagi yang tidak melaksanakan ibadah haji.
Ini artinya jika dilakukan akan mendapat pahala dan jika tidak dilakukan maka tidak apa-apa dan tidak berdosa.
Namun bagi yang sedang beribadah haji, disunahkan untuk tidak berpuasa. Dalilnya berdasarkan hadis dari Maimunah RA, ia berkata:
“Bahwa orang-orang saling berdebat apakah Rasulullah SAW berpuasa pada hari Arafah.
Lalu Maimunah mengirimkan pada beliau satu wadah (berisi susu) dan beliau dalam keadaan berdiri (wukuf), lantas beliau minum dan orang-orang pun menyaksikannya.” (HR Bukhari).
Setiap puasa sunah juga memiliki keistimewaannya masing-masing, begitupun puasa Arafah.
Baca Juga: 8 Resep Gulai Kambing Empuk, untuk Persiapan Idul Adha!
Keutamaan Puasa Arafah
Meskipun hukumnya sunah, tapi bagi orang yang melaksanakannya selain mendapat pahala juga akan mendapat pengampunan dosa yang telah diperbuat setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.
Rasulullah SAW bersabda:
صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ يُكَفِّرُ سَنَتَيْنِ مَاضِيَةً وَمُسْتَقْبَلَةً وَصَوْمُ عَاشُوْرَاَء يُكَفِّرُ سَنَةً مَاضِيَةً
Artinya: "Puasa hari Arafah menebus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang dan puasa Asyura (10 Muharram) menebus dosa setahun yang telah lewat." (HR Ahmad, Muslim dan Abu Daud dari Abi Qotadah)
Mengenai dosa yang diampuni, para ulama berselisih pendapat terkait bentuk dosa yang diampuni tersebut.
Imam Nawawi Rahimahullah mengatakan:
“Jika bukan dosa kecil yang diampuni, semoga dosa besar yang diringankan. Jika tidak, semoga ditinggikan derajatnya.”
Menurut Ibnu Taimiyah Rahimahullah, bukan hanya dosa kecil yang diampuni melainkan dosa besar juga diampuni karena hadisnya bersifat umum.
Rasulullah Muhammad SAW bersabda bahwa puasa Arafah dapat menghapus dosa-dosa yang dilakukan dalam setahun sebelumnya dan setahun yang akan datang.
Selain itu, puasa ini juga dianjurkan untuk mendapatkan beberapa keutamaan lainnya, seperti:
- Seperti Berhaji
Keutamaan lain yang diriwayatkan adalah bagi orang yang sedang sakit atau dalam perjalanan yang tidak memungkinkan untuk berhaji.
Namun, bagi umat yang mengerjakan Puasa Arafah, maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang berhaji.
- Momen Refleksi dan Taubat
Hari Arafah adalah hari di mana para jamaah haji berdiri di padang Arafah, yang merupakan salah satu rukun haji.
Bagi yang tidak haji, puasa pada hari ini adalah kesempatan untuk merenung dan bertaubat atas dosa-dosa yang telah lalu.
Ini adalah waktu yang tepat untuk introspeksi diri dan memperbaharui niat untuk menjalani kehidupan yang lebih baik.
- Memperbanyak Amalan
Puasa Arafah menjadi momentum yang baik untuk memperbanyak amalan ibadah lainnya, seperti shalat sunnah, doa, dzikir, dan sedekah.
- Meningkatkan Ketaqwaan
Dengan menjalankan puasa Arafah, diharapkan dapat meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
Rasa lapar dan haus yang dirasakan dapat menjadi sarana untuk lebih bersyukur dan mendekatkan diri kepada-Nya.
- Kesempatan untuk Berdoa dan Memohon
Hari Arafah juga adalah saat yang sangat dianjurkan untuk berdoa dan memohon kepada Allah SWT.
Doa yang dipanjatkan pada saat ini dipercaya memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk dijawab, membuat hari ini sangat strategis untuk meminta segala kebutuhan dan hajat.
Baca Juga: Niat Mandi Iduladha dan Tata Caranya, Harus Bersih dan Suci!
Meskipun Puasa Arafah adalah puasa sunnah, namun keutamaannya sangat luar biasa.
Bagi yang mampu menjalankannya, maka ini adalah kesempatan yang baik untuk meraih pahala dan ampunan dari Allah SWT.
Terlepas dari hal tersebut, dihapusnya dosa tentu menjadi keutamaan tersendiri saat melakukan puasa sunah ini.
Dengan melaksanakan puasa Arafah, diharapkan juga menjadi doa untuk segera pergi haji karena bisa dilakukan sebagai rasa empati terhadap perjuangan para jamaah yang sedang wukuf di Arafah.
- http://library.unisma.ac.id/slims_unisma/index.php?p=show_detail&id=25210
- https://bersamadakwah.net/puasa-arafah-2020/
- https://islamkita.co/puasa-arafah/
- https://lampung.nu.or.id/syiar/puasa-arafah-keutamaannya-menghapus-dosa-2-tahun-ini-niatnya-canNJ
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.