Pelopor Puisi Modern Indonesia, Ini Karya Puisi Chairil Anwar
Jika membicarakan karya puisi Chairil Anwar, Moms mungkin langsung teringat "Si Binatang Jalang" yang kerap dibahas saat masih duduk di bangku sekolah.
Namun sebenarnya, karya puisi Chairil Anwar cukup banyak.
Ia tercatat sudah melahirkan 96 karya yang memperkaya karya Sastra Indonesia, dan 70 di antaranya adalah puisi.
Kepopuleran Chairil Anwar tampaknya melejit setelah ia melahirkan puisi Si Binatang Jalang.
Bahkan setelah itu, semua rekan-rekannya juga menyebutnya dengan panggilan Binatang Jalang.
Nah, sebelum membahas karya puisi Chairil Anwar, Moms tampaknya harus mengenal dahulu siapa sebenarnya Chairil Anwar.
Yuk, Moms simak biografi singkat dan deretan puisi karya Chairil Anwar berikut ini!
Baca Juga: 8 Sosok Pahlawan Nasional Wanita Indonesia yang Harus Kita Tahu
Mengenal Chairil Anwar
Foto: tirto.id
Chairil Anwar adalah pemuda yang lahir di Medan, Sumatera Utara, pada tanggal 26 Juli 1922.
Ia adalah putra dari pasangan Toeloes dan Saleha, yang keduanya berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
Ayahnya adalah seorang Bupati Indragiri, Riau, yang dikabarkan tewas dalam Pembantaian Rengat.
Chairil Anwar juga tercatat memiliki hubungan persaudaraan dengan Perdana Menteri pertama Indonesia, yakni Sutan Syahrir.
Chairil adalah keponakan dari Syahrir.
Sehingga bisa dikatakan bahwa Chairil cukup berpendidikan pada masanya.
Sewaktu muda, ia memulai pendidikannya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) atau sekolah dasar untuk kaum pribumi.
Setelah lulus dari HIS, ia melanjutkan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO).
Namun, saat usianya menginjak 18 tahun, Chairil tidak lagi bersekolah karena ia ingin menjadi seniman.
Pada usia 19 tahun, pasca-perceraian kedua orangtuanya, Chairil akhirnya pindah bersama ibunya ke Batavia (Jakarta).
Saat di Jakarta inil Chairil mulai lebih mendalami dunia sastra.
Sayangnya, usia Chairil Anwar tidaklah lama.
Pukul setengah tiga sore, 28 April 1949, Chairil akhirnya meninggal di usia muda akibat mengidap berbagai penyakit.
Oleh karena itu, untuk mengenang karya-karyanya, hari kematiannya diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.
Baca Juga: 10 Pahlawan Nasional yang Bisa Jadi Contoh untuk Anak
Karya Chairil Anwar yang Melegenda
Foto: goodreads.com
Meski hidupnya tidak lama, tetapi bisa dikatakan bahwa keinginannya untuk hidup seribu tahun lagi sepertinya bisa terlaksana berkat karya-karya yang ia ciptakan.
Di mana karya-karyanya masih terbukti hingga kini masih digemari banyak orang.
Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, semasa hidupnya, Chairil Anwar juga telah dinobatkan sebagai pelopor Angkatan 45 dan puisi modern Indonesia oleh H.B. Jassin.
Karya-karyanya begitu berpengaruh pada masanya dan membantu perkembangnya puisi kontemporer di Indonesia.
Menariknya, hampir semua karyanya merujuk pada kematian seolah ia telah menyadari bahwa dirinya akan mati muda seperti yang dikemukakan oleh kritikus sastra indonesia asal Belanda, A. Teeuw.
Selain itu, kebanyakan dari karya-karyanya tidak dipublikasikan hingga kematiannya.
Puisi terakhirnya berjudul Cemara Menderai Sampai Jauh.
Sedangkan puisinya yang paling terkenal berjudul Aku dan Krawang-Bekasi.
Jika Moms ingin melihat karya puisi Chairil Anwar, yang asli, modifikasi, atau yang diduga dijiplak, Moms bisa melihatnya dalam buku kompilasi yang berjumlah tiga buah buku.
Kompilasi ini diterbitkan oleh Pustaka Rakyat, yakni Deru Campur Debu (1949), Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949), dan Tiga Menguak Takdir (1950).
Baca Juga: Bukan Hanya Cantik, Ini 4 Artis yang Jago Bikin Puisi
Ini Karya Puisi Chairil Anwar
Foto: dianisa.com
Berikut ini adalah beberapa judul karya puisi Chairil Anwar yang sangat terkenal hingga sekarang:
1. Aku
Aku
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret 1943
2. Derai-Derai Cemara
Derai-Derai Cemara
Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
Baca Juga: Tak Hanya Fifty Shades, 5 Novel Erotis Ini Juga Bisa Meningkatkan Gairah Seks
3. Diponegoro
Diponegoro
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai.
Maju.
Serbu.
Serang.
terjang
Februari 1943
4. Krawang-Bekasi
Krawang-Bekasi
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
5. Sia-Sia
Sia-Sia
Penghabisan kali itu kau datang
membawaku karangan kembang
Mawar merah dan melati putih:
darah dan suci
Kau tebarkan depanku
serta pandang yang memastikan: Untukmu.
Sudah itu kita sama termangu
Saling bertanya: Apakah ini?
Cinta? Keduanya tak mengerti.
Sehari itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri.
Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.
Baca Juga: 7 Ide Nama Bayi Laki-laki Terinspirasi dari Ilmuwan dan Sastrawan
6. Senja di Pelabuhan Kecil
Senja di Pelabuhan Kecil
Kepada Sri Ajati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempar, sedu penghabisan bisa terdekap
7. Doa
Doa
Kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
Itulah beberapa karya puisi Chairil Anwar yang paling terkenal.
Menarik bukan Moms?
Moms juga bisa membahasnya dengan anak untuk membuat mereka lebih tertarik dengan karya sastra Indonesia.
- https://www.kompas.com/stori/read/2021/10/27/100000279/biografi-chairil-anwar-si-binatang-jalang?page=all
- https://gasbanter.com/kumpulan-puisi-karya-chairil-anwar/
- https://goodminds.id/puisi-chairil-anwar/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.