Yuk, Jelajahi Rumah Adat NTT di Kampung Adat Bena, Wae Rebo dan Ratenggaro!
Kalau jalan-jalan ke Nusa Tenggara Timur (NTT), jangan cuma mengeksplor keindahan lautnya di Labuan Bajo dan Pulau Padar, atau berkunjung ke Pulau Komodo saja. Moms juga wajib menjelajahi keindahan kampung adatnya yang menampilkan ragam rumah adat NTT.
Nusa Tenggara Timur terdiri dari beberapa pulau, di antaranya Pulau Flores, Pulau Sumba, Pulau Timor, Pulau Alor, dan pulau-pulau lainnya, di mana di pulau-pulau tersebut terdapat kampung adat.
Baca Juga: Mengenal Tenun, Kain Khas NTT yang Menjadi Harta Berharga Keluarga
Misalnya saja, di Flores terdapat Kampung Adat Bena dan Kampung Adat Wae Rebo yang populer bagi turis domestik dan mancanegara.
Sementara di Pulau Sumba, ada Kampung Adat Ratenggaro yang memiliki sejarah unik, juga dikelilingi pemandangan yang indah.
Selain bisa melihat rumah adat NTT dari dekat, di kampung adat ini Moms juga bisa merasakan langsung kearifan lokal penduduk lokal NTT, lho.
Ini dia beragam rumah adat NTT yang bisa Moms sambangi jika berkesempatan untuk liburan ke sana!
1. Rumah Adat NTT di Kampung Adat Bena
Foto: Pinterest.com
Kampung Bena adalah sebuah kampung adat tertua yang terletak di Kabupaten Ngada, Flores, NTT, tepatnya di Desa Tiwuriwu, Kecamatan Aimere.
Letaknya di puncak bukit dengan latar belakang Gunung Inerie, sehingga membuat suasana Kampung Bena asri dan tenang.
Kalau berkunjung ke Kampung Bena, Moms akan menemui 43 rumah adat NTT.
Susunan rumahnya sangat unik karena bentuknya melingkar membentuk huruf U, atau dari jauh tampak seperti kapal dengan 2 baris rumah adat yang saling berhadap-hadapan.
Rumah adat di Kampung Bena disebut sa'o atau diartikan sebagai rumah. Sa'o ini dihuni oleh 9 suku, di mana tiap rumah memiliki nama masing-masing.
Misalnya saja, Sa'o Saka Lobo, rumah yang mewakili leluhur kaum pria dan Sa'o Saka Pu'u yang mewakili leluhur wanita, dan sa'o-sa'o lainnya.
Ciri Khas Rumah Adat Sa'o Saka Lobo dan Sa'o Saka Pu'u
Foto: Jakartapost.com
Di dalam adat Bena, Sa'o Saka Pu'u berada pada posisi tertinggi dan menjadi pemimpin rumah-rumah adat lainnya.
Ciri khas rumah ini yaitu adanya Anaie pada bubungan atap yang merupakan simbol dari perempuan yang dibuat dari kayu oja dan alang-alang.
Sementara Sa'o Saka Lobo kedudukan berada di posisi kedua setelah Sa'o Saja Pu'u.
Karakteristiknya dapat dilihat pada bubungan atap terdapat boneka kayu yang memegang parang di tangan kanan dan tombak di tangan kiri. Simbol ini disebut Ata yang berarti manusia.
Kedua jenis rumah ini berbentuk panggung dan material yang digunakan merupakan material yang ada pada kearifan lokal kampung Bena.
Untuk ruangan di dalamnya, dibagi menjadi 3 bagian yaitu Tedha Wesa atau ruang luar yang berfungsi untuk menerima tamu atau kadang digunakan sebagai area menenun.
Tedha One atau ruang tengah adalah ruangan untuk berkumpul keluarga, makan bersama, ataupun untuk tidur.
Kemudian One atau ruang ini menjadi tempat ritual adar, kediaman leluhur, tempat tidur kepala rumah tangga dan tempat memasak. Semua aktiviyas ini bisa dilakukan di One.
Selain sebagai tempat tinggal, Sa'o Saka Pu'u dan Sa'o Saka Lobo juga merupakan ruang sakral, di mana roh para leluhur tinggal dan menjaga anak cucunya di dalam rumah tersebut.
Baca Juga: Indahnya Pink Beach di NTT dan NTB, Yuk Intip Moms!
2. Rumah Adat NTT di Kampung Adat Wae Rebo
Foto: Iindonesia-tourism.com
Kampung Wae Rebo merupakan salah satu desa tertinggi di Indonesia, yang berada di dataran tinggi Manggarai, Flores.
Di Kampung Adat Wae Rebo terdapat 7 rumah adat yang disebut Mbaru Niang dan satu rumah Gendang sebagai rumah ketua desa adat.
Setiap Mbaru Niang ditinggali 6 keluarga, sedangkan rumah Gendang dihuni 8 keluarga. Mbaru Niang berbentuk kerucut dengan atap hampir menyentuh tanah.
Atapnya menggunakan daun lontar kemudian ditutupi dengan ijuk. Tiang-tiang utama menggunakan kayu worok yang besar yang diambil 1 pohon utuh.
Bentuknya dibuat rumah panggung, dengan tujuan untuk melindungi dari binatang buas, karena letaknya berada di tengah hutan.
Baca Juga: 3 Nama Rumah Adat Riau yang Bentuknya Sangat Kental dengan Budaya Melayu
Pembagian Ruangan Mbaru Niang
Foto: Odysseyindonesia.com
Mbaru Niang terdiri dari 5 tingkat yang masing-masing tingkatnya memiliki fungsi yang berbeda-beda.
1. Tingkat pertama disebut lutur
Biasanya digunakan sebagai tempat tinggal dan berkumpul dengan keluarga. Tingkat lutur dibagi 3, bagian depan ruangan untuk digunakan bersama, semacam ruang keluarga.
Di bagian dalam adalah kamar-kamar yang disekat menggunakan papan, dan dapur di bagian tengah rumah.
2. Tingkat kedua berupa loteng atau disebut lobo
Fungsinya untuk menyimpan bahan makanan dan barang-barang sehari-hari.
3. Tingkat ketiga disebut lentar
Bagian ini untuk menyimpan benih-benih tanaman pangan, seperti benih jagung, padi, dan kacang-kacangan.
4. Tingkat keempat disebut lempa rae
Digunakan untuk menyimpan cadangan bahan pangan yang bisa digunakan dalam keadaan darurat, misalnya gagal panen.
5. Tingkat kelima atau merupakan tempat paling atas dalam rumah Mbaru Niang
Merupakan tempat suci yang disebut hekang kode. Tempat ini digunakan untuk menempatkan sesaji untuk leluhur.
Bagi suku Manggarai yang menghuni Kampung Adat Wae Rebo, Mbaru Niang bukan hanya sekedar rumah untuk berlindung dan beristirahat.
Namun, juga merupakan wujud keselarasan manusia dengan alam serta merupakan cerminan fisik dari kehidupan sosial warga desa Wae Rebo.
Baca Juga: 14 Makanan Khas NTT, Sudah Pernah Coba yang Mana?
3. Rumah Adat NTT di Kampung Adat Ratenggaro
Foto: Indonesia-tourism.com
Dari Flores, mari menuju ke Pulau Sumba, Moms. Di Pulau Sumba terdapat beberapa kampung adat.
Salah satu yang populer adalah kampung Ratenggaro yang terletak di Sumba Barat Daya, NTT.
Kampung Adat Ratenggaro berada di tebing muara Sungai Waiha. Dari tebing ini, Moms bisa melihat Samudra Hindia. Nama Ratenggaro berasal dari kata rate berarti kuburan, dan garo yang berarti orang-orang Garo.
Orang-orang Garo kalah perang dikubur di Ratenggaro, makanya di sana terdapat ratusan kuburan batu dengan bentuk yang unik dan punya kesan magis.
Selain kuburan batu, di kampung adat ini juga terdapat rumah adat yang memiliki ciri khas menyerupai menara menjulang tinggi mencapai 15-20 meter.
Rumah adat NTT di kampung Ratenggaro ini dikenal dengan sebutann Uma Kelada. Atapnya terbuat dari jerami dan tinggi rendahnya atap didasarkan atas status sosial orang yang mendiaminya.
Baca Juga: Kenali 5 Rumah Adat NTB dan Keunikan yang Dimiliki
Pembagian Ruangan Rumah Adat Uma Kelada
Foto: Pinterest.com
Rumah adat Uma Kelada terdiri atas 4 tingkat dengan tingkat paling bawah digunakan sebagai kandang hewan peliharaan.
Tingkat kedua adalah tempat tinggal pemilik rumah. Tingkat ketiga untuk menyimpan hasil panen dan tingkat keempat untuk memasak dan menyimpan benda pusaka.
Karakteristik rumah adat di Kampung Ratenggaro ini, hampir mirip dengan rumah adat Tongkonan dari Sulawesi Selatan, di mana terdapat tanduk kerbau dan rahang babi digantung sebagai simbol pemilik rumah pernah melaksanakan upacara adat.
Itulah dia rumah adat NTT yang ada di Kampung Adat Beno dan Kampung Adat Wae Rebo di Flores, serta Kampung Adat Ratenggaro di Sumba. Berniat untuk jalan-jalan ke sana, Moms?
- http://digilib.isi.ac.id/
- https://indonesiakaya.com/
- https://media.neliti.com
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.