Stephen Hawking, dari Biografi hingga Perjalanan Hidupnya
Stephen Hawking merupakan seorang cendekiawan, profesor, dan penulis yang berasal dari Inggris.
Ia telah mencapai prestasi inovatif dalam bidang fisika dan kosmologi, serta mempermudah pemahaman sains melalui karyanya yang yang dapat diakses oleh semua kalangan.
Pada saat usianya masih 21 tahun, saat tengah menempuh pendidikan di bidang kosmologi di University of Cambridge, Ia dihadapkan dengan diagnosa penyakit amyotrophic lateral sclerosis (ALS).
Sebagian cerita hidupnya diabadikan dalam film berjudul The Theory of Everything pada tahun 2014.
Meskipun Stephen Hawking tidak pernah mengungkapkan skor IQ-nya, dia dikenal di seluruh dunia sebagai salah satu tokoh paling brilian.
Sejarah mengakui Stephen Hawking sebagai salah satu ilmuwan terkemuka dalam bidang fisika.
Karyanya yang membahas asal-usul dan struktur alam semesta, termasuk fenomena seperti Big Bang dan lubang hitam, telah mengubah wajah ilmu pengetahuan.
Tak hanya itu, buku-buku bestseller yang ditulisnya juga berhasil menarik minat pembaca dari berbagai latar belakang.
Baca Juga: Biografi Naya Rivera: Profil, Kehidupan, dan Kariernya
Biografi Stephen Hawking
Stephen William Hawking merupakan seorang kosmolog kelahiran Inggris, Ia lahir di Oxford pada 8 Januari 1942.
Saat melanjutkan pendidikannya di University College, Oxford, meskipun dorongan dari ayahnya untuk fokus pada kedokteran, Hawking memutuskan untuk mengejar studi fisika.
Pada jenjang berikutnya, Ia melanjutkan pendidikannya ke University of Cambridge untuk mendalami kosmologi, ilmu yang mempelajari alam semesta secara menyeluruh.
Pada awal tahun 1963, menjelang usianya yang menginjak 21 tahun, Hawking diberitahu bahwa ia mengidap penyakit neuron motorik, atau lebih dikenal sebagai penyakit Lou Gehrig atau amyotrophic lateral sclerosis (ALS).
Meskipun mendapat vonis bahwa hidupnya tak akan melewati dua tahun lagi, Hawking menolak untuk menyerah.
Meski kondisinya terlihat tak memungkinkan untuk menyelesaikan gelar doktor, Hawking menghadapi tantangan tersebut.
Pada tahun 1966, Ia sukses meraih gelar PhD dengan tesis berjudul Properties of Expanding Universes.
Seiring berkembangnya penyakit yang Ia derita, keterbatasan gerak semakin dirasakan, dan Hawking akhirnya menggunakan kursi roda.
Kemampuan berbicaranya menjadi semakin terganggu, dan pada tahun 1985, tindakan trakeostomi darurat menyebabkan ia kehilangan kemampuan bicara.
Melalui perangkat penghasil ucapan yang dikembangkan di Cambridge, Hawking bisa berbicara kembali secara elektronik.
Perangkat ini memungkinkannya memilih kata-kata dengan menggerakkan otot-otot di pipinya.
Tak lama sebelum diagnosis penyakitnya, Hawking bertemu dengan Jane Wilde, dan keduanya menikah pada tahun 1965.
Keduanya memiliki tiga anak sebelum akhirnya berpisah pada tahun 1990.
Hawking kemudian menikah lagi pada tahun 1995 dengan Elaine Mason, tetapi pernikahan ini berakhir dengan perceraian pada tahun 2006.
Baca Juga: Biografi Nabila Faisal, Fakta Menarik, hingga Percintaan
Prestasi dan Perjalanan Hidup
Selama perjalanan kariernya, Stephen Hawking memunculkan beberapa teori tentang anomali astronomi, mengajukan pertanyaan unik tentang kosmos, dan memberikan pencerahan tentang asal usul segalanya.
Pada tahun 1970, bersama dengan Roger Penrose, seorang rekan fisikawan dan teman sekelasnya di Oxford, Hawking menerbitkan sebuah makalah berjudul The Singularities of Gravitational Collapse and Cosmology.
Dalam makalah ini, keduanya mengemukakan teori baru mengenai singularitas ruang-waktu.
Kerusakan dalam struktur alam semesta yang nantinya akan terkait dengan penemuan Hawking tentang lubang hitam.
Karya awal ini tidak hanya menantang konsep dalam fisika, tetapi juga mendukung konsep Big Bang sebagai awal terbentuknya alam semesta, sesuai dengan teori relativitas umum Albert Einstein pada tahun 1940-an.
Pada tahun 1974, Stephen Hawking menjadi anggota Royal Society, sebuah komunitas ilmuwan internasional.
Lima tahun kemudian, ia diangkat sebagai Profesor Lucasian Matematika di University of Cambridge, sebuah posisi akademik yang sangat terhormat.
Baca Juga: Profil Salma Salsabila, Pemenang Indonesian Idol 2023!
Kematian Stephen Hawking
Pada tanggal 14 Maret 2018, Stephen Hawking akhirnya berpulang akibat ALS, penyakit yang seharusnya merenggut nyawanya lebih dari 50 tahun sebelumnya.
Seorang juru bicara keluarga mengonfirmasi bahwa ilmuwan ikonik ini berpulang di kediamannya di Cambridge, Inggris.
Melansir dari Mayo Clinic, amyotrophic lateral sclerosis (ALS), juga dikenal sebagai penyakit Lou Gehrig, adalah penyakit neurologis progresif dan fatal yang mempengaruhi sel-sel saraf di otak dan sumsum tulang belakang.
ALS menyebabkan hilangnya kontrol otot, yang menyebabkan berbagai gejala seperti kelemahan otot, kesulitan berbicara dan menelan, kram otot, berkedut, dan akhirnya kelumpuhan.
ALS adalah penyakit progresif, yang berarti bahwa gejala memburuk dari waktu ke waktu.
Tingkat perkembangan bervariasi setiap orang, tetapi akhirnya otot-otot menjadi lemah dan atrofi.
ALS didiagnosis melalui kombinasi riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan berbagai tes seperti elektromiografi (EMG) dan studi konduksi saraf.
Sayangnya, saat ini tidak ada obat untuk ALS, dan pengobatan berfokus pada mengelola gejala, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan perawatan pendukung.
Oleh karena penyakit inilah kondisi Hawking semakin memburuk dari waktu ke waktu.
Ia mengalami kelumpuhan dan ketidakmampuan dalam berbicara.
Demikian penjelasan tentang biografi dan perjalanan hidup Stephen Hawking.
Semoga dapat menginspirasi dan menambah wawasan, ya!
- https://www.space.com/15923-stephen-hawking.html
- https://www.britannica.com/biography/Stephen-Hawking
- https://www.biography.com/scientists/stephen-hawking
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/amyotrophic-lateral-sclerosis/symptoms-causes/syc-20354022
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.