Waspada Campak yang Kembali Merebak di Indonesia, Simak Penjelasan Lengkapnya!
Kasus campak kembali merebak di Indonesia. Bahkan kejadian ini ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa wilayah.
Menurut Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, kasus campak di Indonesia sudah menyebar di 34 Kabupaten/Kota per 10 Januari 2023.
Campak ini menyebar dari Pulau Sumatera hingga Papua. Nadia juga mengatakan, wilayah bisa dinyatakan sebagai KLB jika memiliki minimal 5 kasus campak.
Simak informasi lengkapnya mengenai kasus campak di Indonesia di sini, ya Moms.
Baca Juga: Campak pada Anak, Ketahui Gejala, Penyebab, Cara Mengatasi, dan Pantangannya
Waspada Campak
Ini dia Moms informasi yang bisa diketahui mengenai kasus campak di Indonesia!
1. Imunisasi Campak Menurun
Menurut Nadia, salah satu penyebab kasus campak kembali naik karena imunisasi campak pada anak menurun di masa pandemi.
"Hal ini tentunya karena ada kasus campak dan umunya karena selama pandemi cakupan campak yang rendah," kata Nadia kepada awak media.
2. Pelaksanaan BIAN
Untuk menekan angka kasus campak di Indonesia, menurut Nadia pihaknya sudah menjalankan Bulan Imunisasi Anak Nasioal (BIAN).
"Untuk vaksinasi, sudah ada kemarin BIAN yang merupakan (program) kejar imunisasi. (Kalau untuk) daerah, (imunisasi) kejar campak segera," ungkap Nadia.
Baca Juga: Ini Bedanya Campak dan Tampek pada Anak
3. Campak adalah Penyakit Berbahaya
Mengutip dari Instagram Dokter Apin, campak merupakan penyakit berbahaya, lho Moms dan jangan disepelekan, ya.
"Masih banyak orang menganggap campak adalah penyakit 'wajar' yang akan dialami semua anak.
Ketika mendapatkan anaknya yang khususnya berusia kurang dari 2 tahun demam diikuti ruam di seluruh tubuh ketika demamnya reda, mereka berpikir itu adalah campak.
Padahal bukan. Itu roseola, yg sering disebut tampak atau tampek yang akan dialami 90% anak. Penyakit ringan tanpa komplikasi," tulis Dokter Apin.
4. Sering Disalahartikan sebagai Roseola
Menurut Dokter Apin, roseola memang mirip dengan campak, tapi biasanya tidak menimbulkan komplikasi dan seringnya merupakan kondisi ringan.
Berbeda dengan campak yang bisa menimbulkan komplikasi parah terutama pada anak-anak.
"Lebih dari separuh anak batita pernah mengalami roseola atau eksantema subitum atau sixth disease. Sakit ringan karena virus sembuh sendiri dan tidak ada vaksinnya.
Biasanya setelah demam 3 sampai 5 hari mereda, muncul ruam," jelas Dokter Apin.
Baca Juga: Ketahui Gejala Campak pada Bayi dan Cara Mengatasinya
5. Gejala Campak
Campak atau measles atau rubeola ditandai dengan beberapa gejala berikut:
- Demam beberapa hari atau kurang dari 7 hari
- Batuk dan pilek
- Mata merah
- Diikuti ruam selama beberapa hari
- Ruam muncul bertahap saat demam masih ada.
6. Komplikasi Campak
Sedangkan, menurut Dokter Apin, campak berbahaya dan bisa menyebabkan kematian karena komplikasi. Ini dia beberapa komplikasi akibat campak.
- Pneumonia (radang paru dan sesak)
- Dehidrasi dengan atau tanpa diare
- Kebutaan
- Gangguan saraf permanen berakhir meninggal.
7. Imunisasi Campak
Imunisasi campak saat ini masih dalam bentuk vaksin MR atau MMR dan MMRV yang efektif mencegah penyakit campak.
Mengingat, wabah campak kembali naik karena rendahnya cakupan imunisasi MR/MMR. Jadi, pastikan Moms membawa Si Kecil untuk imunisasi, ya Moms.
Baca Juga: 13 Cara Alami Mengatasi Cacar Air pada Anak
8. Apa yang Harus Moms Lakukan Jika Curiga Campak
Jika Moms curiga Si Kecil mengalami campak, apa yang harus dilakukan?
Saat berkunjung ke dokter, sebaiknya Moms beritahu ke petugas kesehatan bahwa Si Kecil dicurigai sebagai campak.
Jadi, Moms tidak perlu mengantre lama karena risiko menularkan ke anak lainnya.
Sebab, campak sangat menular, paparannya pun terbilang singkat sehingga saat mengantre di ruang tunggu, berpotensi menularkan ke orang lain.
Nah, itulah informasi seputar wabah campak yang kembali merebak. Semoga informasi ini membantu, ya Moms.
- https://www.instagram.com/p/CniazTGPFxr/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.