Mengenal Abses Perianal, Kondisi Adanya Nanah pada Anus
Kebersihan tubuh secara menyeluruh sangat penting untuk Moms perhatikan. Tak terkecuali pada bagian anus, organ saluran cerna terakhir. Karena kebersihan anus yang kurang baik bisa menimbulkan infeksi yang disebut sebagai abses perianal.
Untuk itu, Moms perlu benar-benar merawat dan menjaga kebersihan anus. Tidak hanya menyakitkan, abses perianal ini juga dapat menyebabkan penderitanya merasa tak nyaman.
Baik saat beraktivitas, mau pun saat buang air besar (BAB).
Selain karena faktor kebersihan, terjadinya infeksi pada anus atau abses perianal menurut dr. Franky Mainza Zulkarnain, Sp.B, Dokter Spesialis Bedah Umum RS Pondok Indah – Puri Indah juga dapat disebabkan oleh hal lainnya.
Misalnya, adanya infeksi menular seksual dan faktor risiko, seperti diabetes.
Lalu, apa saja gejala dan bagaimana cara mengatasi abses perianal? Simak penjelasan berikut ini, Moms.
Baca Juga: Mengenal Abses Gigi, Gejala, dan Penanganannya
Gejala Abses Perianal
“Abses perianal adalah suatu keadaan di mana terkumpulnya nanah di daerah dekat anus,” jelas dr. Franky Mainza Zulkarnain.
Adapun gejala yang dapat menandakan seseorang mengalami abses perianal antara lain:
- Benjolan atau pembengkakan disertai rasa nyeri di sekitar anus yang semakin parah seiring bertambahnya infeksi.
- Kemerahan di sekitar benjolan atau lokasi infeksi.
- Suhu di daerah infeksi akan lebih panas atau hangat dibandingkan di daerah yang sehat.
- Terkadang disertai demam atau menggigil.
- Sulit BAB (konstipasi) karena penderita nyeri saat BAB, sehingga enggan untuk BAB.
Jadi, jika Moms mengalami salah satu gejala di atas, sebaiknya segera menghubungi dokter untuk pemeriksaan karena bisa saja menjadi tanda abses perianal.
Dengan menghubungi dokter, penanganan atau pengobatan pun dapat dilakukan lebih cepat dan tepat.
Baca Juga: 4 Penyebab Buang Air Besar Berdarah Pada Balita
Penyebab Abses Perianal
“Penyebab terjadinya abses perianal sebagian besar adalah karena sumbatan disertai infeksi pada kelenjar-kelenjar sekitar anus.
Infeksi ini akan mengakibatkan inflamasi dan penumpukan cairan sehingga menimbulkan abses (rongga berisi nanah),” lanjut dr. Franky Mainza Zulkarnain.
Beberapa organisme aerobik dan anaerob (bakteri) yang diketahui dapat menyebabkan abses perianal, yaitu Bacteroides fragilis, Peptostreptococcus, Prevotella, Fusobacterium, Porphyromonas, spesies Clostridium, Staphylococcus aureus, Streptococcus, dan Escherichia coli.
Sementara mengutip laman WebMD, penyebab lain yang mungkin saja mendasari terjadinya abses perianal juga yaitu, fisura anus atau robekan pada saluran anus yang terinfeksi, infeksi menular seksual, dan kelenjar anal tersumbat.
Baca Juga: Infeksi Bakteri E.Coli jadi Penyebab SIDS, Benarkah?
Faktor Risiko Abses Perianal
Tak hanya beberapa penyebab yang telah disebutkan di atas, faktor lainnya juga bisa meningkatkan risiko terjadinya abses perianal.
“Faktor risiko terjadinya abses perianal dapat menyerang laki-laki maupun perempuan dari berbagai usia.
Laki-laki maupun perempuan dengan riwayat diabetes juga merupakan faktor risiko karena pada saat kadar gula darah tinggi, tubuh lebih rentan terkena infeksi," jelas dr. Franky Mainza Zulkarnain.
"Sementara kebersihan daerah anal/anal hygiene yang kurang baik dan penyakit infeksi menular seksual yang melibatkan daerah anus juga merupakan faktor risiko terjadinya abses perianal,” lanjutnya.
Kondisi lain yang bisa meningkatkan faktor risikonya termasuk:
- Radang usus besar.
- Penyakit radang usus, seperti penyakit Crohn atau kolitis ulserativa.
- Divertikulitis (peradangan atau infeksi yang terjadi pada satu atau lebih kantong kecil di saluran pencernaan).
- Penyakit radang panggul.
- Menjadi pasangan reseptif (posisi di bawah) dalam seks anal.
- Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti prednisone (obat untuk mengurangi peradangan pada alergi, penyakit autoimun, dan penyakit kulit).
Baca Juga: Apa Itu Penyakit Crohn? Kenali Gejala Penyakit Radang Usus Kronis Ini
Diagnosis dan Cara Mengatasi Abses Perianal
Mengutip National Center of Biotechnology Information, cara yang dapat dilakukan dokter untuk mendiagnosis abses perianal adalah dengan pemeriksaan fisik.
Misalnya, dengan pemeriksaan colok dubur. Computed tomography atau MRI juga dapat digunakan.
Pemeriksaan MRI ini biasanya lebih direkomendasikan karena CT Scan dirasa kurang akurat sehingga adanya abses perianal kecil pada pasien dengan riwayat autoimun mungkin saja terlewatkan.
Sementara, pemeriksaan USG anorektal memang dapat digunakan, tetapi tidak dapat ditoleransi dengan baik karena rasa nyeri yang ditimbulkan cukup menyiksa pasien.
“Seseorang yang mengalami abses perianal jika belum terjadi penimbunan nanah (furunkel) dapat mengonsumsi antibiotik dan antinyeri sesuai anjuran dokter.
Namun, apabila sudah terbentuk nanah sebaiknya langsung periksakan diri ke dokter spesialis bedah umum untuk penanganan lebih lanjut,” kata dr. Franky Mainza Zulkarnain.
Dalam hal ini, abses perianal yang telah mengeluarkan nanah perlu dilakukan drainase bedah.
Dokter bedah akan melakukannya dengan cara membuat sayatan di kulit dekat anus untuk mengeringkan infeksi.
Hal ini dapat dilakukan di ruang praktik dokter dengan anestesi lokal atau di ruang operasi dengan anestesi yang lebih dalam.
Setelah prosedur bedah, kebanyakan pasien abses perianal akan diberi resep obat untuk menghilangkan rasa sakit. Bagi orang sehat, antibiotik biasanya tidak diperlukan.
Antibiotik mungkin diperlukan, untuk beberapa orang, termasuk penderita diabetes atau penurunan kekebalan.
Kondisi umum yang biasanya terjadi pasca operasi ialah munculnya rasa tidak nyaman pada bagian anus.
Selain dapat diatasi dengan obat, ketidaknyamanan ini dapat diatasi dengan cara merendam daerah (anus) yang terkena dalam bak air hangat (sitz) selama tiga atau empat kali sehari.
Pelunak feses juga mungkin akan disarankan oleh dokter untuk meredakan ketidaknyamanan saat buang air besar.
Selain itu, beberapa pasien dengan mungkin disarankan untuk memakai kain kasa atau alas mini setelah operasi untuk mencegah drainase (keluarnya cairan berlebihan) yang bisa mengotori pakaian mereka.
Baca Juga: Mitos atau Fakta, Apakah Berhubungan melalui Dubur Bisa Hamil?
Komplikasi Abses Perianal
Meski sudah diobati, pasien tetap dapat mengalami komplikasi, di antaranya:
- Sepsis (infeksi yang dapat mengancam jiwa).
- Abses perianal berulang atau kambuh.
- Pembentukan fistula, hal ini terjadi pada hingga 40% pasien dengan abses. Fistula adalah tersumbatnya terowongan epitel yang menghubungkan kelenjar di dalam saluran anus ke kulit luar. Gejalanya meliputi nyeri, bengkak, dan keluarnya darah atau nanah.
- Inkontinensia tinja, sebuah kondisi tubuh yang tidak mampu mengendalikan buang air besar. Hal ini menyebabkan penderitanya buang air besar secara tiba-tiba tanpa disadari.
Baca Juga: Jaga Kebersihan Area Kewanitaan, Ketahui Jenis Pembersih yang Tepat
Pencegahan Abses Perianal
Melansir University of California San Fransisco, ada beberapa strategi efektif untuk mencegah abses perianal pada pasien yang sehat. Berikut di antaranya:
- Menjaga area perianal (anus) tetap bersih dan kering untuk menghindari kerusakan kulit.
- Diet tinggi serat secara teoritis dapat mengurangi kemungkinan penyumbatan kelenjar dubur.
- Jika pasien memiliki etiologi (riwayat penyakit) yang mendasari seperti Crohn atau HIV, maka pengobatan kondisi tersebut dapat membantu mengurangi risiko timbulnya abses perianal.
Itulah informasi penting terkait abses perianal yang perlu Moms pahami.
Apabila mengalami salah satu gejalanya, segera pergi ke dokter karena jika tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan infeksi dan berisiko kematian.
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459167/
- https://www.webmd.com/a-to-z-guides/anal-abscess
- https://surgery.ucsf.edu/conditions--procedures/perianal-and-perirectal-abscessfistula.aspx
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.