Bayi Sering Gumoh, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya!
Gumoh adalah hal yang umum terjadi pada bayi setelah menyusu. Namun, jika bayi sering gumoh, ini bisa menjadi "lampu kuning", lho, Moms!
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), gumoh adalah aliran balik isi lambung ke dalam kerongkongan dan dikeluarkan melalui mulut yang berlangsung secara involunter.
Berdasarkan jurnal Gastroesophageal Reflux in Children, gumoh memang normal terjadi pada bayi, biasanya akan memuncak pada usia 4 bulan.
Gumoh pada bayi bisa terjadi karena bentuk kerongkongannya yang belum berkembang sempurna.
Selain itu, penyebab lainnya adalah ukuran lambung bayi yang masih sangat kecil.
Biasanya, bayi sering gumoh, setidaknya 10-12 kali dalam sehari. Berikut ini penjelasannya:
- Meludah biasanya terjadi tepat setelah bayi makan, tetapi bisa juga terjadi 1-2 jam setelah menyusu.
- Setengah dari semua bayi berusia 0-3 bulan mengalami gumoh setidaknya satu kali sehari.
- Gumoh pada bayi biasanya memuncak ketika Si Kecil berusia 2-4 bulan.
- Banyak bayi mulai berkurang gumohnya setelah usia 7-8 bulan.
- Sebagian besar bayi sudah berhenti gumoh begitu menginjak usia 12 bulan.
Meski termasuk kondisi umum, Moms tetap harus waspada, apalagi jika Si Kecil sering gumoh.
Kewaspadaan mesti ditingkatkan jika sering gumoh pada Si Kecil disertai dengan berat badan yang tidak kunjung bertambah.
Baca Juga: 12 Penyebab Bayi Muntah, Cari Tahu Moms!
Penyebab Bayi Sering Gumoh
Foto: Bayi Gumoh (Orami Photo Stocks)
Ada sejumlah hal yang dapat menyebabkan bayi sering gumoh, di antaranya:
1. Kekenyangan
Kapasitas lambung bayi yang baru lahir masih sangat minim. Biasanya hanya sekitar 1 ons saja per kg berat tubuhnya.
Karenanya, apabila Si Kecil diberikan asupan yang melebihi kapasitas tersebut, ia akan kekenyangan dan kemudian mengalami gumoh.
Untuk itu, Moms harus mencoba memberikan Si Kecil susu atau ASI yang jumlahnya tidak melebihi kapasitas lambung anak.
Selain itu, biasakan juga untuk membuat bayi serdawa setelah menyusu, ya, Moms.
2. Alergi Makanan
Sensitivitas atau alergi terhadap makanan dapat menyebabkan bayi gumoh berlebihan.
Namun biasanya, kondisi ini dipicu oleh produk susu sapi. Pada Moms, alergen dapat ditransfer ke dalam ASI dan menyebabkan bayi gumoh.
Jika Moms merasa bahwa alergi protein susu sapi adalah penyebab bayi sering gumoh, jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan dokter.
Moms juga perlu memastikan, apakah bayi mengonsumsi apa pun selain ASI, susu formula, makanan padat (termasuk sereal), vitamin, obat-obatan, atau ramuan herbal?
Apakah Moms minum obat, herbal, vitamin, zat besi, yang mungkin memicu gumoh juga?
Laporkan kemungkinan tersebut ke dokter guna membantu menegakkan diagnosis.
Baca Juga: Waspadai Tanda-tanda Bayi Alergi Susu Formula
3. Otot Bayi yang Belum Sempurna
Ini merupakan alasan yang paling umum terjadi gumoh pada bayi, yakni otot yang ada di saluran pencernaan bayi (antara kerongkongan dan perut) belum sempurna.
Dimana pada dasarnya otot-otot saluran pencernaan tersebut longgar dan akan semakin mengecil secara bertahap pada saat bayi memasuki usia 6 bulan.
4. Menelan Banyak Udara saat Menyusui
Si Kecil yang mengisap ASI sangat cepat juga menghirup udara bersamaan dengan susu yang diminum.
Ini terutama akan terjadi jika Moms memiliki refleks let-down yang kuat atau suplai susu yang terlalu banyak.
5. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
Bagi sebagian bayi yang tidak sering mengalami gumoh, kondisi tersebut sebenarnya bisa menunjukkan adanya penyakit gastroesophageal reflux (GERD).
Jika sfingter esofagus bagian bawah tidak mengencang segera setelah dibuka, istilah "refluks" digunakan karena dimuntahkannya kembali makanan yang masuk dan mungkin disertai dengan cairan dan asam.
GERD umumnya terjadi pada bayi prematur dan pada bayi dengan masalah kesehatan lainnya. GERD biasanya membaik setelah 12-24 bulan usia bayi.
Refluks dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada beberapa bayi.
Menurut jurnal dalam American Academy of Family Physicians, gejala GERD yang bisa dilihat, diantaranya:
- Bayi seperti tercekik, tersedak, batuk, mengi, atau masalah pernapasan lainnya
- Bayi terlihat merasakan sakit dan tidak nyaman
- Pertumbuhan Si Kecil yang buruk karena muntah
- Bayi mungkin akan lebih rewel dan kurang tidur karena ketidaknyamanannya
Ada juga tanda-tanda peringatan dari refluks pada bayi yang parah:
- Kerewelan yang tak terhindarkan atau parah terkait dengan menyusui.
- Peningkatan berat badan yang buruk, penurunan berat badan, atau kegagalan untuk berkembang. Kesulitan makan. Menolah disusui atau makanan.
- Kesulitan menelan, sakit tenggorokan, suara serak, hidung tersumbat, infeksi sinus atau telinga kronis.
- Memuntahkan darah atau cairan hijau atau kuning.
- Sindrom Sandifer
- Masalah pernapasan: bronkitis, mengi, batuk kronis, pneumonia, asma, aspirasi, apnea, sianosis.
Dalam jurnal Gastroesophageal Reflux in Children, diskusikan pola gumoh bayi dengan dokter anak untuk mengetahui apakah GERD bisa menjadi penyebabnya.
Jika demikian, pengobatan dan tindakan medis mungkin akan diperlukan.
GERD sendiri juga dapat disebabkan karena bayi salah makan atau makan berlebihan (karena mengonsumsi terlalu banyak ASI membuat isi perut turun dan karena ASI adalah antasida alami).
Disebutkan bahwa pengujian atau pengobatan untuk refluks pada bayi di bawah 12 bulan harus dipertimbangkan hanya jika gumoh disertai dengan penambahan berat badan yang tidak seimbang, penurunan berat badan drastis, penyakit paru-paru, atau komplikasi lainnya.
Baca Juga: Serba-serbi GERD pada Anak, Cari Tahu Yuk Moms!
Cara Mengatasi Gumoh pada Bayi
Foto: Bayi Sering Gumoh (Orami Photo Stocks)
Sebagian besar bayi tidak terlihat mengalami gangguan hanya karena gumoh.
Namun, Moms tentu saja berpikir bahwa kemungkinan ada banyak gizi dan nutrisi yang hilang akibat bayi sering gumoh.
Jumlah gumoh bayi bahkan terlihat lebih banyak saat mengonsumsi susu formula atau yang lebih parah lagi bayi muntah setelah menyusu.
Lalu, apakah ada cara efektif untuk mengatasi gumoh yang berlebihan pada bayi? Simak di tips berikut ini ya, Moms!
1. Menyusui Si Kecil
Cara mengatasi bayi gumoh atau setidaknya meminimalkan frekuensi gumoh pada bayi diantaranya bisa dilakukan dengan menyusui bayi dengan jumlah yang tidak begitu banyak namun sering.
Refluks lebih jarang terjadi pada bayi yang disusui. Selain itu, bayi yang disusui dengan refluks telah terbukti memiliki refluks yang lebih pendek dan lebih sedikit dan refluks yang lebih parah di malam hari, dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula.
Menyusui juga paling baik untuk bayi dengan refluks karena ASI akan meninggalkan perut Si Kecil jauh lebih cepat, jadi ada lebih sedikit waktu untuk susu kembali ke kerongkongan.
Namun, perlu diingat Moms, jangan memaksa bayi untuk terus makan atau minum ASI jika sudah terlihat kenyang.
Usahakan untuk membuat bayi duduk tegak setelah menyusu meskipun hanya sebentar. Hal ini akan sangat membantu proses pencernaan bayi.
2. Buat Bayi Berserdawa
Cobalah untuk membuat Si Kecil berserdawa selama dan setelah menyusui untuk menghilangkan udara yang terperangkap di dalam perutnya.
Beberapa bayi yang disusui tidak perlu berserdawa setelah setiap menyusui, karena mereka cenderung menelan lebih sedikit udara daripada bayi yang diberi minum dengan botol susu.
Namun, jika Moms memiliki persediaan susu berlimpah atau aliran susu yang sangat cepat, hal ini tidak akan terjadi.
Mungkin kadang-kadang bayi akan muntah karena berserdawa. Namun, ini adalah langkah yang patut Moms coba.
Setelah berserdawa, bayi akan merasa lebih nyaman. Menghilangkan udara juga dapat membuat lebih banyak ruang di perut bayi untuk melanjutkan menyusu.
Baca Juga: Moms Sering Sendawa? Waspada Penyakit Kronis Jika Disertai 4 Gejala Ini!
3. Menyusui Bayi dengan Tenang
Cobalah untuk membatasi gangguan, kebisingan, dan lampu terang ketika Moms sedang menyusui.
Pemberian makan yang lebih tenang dapat menghasilkan lebih sedikit gumoh pada bayi.
Jangan melakukan permainan yang sangat aktif segera setelah menyusui anak ya, Moms.
4. Jangan Menyusui Anak saat ASI Terlalu Penuh
Jika produksi ASI Moms terlalu banyak atau persediaan ASI masih penuh, payudara Moms mungkin akan membesar dan bengkak.
Ini bisa membuat payudara kita terasa penuh dan keras, sehingga membuat Si Kecil sulit untuk mengunci dengan benar dan mendapatkan isapan yang baik di sekitar puting kita.
Akibatnya, bayi Moms akan menelan banyak udara saat ia menyusui.
Gunakan pompa atau berikan ASI sebelum menyusui untuk melunakkan payudara terlebih dahulu. Ini akan membantu bayi menyusu dengan posisi yang benar.
5. Hubungi Dokter
Terkadang, gumoh juga merupakan masalah yang cukup serius dan membutuhkan penanganan medis dalam kondisi tertentu.
Ketika Moms menyadari Si Kecil sudah terlalu rewel, bahkan sangat rawan gumoh, mungkin Si Kecil mengalami masalah refluks yang harus ditangani dengan bantuan obat.
Adapun ketika bayi cenderung mengeluarkan begitu banyak cairan atau muntah, terlebih lagi diiringi dengan kembung, diare, hingga berat badan yang menurun, maka kemungkinan Si Kecil mengalami alergi susu.
Oleh karena itu, jika Moms menemui adanya gejala-gejala yang lebih serius dari gumoh yang biasa terjadi pada Si Kecil, lebih baik segera konsultasikan dengan dokter.
Baik refluks maupun alergi susu sebenarnya jarang terjadi, namun bukan tidak mungkin. Muntah atau gumoh yang disertai darah bisa menjadi tanda dari adanya infeksi.
Oleh karena itu, langkah yang terbaik untuk Moms ambil sebelum mengatasi bayi sering gumoh adalah terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter.
Apakah gumoh yang dialami Si Kecil masih dalam kategori normal atau justru membutuhkan penanganan medis karena sudah menjurus pada kondisi gangguan kesehatan serius.
Jika memang bayi sering gumoh dengan frekuensi dan jumlah yang normal, Moms tentunya tidak perlu panik.
Hanya perlu menyiapkan tisu basah khusus bayi atau handuk untuk mengelap bekas gumoh bayi.
Baca Juga: Ternyata, Ini Perbedaan Gumoh dan Muntah pada Bayi
Nah, sekarang Moms sudah paham dan tidak bingung lagi bagaimana cara mengatasi bayi yang terlalu sering gumoh, bukan? Semoga membantu, Moms!
- https://www.aafp.org/afp/2015/1015/p705.html
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6586172/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.