Biografi Sultan Agung, Sultan Mataram Ketiga yang Cerdas
Sultan Agung, yang memiliki nama asli Raden Mas Jatmika, adalah salah satu tokoh sejarah yang sangat berpengaruh dalam sejarah Indonesia, khususnya pada abad ke-17.
Beliau dikenal sebagai seorang penguasa Mataram ketiga yang kuat dan bijaksana.
Lahir pada tahun 1593, Sultan Agung mengambil alih tahta Mataram pada usia muda dan segera menunjukkan bakat kepemimpinan yang luar biasa.
Ia dikenal sebagai penguasa yang cerdas dalam diplomasi, strategi militer, dan administrasi pemerintahan.
Salah satu pencapaian terbesarnya adalah penyatuan kembali Mataram setelah perpecahan yang terjadi sebelum kepemimpinannya, menciptakan sebuah kerajaan yang kuat dan stabil.
Selain prestasinya dalam bidang politik dan budaya, Sultan Agung juga dikenang karena kepemimpinannya yang bijaksana, lho.
Ingin kenalan dengan sosok pahlawan yang satu ini lebih jauh? Simak artikel ini hingga akhir, yuk!
Baca Juga: Sinopsis Layangan Putus the Movie, Aris Masih Cinta Kinan!
Kehidupan Awal Sultan Agung
Raden Mas Jatmika, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Raden Mas Rangsang, lahir pada tahun 1593 di Kota Gede, Kesultanan Mataram.
Beliau adalah putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati.
Masa kecilnya dilalui di lingkungan istana Mataram, yang pada saat itu sedang mengalami masa-masa sulit akibat konflik internal dan ancaman dari kerajaan lain.
Meskipun tidak banyak informasi detail tentang masa kecil Sultan Agung, beberapa sumber menyebutkan bahwa beliau dididik dengan ketat dalam berbagai ilmu.
Beliau mempelajari agama Islam dari para wali, seperti Sunan Kalijaga, dan juga mempelajari ilmu politik, strategi perang, dan kebudayaan Jawa.
Keberanian dan kecerdasan Sultan Agung sudah terlihat sejak muda.
Pada usia 17 tahun, beliau berhasil memimpin pasukan Mataram dalam memenangkan pertempuran melawan Kerajaan Pajang.
Kemenangan ini semakin mengukuhkan posisi Mataram sebagai kerajaan yang kuat di Jawa.
Pada tahun 1613, Sultan Agung naik tahta menjadi Raja Mataram setelah ayahnya meninggal dunia.
Usianya saat itu baru 20 tahun, namun beliau dihadapkan pada berbagai tantangan berat, seperti konflik internal, ancaman dari luar, hingga masukanya Belanda ke Nusantara.
Namun, Sultan Agung dengan berani dan gigih menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Beliau berhasil mengatasi konflik internal dengan cara yang tegas dan adil.
Beliau juga berhasil memperkuat pasukan Mataram dan memperluas wilayah kekuasaannya, hingga meliputi hampir seluruh Jawa.
Salah satu langkah penting yang diambil Sultan Agung adalah melakukan modernisasi sistem pemerintahan Mataram.
Beliau memperkenalkan sistem administrasi yang lebih efisien dan efektif, serta membentuk angkatan bersenjata yang kuat.
Kepemimpinan Sultan Agung yang visioner dan berwawasan jauh membuat Mataram menjadi kerajaan yang disegani di Nusantara.
Baca Juga: 9 Contoh Buku Biografi Tokoh Indonesia yang Menginspirasi
Perjuangan Sultan Agung
Sultan Agung adalah salah satu tokoh bersejarah yang mencatatkan perjuangan luar biasa dalam mempertahankan dan mengembangkan kekuasaan Mataram Islam pada abad ke-17.
Melalui serangkaian tindakan berani dan kebijakan yang cerdas, dia berhasil membawa kerajaannya mencapai puncak kejayaan.
Berikut adalah poin-poin penting tentang perjuangan Sultan Agung:
- Penaklukan Wilayah: Sultan Agung mampu menaklukkan daerah pesisir, termasuk Surabaya dan Madura, yang memperluas wilayah kekuasaan Mataram Islam.
- Lawan VOC: Dia adalah penguasa pertama yang secara besar-besaran melawan VOC Belanda, yang dianggapnya sebagai ancaman terhadap hegemoni kekuasaan Islam di Pulau Jawa.
- Perlindungan Agama: Sultan Agung sangat peduli terhadap penyebaran agama Islam dan melihat kehadiran VOC sebagai penghalangnya. Dia tegas menolak kompromi dengan penjajah.
- Pengembangan Ekonomi: Sultan Agung memindahkan penduduk ke daerah subur seperti Karawang, Jawa Barat, untuk mengembangkan pertanian dan ekonomi kerajaan.
- Pendidikan dan Budaya: Dia mempromosikan pendidikan, mengangkat ulama ke posisi terhormat dalam pemerintahan, dan mendirikan lembaga mahkamah agama Islam.
Baca Juga: Biografi Tjokroaminoto, Dijuluki Raja Jawa Tanpa Mahkota
Kebijakan Sultan Agung dalam Kesultanan Mataram
Sultan Agung tidak hanya dikenal sebagai seorang penguasa yang kuat secara politis dan militer.
Namun, ia juga merupakan sosok yang berupaya untuk menggabungkan unsur-unsur kebudayaan Indonesia asli dengan nilai-nilai Hindu dan Islam.
Salah satu contohnya adalah penyelenggaraan grebeg, yang disesuaikan dengan hari raya Idul Fitri dan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Hal ini kini dikenal sebagai garebeg Puasa dan Grebeg Maulud. Sultan Agung juga memperkenalkan penanggalan tahun saka dan mempromosikan kitab filsafat Sastra Gendhing.
Pencapaian terbesar Sultan Agung dalam bidang kebudayaan adalah perubahan perhitungan peredaran Matahari ke perhitungan peredaran bulan, yang dianggap sebagai tanda prestasi luar biasa.
Upaya Sultan Agung dalam memajukan agama dan kebudayaan Islam mengakibatkan dia mendapatkan gelar Susuhunan (Sunan), yang biasanya diberikan kepada para Wali.
Selain itu, di lingkungan keraton Mataram Islam, Sultan Agung mengeluarkan kebijakan yang mengharuskan penggunaan bahasa Bagongan oleh para bangsawan dan pejabat.
Hal ini dilakukan dengan harapan dapat mengurangi kesenjangan sosial di antara mereka dan menciptakan rasa persatuan di istana.
Menjelang tahun 1645, Sultan Agung merasa bahwa ajalnya sudah dekat.
Untuk itu, dia membangun Astana Imogiri sebagai pusat pemakaman keluarga raja-raja Kesultanan Mataram, termasuk dirinya sendiri.
Sultan juga meninggalkan serat Sastra Gending sebagai panduan hidup bagi trah Mataram. Sesuai dengan wasiatnya,
Sultan Agung yang wafat pada tahun 1645 digantikan oleh putranya, Raden Mas Sayidin, sebagai raja Mataram. Hal ini mencerminkan upaya Sultan Agung untuk memastikan kesinambungan dinasti dan kebudayaan Mataram.
Baca Juga: Biografi Sam Ratulangi, Jadi Gubernur Sulawesi Pertama
Silsilah Sutan Agung
Sultan Agung, yang juga dikenal dengan nama Raden Mas Jatmika atau Raden Mas Rangsang, adalah putra dari Susuhunan Anyakrawati dan Ratu Mas Adi Dyah Banawati.
Ayahnya, Susuhunan Anyakrawati, adalah raja kedua Kesultanan Mataram, sementara ibunya, Ratu Mas Adi Dyah Banawati, merupakan putri dari Pangeran Benawa, yang merupakan raja terakhir Kesultanan Pajang.
Sultan Agung memiliki dua permaisuri utama, yang merupakan bagian dari tradisi Kesultanan Mataram.
Permaisuri pertama disebut Ratu Kulon, yang merupakan putri dari sultan Kesultanan Cirebon.
Permaisuri kedua adalah Ratu Wetan, yang merupakan putri dari Adipati Batang dan cucu Ki Juru Martani.
Nama asli Ratu Kulon adalah Ratu Mas Tinumpak, dan ia melahirkan Raden Mas Syahwawrat yang dikenal sebagai Pangeran Alit.
Sementara itu, nama asli Ratu Wetan adalah Ratu Ayu Batang, dan ia melahirkan Raden Mas Sayyidin yang dikenal sebagai Amangkurat I.
Dari permaisurinya, Sultan Agung memiliki sembilan anak, antara lain:
- Raden Mas Syahwawrat (Pangeran Alit)
- Raden Mas Kasim (Pangeran Demang Tanpa Nangkil)
- Pangeran Rangga Kajiwan
- Raden Bagus Rinangku
- GRAy. Winongan
- Pangeran Ngabehi Loring Pasar
- Raden Mas Sayyidin (Amangkurat I)
- GRAy. Wiramantri
- Raden Mas Alit (Pangeran Danupaya)
Demikian itulah sekilas informasi tentang biografi singkat Sultan Agung yang bisa Moms ketahui. Semoga bermanfaat!
- https://id.wikipedia.org/wiki/Sultan_Agung_dari_Mataram
- https://kebudayaan.jogjakota.go.id/page/index/sultan-agung
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.