Cara Mengelola Emosi agar Hubungan dengan Suami Tetap Harmonis
Ketika Moms memilih untuk menikah dengan suami dan membangun rumah tangga, pastilah hubungan tersebut dibangun dengan rasa saling mencintai, saling memahami, dan saling membutuhkan satu sama lain.
Seiring usia pernikahan, bukan tidak mungkin akan mengalami masalah.
Masalah tersebut dapat membuat hubungan suami dan istri menjadi renggang jika tidak ditangani dengan tepat.
Namun, masalah bisa membuat hubungan suami dan istri semakin kuat jika solusi yang diambil adalah yang benar.
Saat terjadi masalah dalam rumah tangga, hal yang paling dibutuhkan adalah mengelola emosi dan memberikan respon yang tepat.
Salah berbicara, bisa menyakiti hati pasangan. Salah bertindak, bisa membuat masalah semakin rumit.
Seorang konselor rumah tangga bernama Nuniek Tirta menekankan bahwa di dalam sebuah rumah tangga, suami dan istri harus memahami bahwa mereka adalah dua kepribadian yang berbeda.
Baca Juga : Agar Pernikahan Langgeng, Ikuti 5 Tips Komunikasi dengan Pasangan Seperti Ini
“Fondasi hubungan yang kuat ketika kita dapat memahami bahwa kepribadian kita dan pasangan itu berbeda. Jadi, tidak adil rasanya mengharapkan dia berperilaku yang sama dengan kita atau hanya sesuai harapan kita semata,” ujar Nuniek lewat bincang-bincangnya pada Kulwap Orami Community, Kamis (7/2) lalu.
Ada banyak cara untuk mengetahui perbedaan karakter kita dan pasangan, salah satunya dengan metode MBTI atau Myers-Birggs Type Indicator.
Metode ini memberikan penjelasan lebih mendalam tentang jenis-jenis kepribadian seseorang.
Dengan memahami jenis kepribadian pasangan dan diri sendiri dengan metode ini, maka Moms bisa memahami cara untuk menghadapi pasangan dan memahami diri sendiri.
Mengelola Ekspektasi dan Realita
Foto: shutterstock
Sering kali, saat terjadi suatu masalah dalam rumah tangga, emosi memuncak ketika pasangan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Istri ingin untuk didengarkan, suami malah cenderung lari dari masalah.
Istri ingin masalah cepat selesai, suami malah mengulur-ulur waktu.
Ketika pasangan tidak sesuai dengan keinginan kita, maka akan timbul kekecewaan.
Rasa kecewa ini dapat menumpuk menjadi emosi yang tidak stabil. Nah, artinya adalah Moms harus dapat mengelola ekspektasi dan realita sebaik mungkin agar tidak kecewa terlalu dalam.
“Jika kita tidak bisa mengubah situasi, maka yang harus diubah adalah respon kita terhadap masalah tersebut. Jangan memberikan ekspektasi terlalu tinggi kepada pasangan, karena pada dasarnya tidak ada orang yang benar-benar mencapai sesuai harapan,” ungkap Nuniek yang juga merupakan inisiator dari #Startuplokal Community.
Mengubah Sudut Pandang
Foto: rd
Cara ini dilakukan agar tidak menumpuk emosi dan kekecewaan lebih mendalam dengan pasangan.
Ketika harapan tidak terpenuhi, maka yang harus diubah adalah sudut pandang terhadap diri sendiri.
“Pertama adalah mengakui diri sendiri bahwa ada kebutuhan yang belum terpenuhi. Lalu, terpenting adalah ngomong dengan pasangan tanpa harus takut merasa dihakimi atau menuntut. Bicarakan permasalahan dengan pasangan tanpa takut kecewa jika harapan tidak terpenuhi,” ujar Nuniek.
Mengungkapkan perasaan yang sebenarnya dapat membuat hati menjadi lebih lega.
Terpenting adalah mengetahui cara berkomunikasi yang tepat pada pasangan tanpa harus ngomong dengan nada emosi yang tinggi.
Baca Juga : Apa yang Harus Dilakukan Setelah Tahu Suami Berselingkuh?
Dengan mengubah sudut pandang pada diri sendiri dan mengelola ekspektasi terhadap pasangan, maka masalah yang terjadi dalam rumah tangga tetap dapat dihadapi dengan baik dan hubungan tetap harmonis, ya, Moms!
(DG/CAR)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.