Defisiensi Vitamin D pada Bayi, Seberapa Berbahaya?
Vitamin D memainkan peran penting dalam metabolisme tulang melalui regulasi kalsium dan fosfat homeostasis. Selain itu, vitamin D juga berkontribusi bagi regulasi sistem kekebalan tubuh.
Vitamin D diproduksi oleh tubuh selama terpapar sinar matahari. Vitamin D juga ditemukan pada ikan berminyak, telur dan produk makanan yang diperkaya.
Bayi dilahirkan dengan simpanan vitamin D rendah dan bergantung pada ASI, sinar matahari, atau suplemen sebagai sumber vitamin D dalam beberapa bulan pertama kehidupan. Namun, bisa juga terjadi kekurangan atau defisiensi vitamin D pada bayi karena kandungan vitamin D dalam ASI tergantung pada status vitamin D ibu dan biasanya kerap rendah.
Penelitian yang diterbitkan Indian Journal of Medical Research menyatakan bahwa, bayi ASI eksklusif yang tidak menerima suplemen vitamin D atau paparan sinar matahari yang cukup berisiko mengalami defisiensi vitamin D.
Beruntung, Indonesia berada di garis khatulistiwa yang terpapar sinar matahari sepanjang tahun. Namun, bukan tidak mungkin terjadi juga defisiensi vitamin D pada bayi-bayi di Indonesia.
Baca Juga: Ini yang Bisa Terjadi pada Tubuh Jika Kelebihan Asupan Vitamin D
Indikator Defisiensi Vitamin D pada Bayi
Foto: nameberry.com
Indikator biologis terbaik penyimpanan tubuh vitamin D dari semua sumber adalah konsentrasi serum darah 25-hydroxyvitamin D (25 (OH) D). Nilai 25 (OH) D di bawah konsentrasi 30 nanomol per liter (nmol/L) serum menunjukkan risiko defisiensi vitamin D yang tinggi, sedangkan konsentrasi sehat untuk bayi diyakini berada di atau di atas 50 nmol/L.
Cadangan tubuh dapat menurun hingga 50 persen dalam waktu kurang dari sebulan pada bayi, dan karenanya tanpa sumber vitamin D, defisiensi dapat berkembang dengan cepat.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), defisiensi vitamin D pada bayi terbukti terjadi di seluruh dunia, meliputi berbagai wilayah geografis dan budaya. Ada beberapa hal yang menyebabkan defisiensi vitamin D ini terjadi.
Di antaranya, karena tidak semua praktisi perawatan kesehatan merekomendasikan suplemen vitamin D, bahkan setelah mempertimbangkan dua faktor. Yakni, pemberian ASI eksklusif dan adanya faktor pigmentasi kulit gelap, di mana pigmentasi ini memiliki potensi lebih besar mengalami defisiensi vitamin D.
Selain itu, tidak sedikit orang tua yang meremehkan pentingnya suplementasi untuk masalah defisinensi vitamin D pada bayi ini. Dalam beberapa kasus, persepsi orang tua menyatakan bahwa bayi mereka tidak menyukai suplemen.
Kemudian, status imigrasi dan pengungsi juga merupakan faktor risiko status vitamin D rendah pada bayi, termasuk negara-negara dengan paparan radiasi beta tinggi.
Baca Juga: Cara Mencukupi Kebutuhan Vitamin D Anak untuk Pertumbuhan Tulang
Dampak Defisiensi Vitamin D Pada Bayi
Foto: medicaldaily.com
Vitamin D adalah nutrisi utama dalam pemeliharaan kesehatan tulang pada anak-anak dan orang dewasa karena vitamin D sangat penting untuk meningkatkan penyerapan kalsium dalam tubuh.
Karena itu, dampak defisiensi vitamin D pada bayi dapat berupa malformasi tulang atau rakitis. Di samping itu, dampak defisiensi vitamin D pada bayi juga bisa berupa kejang dan kesulitan bernapas.
Jika dibiarkan, defisiensi vitamin D pada bayi ini akan berpotensi memunculkan penyakit-penyakit lainnya saat dewasa. Sementara ini, para peneliti masih bekerja untuk membuktikan hubungan sebab-akibat antara tingkat rendah vitamin D dan masalah kesehatan lainnya, anekdotal dan epidemiologis atau melacak terjadinya suatu penyakit atau kondisi dalam suatu populasi dari waktu ke waktu.
Dari penelitian tersebut korelasi telah ditemukan antara defisiensi vitamin D pada bayi dan penyakit-penyakit di bawah ini :
- Kanker, terutama kanker usus besar, payudara, dan prostat
- Hipertensi
- Diabetes
- Penyakit autoimun
Baca Juga: Cari Tahu Gejala Kekurangan Vitamin D Pada Bayi
Wah, defisiensi vitamin D pada bayi ternyata tidak bisa disepelekan ya Moms. Selalu pastikan Si Kecil mendapatkan vitamin D sesuai kebutuhannya ya. Jangan lupa konsultasikan dengan dokter.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.