Diare pada Bayi: Gejala, Penyebab dan Cara Mengatasinya
Diare pada bayi sering kali menjadi kondisi yang menakutkan bagi para orang tua.
Meskipun umumnya kondisi ini dapat sembuh dengan sendirinya, namun ini juga dapat menimbulkan komplikasi bila tidak ditangani dengan tepat.
Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Gastroenterology tahun 2018, diare sering terjadi pada bayi yang berusia kurang dari 2 tahun.
Biasanya penyebab bayi mengalami diare adalah karena alergi atau adanya infeksi.
Kondisi diare merupakan cara tubuh membersihkan diri dari kuman, bisa berlangsung selama beberapa hari atau bahkan seminggu.
Biasanya saat diare terjadi disertai juga dengan demam, mual, muntah, kram, dan dehidrasi.
Diare merupakan kondisi di mana kotoran yang dikeluarkan punya tekstur cair dan berair.
Pada sebagian kasus, diare bisa hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari.
Tetapi untuk kasus yang lebih parah, diare bisa berlangsung sampai beberapa minggu dan bisa membuat tubuh jadi sangat lemas dan kekurangan cairan.
Baca Juga: 9 Tips Memberikan Makanan untuk Anak Diare, Simak di Sini!
Gejala Diare pada Bayi
Gejala diare pada dasarnya terlihat seperti masalah kesehatan umum lainnya.
Diare pada tingkat yang parah dapat menjadi kondisi yang serius.
Sebelum itu terjadi, pastikan Si Kecil melakukan pemeriksaan ke rumah sakit untuk mendapatkan hasil diagnosis.
Meskipun gejala diare pada bayi dapat berbeda-beda pada setiap anak, berikut beberapa gejala yang umum dan sering terjadi, meliputi:
- Kram
- Sakit perut
- Perut kembung
- Mual
- Buang air besar terus menerus
- Demam
- Tinja cair hingga berdarah
- Dehidrasi
- Inkontinensia
Bayi baru lahir umumnya memiliki buang air besar dengan konsistensi agak cair.
Hal ini karena hanya bergantung secara eksklusif pada ASI atau susu formula.
Apalagi hasil dari pembuangan gerakan usus ini juga memiliki warna kekuningan, seperti seseorang yang sedang mengalami diare.
Sehingga konsistensi dan warna kotoran kadang sulit untuk dijadikan acuan dalam menentukkan bayi baru lahir mengalami diare.
“Konsistensi buang air besar akan lebih cair dan intensitasnya akan lebih sering,” ungkap Shaista Safder, M.D., gastroenterologi pediatri di Arnold Palmer Hospital for Children, Orlando, seperti dikutip dari parents.com.
Pertambahan intensitas buang air besar bayi juga jadi gejala diare pada bayi baru lahir.
Bayi baru lahir yang sedang mengalami diare juga cenderung disertai dengan demam dan mengalami pengurangan nafsu makan.
Baca Juga: Penasaran Berapa Lama Diare pada Bayi Sembuh? Cari Tahu di Sini!
Penyebab Diare pada Bayi
Jika bayi Moms mengalami hal ini, segera konsultasikan ke dokter anak untuk perawatan secepatnya, ya.
Lantas, sebenarnya apa penyebab bayi mengalami diare? Berikut daftarnya!
1. Infeksi
Dilansir dari US National Library of Medicine, diare pada bayi bisa disebabkan karena infeksi yang berasal dari virus, bakteri, atau parasit.
Bayi bisa mengambil kuman-kuman ini lewat kontak dengan makanan atau air yang tidak bersih.
Bayi bisa saja menyentuh benda-benda berkuman dengan tangannya kemudian memasukkan tangannya ke dalam mulut.
Kejadian inilah yang bisa menyebabkan bayi mengalami diare.
Bayi juga dapat terkena infeksi dari kuman yang menyebar melalui kontak dengan anak lain yang terinfeksi.
Bahkan, juga bisa karena bertukar mainan maupun barang-barang dengan anak lain.
2. Keracunan Makanan
Pada bayi yang sudah diberikan MPASI, keracunan makanan bisa jadi penyebab diare.
Ada beberapa bahan makanan yang mungkin belum bisa diterima dengan baik oleh perut Si Kecil, maka terjadilah diare.
Gejalanya biasanya terjadi dengan cepat, disertai dengan muntah dan mual.
Selain karena tidak cocok dengan bahan makanan, alat yang digunakan Si Kecil mungkin saja kotor sehingga membuat perutnya sakit dan diare.
Baca Juga: Pusar Bayi Berdarah, Ketahui Penyebab dan Cara Penanganannya
3. Penyakit Seliaka
Penyakit Seliaka atau celiac disease merupakan reaksi tubuh ketika mengonsumsi bahan makanan yang mengandung gluten.
Gluten yakni protein yang ditemukan dalam gandum.
Pada beberapa anak, bawaan penyakit ini sudah ada dari kecil atau bersifat keturunan.
Saat mengonsumsi makanan yang mengandung gluten, usus kecil akan terluka dan menyebabkan diare.
Penyakit ini juga bisa terjadi pada orang dewasa yang menyebabkan gangguan pencernaan.
Orang yang sensitif terhadap gluten, sebaiknya menghindari produk olahan gluten.
4. Radang Usus
Peradangan kronis pada saluran pencernaan, seperti kolitis ulserativa atau penyakit Crohn bisa menyebabkan diare pada bayi.
Penyakit ini bisa memengaruhi bagian-bagian dari saluran pencernaan, mulai dari mulut ke anus.
Namun, biasanya penyakit ini lebih sering terjadi pada bagian akhir usus kecil atau usus besar.
Radang usus pada bayi agak sulit terdiagnosis, sehingga membutuhkan bantuan dokter untuk memastikannya.
Waspada apabila diare pada bayi tak kunjung berhenti dalam waktu lebih dari 3 hari.
Ini artinya Si Kecil segera membutuhkan perawatan yang tepat.
5. Penyebab Tidak Diketahui
Menurut Mayo Clinic, kadang-kadang pada masa kanak-kanak terutama usia 1 sampai 3 tahun, ada suatu kondisi di mana anak akan mengalami diare tapi tidak diketahui penyebabnya.
Diare ini akan berlangsung selama beberapa hari dan akan sembuh dengan sendirinya.
Pada jenis diare ini, anak tidak akan mengalami penurunan berat badan atau terhambatnya pertumbuhan.
Selain poin-poin di atas, ada pula penyebab diare pada anak lainnya.
Misalnya seperti intoleransi gula, iritasi usus, alergi makanan, alergi obat, atau terlalu banyak minum jus buah.
Jadi, pastikan diketahui penyebab diare pada bayi agar tahu pengobatan yang sesuai untuk Si Kecil.
Baca Juga: 4 Panduan Balita Menggunakan Gadget dengan Bijak
Diagnosis Diare pada Bayi
Pada awal pemeriksaan, dokter akan menanyakan segala hal terkait gejala yang dialami, serta riwayat kesehatan bayi.
Pemeriksaan fisik, hingga tes laboratorium juga diperlukan untuk memperkuat diagnosis.
Selain itu, terdapat beberapa tes lainnya juga sering digunakan dalam mendiagnosis kondisi ini.
Beberapa tes tersebut, antara lain:
- Tes darah. Tes ini untuk mencari tahu keberadaan penyakit tertentu.
- Pemeriksaan feses. Mengambil sebagian tinja, untuk dilakukan pemeriksaan di laboratorium guna memeriksa adanya parasit atau bakteri.
- Tes pencitraan. Untuk mengetahui adanya kelainan struktural.
- Tes pemeriksaan alergi. Untuk mengetahui adanya alergi anak pada suatu makanan.
- Tes Sigmoidoskopi. Tes ini digunakan untuk melihat bagian dalam dari usus besar, guna mengetahui penyebab dari diare bayi.
Zat asam dalam kotoran bayi baru lahir yang sedang diare akan membuat Si Kecil lebih sering menghasilkan popok kotor.
Hal ini tentu akan membuat Moms lebih sering membersihkan pantat bayi dan dapat menyebabkan iritasi serta ruam popok, terutama jika pembersihkan dilakukan dengan tisu basah.
Untuk itu, ada baiknya penggantian popok kotor dilakukan dengan kain lap lembut yang dibasahi air hangat, lalu keringkan pantat bayi.
Aplikasikan juga krim anti ruam popok atau krim dengan kandungan petroleum jelly atau zinc oxide, pada setiap kali bayi baru lahir berganti popok.
Baca Juga: 15 Makanan Tinggi Gula yang Jarang Disadari
Cara Mengatasi Diare pada Bayi
Ada beberapa perawatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi atau mengobati diare pada bayi.
Berikut beberapa pilihan yang bisa diketahui:
1. Konsumsi Obat Anti Diare
Saat pemeriksaan, dokter biasanya tidak akan merekomendasikan obat anti diare yang dijual bebas untuk anak-anak.
Namun, umumnya dokter akan meresepkan antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri atau obat anti-parasit untuk infeksi parasit.
Bayi dengan kondisi diare pada tingkat parah yang mengalami dehidrasi, sebaiknya segera mungkin harus dibawa ke rumah sakit.
Hal ini untuk mengganti cairan tubuhnya yang hilang melalui pemberian infus di pembuluh darah.
2. Pemberian Oralit
Selain itu, dokter terkadang menyarankan untuk memberi bayi oralit.
Cukup mudah untuk mendapatkannya, sebab oralit sering kali dapat ditemui di supermarket atau toko obat.
Oralit mengandung cairan dan elektrolit yang dapat mencegah dan mengatasi dehidrasi pada penderita diare.
3. Menyusui Bayi
Menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Public Health Emergency Collection tahun 2018, pencegahan yang bisa dilakukan ketika bayi mengalami diare bisa dengan diberikan ASI eksklusif sebagai bagian dari bentuk proteksi.
Pastikan agar ibu menyusui tidak mengonsumsi atau menghindari sejumlah makanan yang dapat memicu terjadinya diare pada bayi.
Sebab apa yang dikonsumsi ibu menyusui dapat memberi efek pada bayi saat minum ASI.
Baca Juga: 5+ Cara Membersihkan Telinga Bayi, Jangan Pakai Cotton Bud!
4. Hindari Makanan Tertentu
Diketahui sebelumnya, ada beberapa makanan yang perlu dihindari sebagai cara mengatasi diare pada bayi.
Beberapa jenis makanan yang perlu Moms hindari, meliputi:
- Makanan berminyak
- Makanan yang tinggi serat
- Produk olahan susu, seperti susu dan keju
- Makanan manis, seperti kue, kue kering, dan soda
Diare yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri sangatlah menular, sehingga Moms perlu memberi perhatian ekstra akan hal tersebut.
5. Menjaga Kebersihan Diri
Penting juga memastikan penggunaan air bersih dalam membasuh bayi serta adanya sanitasi yang memadai.
Rutin cuci tangan dengan air hangat dengan menggunakan sabun setiap kali mengganti popok Si Kecil, dapat mencegah terjadinya penyebaran infeksi lebih lanjut.
Sebisa mungkin jauhkan bayi dari tempat yang kotor selama menjalani proses penyembuhan.
Jagalah juga area kulit yang terkena popok selalu bersih dan lembap. Gunakan krim popok agar kulit bayi tidak iritasi dan tetap nyaman.
Baca Juga: 5+ Menu MPASI untuk Bayi Diare, Mudah dan Lezat!
Dampak Diare pada Bayi
Tahukah Moms, bahwa diare merupakan reaksi tubuh untuk memberikan perlindungan dalam membuang racun di dalam tubuh?
Namun, terdapat efek diare pada bayi yang perlu diwaspadai karena kondisi ini bisa membuat tubuh kehilangan banyak cairan dan mineral yang disebut elektrolit.
Jika dibiarkan, bayi bisa dehidrasi dengan cepat. Tentunya, hal ini sangat berbahaya bagi bayi, terutama bayi baru lahir.
Segera hubungi dokter, apabila Moms melihat tanda-tanda dehidrasi pada bayi, seperti:
- Rewel dan menangis
- Frekuensi pipis berkurang
- Mulut kering
- Bagian atas kepala bayi cekung dan lunak
- Mengantuk dan lesu
- Kulit bayi tidak kembali setelah dicubit perlahan dan dilepaskan dengan lembut
Langkah yang perlu dilakukan saat menyadari bahwa Si Kecil dehidrasi adalah segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan cairan infus.
Baca Juga: Paracetamol untuk Bayi dan Anak-anak, Ketahui Dosis yang Tepat serta Cara Pemberiannya di Sini!
Itulah ulasan tentang penyebab, gejala, serta cara mengatasi diare pada bayi.
Apabila diare berlanjut setelah lebih dari 3 hari, disertai demam, mual, buang air kecil sedikit, segera periksa Si Kecil ke dokter, ya, Moms.
Dengan demikian, penanganan yang paling tepat bisa segera dilakukan sehingga Si Kecil terhindar dari risiko komplikasi.
- https://www.webmd.com/parenting/baby/baby-diarrhea-causes-treatment
- https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/diarrhea-in-children
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7123415/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6044208/#:~:text=Diarrhea%20is%20common%20in%20infants,devastating%20chronic%20diarrhea%20in%20infants.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.