Mengenal Fast Fashion dan Dampaknya yang Bisa Mengancam Kehidupan di Bumi
Pernahkan Moms mendengar tentang fast fashion? Setiap waktunya, selalu ada tren fashion baru yang bermunculan.
Hal ini mendorong sifat konsumtif dan orang-orang akan terus berbelanja untuk mengikuti tren fashion tersebut.
Ditambah lagi dengan teknologi saat ini yang memudahkan Moms berbelanja online, kapan pun dan di mana pun.
Isu fast fashion pun kini sedang ramai diperbincangkan karena dampaknya yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan.
Lalu, apakah fast fashion itu? Seperti apa dampaknya bagi kehidupan di Bumi? Simak ulasan lengkapnya berikut ya, Moms!
Baca Juga: 10 Rekomendasi Model Sandal Wanita yang Lagi Trend
Apa Itu Fast Fashion?
Foto: canva.com
Fast Fashion adalah istilah bagi para industri tekstil yang memproduksi berbagai model fashion yang silih berganti dalam waktu cepat.
Saat proses produksi, biasanya industri juga menggunakan bahan baku berkualitas buruk, sehingga pakaian tidak akan tahan lama.
Model fashion ini hanya mengedepankan tren terbaru semata, di mana koleksinya sering ditampilkan pada peragaan busana Fashion Week.
Setelahnya, jika sudah tidak tren lagi, pakaian tersebut akan dibuang begitu saja.
Sistem inilah yang menyebabkan fast fashion menjadi penyumbang salah satu limbah terbesar di dunia yang bisa mencemarkan lingkungan.
Meski begitu, nyatanya sistem ini sangat sulit dihilangkan. Fast fashion banyak digandrungi manufaktur karena daya beli konsumen yang tinggi, terutama di kalangan anak muda.
Agar Moms lebih mudah mengenali, berikut adalah beberapa ciri-ciri fast fashion:
- Selalu mengkuti tren terbaru
- Model fashion selalu berganti dalam waktu yang sangat cepat
- Diproduksi di negara berkembang, di mana para pekerjanya digaji dengan biaya yang sangat murah
- Menggunakan bahan baku yang murah atau tidak berkualitas sehingga tidak tahan lama
Baca Juga: Moms, Catat 15 Macam-Macam Style Fashion yang Selalu Hits!
Sejarah Fast Fashion
Sebelum tahun 1800-an, model fashion berjalan sangat lambat, Moms.
Kala itu, bahan baku seperti wol atau kulit masih sulit ditemukan. Proses pembuatan pakaian pun masih tergolong sederhana dan lambat.
Namun, setelah kemunculan mesin jahit, pakaian jadi lebih mudah, cepat, dan murah untuk diproduksi.
Hingga di tahun 1960-an, para desainer muda mulai menciptakan berbagai tren fashion baru sebagai bentuk ekspresi diri.
Tren ini semakin berkembang hingga tahun 1990-an di mana brand fashion terkenal di dunia semakin bermunculan.
Mereka mengambil alih tren fashion dengan memproduksi pakaian yang lebih cepat dan murah.
Fast fashion pun juga dipengaruhi perkembangan teknologi. Saat ini setiap orang dapat dengan mudah membeli pakaian apa pun yang mereka inginkan.
Baca Juga: 14 Celana yang Lagi Ngetren di 2022 untuk Pria dan Wanita, Kekinian dan Trendy Habis!
Dampak Fast Fashion
Foto: canva.com
Bukan hanya berdampak bagi kesehatan dan lingkungan, fast fashion juga berdampak pada hak asasi manusia, Moms.
Untuk lebih jelasnya, simak beberapa dampak fast fashion berikut ini.
1. Penyumbang Sampah Terbesar di Dunia
Menurut United Nations Economic Commission for Europe, fast fashion memang meningkatkan pertumbuhan ekonomi di dunia.
Namun di sisi lain, tren ini juga menjadi penyumbang sampah plastik utama di lautan.
Menurut laporan Agence France-Presse (AFP) pada November 2021, tumpukan pakaian bekas berada di Gurun Atacama Chili.
Sebanyak 59.000 ton pakaian bekas dikatakan tiba di Chili untuk dijual kembali setiap tahun dari Eropa, AS dan Asia.
Namun, diperkirakan 39.000 ton tidak dapat dijual dan berakhir dibuang di gurun ini.
Poliester adalah salah satu bahan baku yang paling banyak digunakan oleh industri fast fashion. Bahan ini berasal dari fosil yakni minyak mentah.
Saat dicuci bahan ini menghasilkan serat mikro yang bisa meningkatkan jumlah sampah plastik di air.
2. Memengaruhi Kualitas Air Bersih
Fast fashion yang diproduksi secara massal menghasilkan limbah laut beracun yang tidak dapat diolah.
Limbah tekstil ini mengandung zat seperti timbal, merkuri dan arsenik yang sangat berbahaya bagi kehidupan perairan dan manusia.
Air limbah dari pabrik pakaian ini nantinya akan berujung di lautan yang akan mencemari habitat para hewan laut.
Pewarnaan tekstil konvensional juga melepaskan kandungan logam berat dan racun lainnya yang berdampak buruk bagi kesehatan biota air dan manusia.
Bukan hanya itu, PBB menemukan 3,6 miliar orang berisiko mengalami kelangkaan air bersih akibat produksi fast fashion yang tidak ada hentinya.
Baca Juga: Kelebihan dan Kekurangan Bahan Viscose untuk Membuat Pakaian
3. Penghasil Gas Emisi Rumah Kaca
Menurut Greenpeace's Journal, jika permintaan fast fashion terus tumbuh pada tingkat yang sama seperti sekarang, total jejak karbonnya bisa mencapai 26% di tahun 2050.
Emisi karbon ini berasal dari karbon dioksida dari pabrik pakaian yang sangat berbahaya bagi lingkungan.
Dampaknya akan memengaruhi kondisi bumi yang semakin memanas, sehingga cuaca menjadi ekstrem atau tidak menentu.
Jejak karbon juga memengaruhi kualitas sumber air bersih, perubahan produksi rantai makanan pada satwa liar, bencana alam, dan kerusakan alam lainnya.
Sekalipun bahan katun yang dikatakan aman digunakan, pada proses produksinya membutuhkan campuran air dan pestisida dalam jumlah banyak.
Hal ini bukan hanya membahayakan para petani namun juga meningkatkan erosi tanah.
4. Melanggar HAM
Mengingat harga jual fast fashion yang relatif murah, sebisa mungkin brand fast fashion akan menekan biaya produksi mereka, Moms.
Salah satu cara utama untuk melakukan ini adalah dengan menurunkan upah pekerja garmen.
Adapun beberapa masalah yang dihadapi pekerja di pabrik garmen adalah:
- Jam kerja yang sangat panjang
- Gaji yang sangat rendah di bawah upah layak
- Kondisi kerja yang sangat berbahaya tanpa jaminan keselamatan
Baca Juga: 10+ Tips Jemur Pakaian Saat Musim Hujan, Efektif Keringkan Baju!
Cara Memperlambat Dampak Fast Fashion
Foto: watercalculator.org
Sebagai pelanggan, Moms bisa turut andil dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan dari fast fashion dengan melakukan berbagai hal, seperti:
- Sebelum membeli pakaian hendaknya pilih bahan yang ramah lingkungan
- Pilih kualitas bahan yang sangat tinggi agar pakaian bisa difungsikan dalam jangka waktu yang lama
- Lakukan donasi pakaian yang masih layak pakai
- Melakukan thrif shopping
- Alih fungsikan pakaian lama
- Daur ulang pakaian yang sudah tidak layak atau tidak ingin dikenakan lagi
Setelah fast fashion menimbulkan banyak permasalahan, muncullah sebuah istilah Slow Fashion yang dicanangkan oleh Kate Fletcher.
Konsep ini menekankan kualitas produk dan pemakaian yang lebih lama, sehingga produksi pakaian jauh lebih etis serta ramah lingkungan, Moms.
Itulah tadi ulasan tentang fast fashion.
Semoga Moms bisa memahami betapa pentingnya menjadi konsumen yang lebih bertanggung jawab dengan ikut mengurangi dampak bahaya industri fast fashion.
- https://pebblemag.com/magazine/living/whats-wrong-with-fast-fashion
- https://unece.org/forestry/press/un-alliance-aims-put-fashion-path-sustainability
- https://unearthed.greenpeace.org/2019/09/12/fast-facts-about-fast-fashion/
- https://fashionunited.uk/news/fashion/fast-fashion-s-disastrous-effect-on-chilean-environment/2021110859063
- https://www.ethicalconsumer.org/fashion-clothing/what-fast-fashion-why-it-problem
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.