19 November 2024

8 Ciri-Ciri Gumoh yang Berbahaya pada Bayi, Waspada!

Gumoh yang berbahaya lebih menyerupai muntah

Gumoh yang berbahaya sering kali menjadi kekhawatiran bagi Moms, terutama saat bayi memuntahkan ASI yang diminumnya dalam jumlah banyak atau terlalu sering.

Meski gumoh adalah hal umum yang dialami bayi dan biasanya hanya berupa cairan dalam jumlah sedikit, Moms sering merasa khawatir jika gumoh tersebut berdampak pada kesehatan atau mengganggu pertumbuhan Si Kecil.

Yuk, baca artikel ini hingga selesai untuk memahami kapan gumoh dianggap normal dan kapan perlu diwaspadai, sehingga Moms bisa lebih tenang dan tahu langkah yang tepat!

Baca Juga: Air Tajin untuk Bayi, Bermanfaat atau Justru Berbahaya?

Gumoh pada Bayi yang Normal

Gumoh yang normal tidak mengganggu kesehatan bayi. Selama bayi tampak nyaman dan menyusu dengan baik, serta berat badannya bertambah, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Sebagian besar bayi akan berhenti gumoh pada usia 12 bulan. Setelah itu, Moms harus memantau jika terlihat tanda gumoh yang berbahaya.

Penyebab Gumoh pada Bayi yang Normal

Penyebab Gumoh pada Bayi (Orami Photo Stock)
Foto: Penyebab Gumoh pada Bayi (Orami Photo Stock)

Menurut Mayo Clinic, gumoh sering terjadi pada bayi yang sehat. Selama tiga bulan pertama, sekitar setengah dari semua bayi mengalaminya.

Berikut ini penyebab bayi gumoh

1. Refluks Lambung

Refluks adalah salah satu penyebab utama bayi gumoh.

Kondisi ini terjadi ketika isi lambung bayi, termasuk susu atau makanan yang baru ditelan, naik kembali ke kerongkongan hingga keluar melalui mulut.

Refluks umum terjadi pada bayi karena sistem pencernaan mereka belum sepenuhnya berkembang.

Otot sfingter esofagus bagian bawah, yang berfungsi sebagai katup antara lambung dan kerongkongan, masih lemah sehingga tidak selalu dapat menahan isi lambung tetap berada di perut.

2. Sendawa

Sendawa dapat menyebabkan bayi gumoh karena saat bayi bersendawa, tekanan di lambung meningkat, yang dapat mendorong isi lambung seperti susu atau makanan keluar melalui kerongkongan.

Hal ini lebih mungkin terjadi jika lambung bayi sudah penuh atau jika udara yang tertelan selama menyusu terlalu banyak. Gumoh akibat sendawa biasanya tidak berbahaya dan merupakan hal normal pada bayi.

3. Overfeeding (Makan atau Minum Terlalu Banyak)

Bayi yang mengonsumsi terlalu banyak susu dalam waktu singkat dapat mengalami tekanan di lambung, sehingga sebagian isinya keluar sebagai gumoh.

4. Menelan Udara Saat Menyusu

Jika bayi menelan udara saat menyusu, baik dari payudara maupun botol, udara ini dapat meningkatkan tekanan di lambung dan menyebabkan gumoh.

5. Berbaring Setelah Menyusu

Bayi yang diletakkan dalam posisi berbaring segera setelah menyusu lebih rentan mengalami gumoh karena gravitasi tidak membantu menjaga isi lambung di tempatnya.

Baca Juga: 11 Penyebab Pup Bayi Warna Hijau, Apakah Berbahaya?

Gumoh Bayi yang Berbahaya

Untuk mengetahui apakah gumoh pada bayi normal atau tidak perlu mengetahui ciri gumoh berbahaya berikut ini.

Ini penting karena gumoh yang berbahaya bisa menjadi tanda masalah serius atau infeksi tertentu.

Ciri-Ciri Gumoh yang Berbahaya

Ciri-Ciri Gumoh yang Berbahaya (Orami Photo Stock)
Foto: Ciri-Ciri Gumoh yang Berbahaya (Orami Photo Stock)

Tanda dan gejala tertentu mungkin menunjukkan kondisi gumoh yang berbahaya. Moms bisa menghubungi dokter bayi.

Meskipun gumoh pada bayi umumnya dianggap normal, ada beberapa tanda yang menunjukkan kondisi ini memerlukan perhatian medis.

Berikut adalah tanda-tanda gumoh yang berbahaya dan harus segera dikonsultasikan dengan dokter:

1. Gumoh Terlalu Sering dan dalam Jumlah Banyak

Jika bayi terus-menerus gumoh setiap kali menyusu, atau cairan yang keluar tampak dalam jumlah yang sangat banyak hingga bayi terlihat tidak nyaman, hal ini perlu diwaspadai.

Kondisi ini dapat mengindikasikan adanya masalah pada sistem pencernaan bayi.

2. Gumoh Disertai Warna atau Darah

Cairan gumoh yang berwarna hijau, kuning, atau bercampur darah adalah tanda adanya masalah serius, seperti penyumbatan saluran pencernaan atau iritasi pada lambung. Ini membutuhkan penanganan medis segera.

2. Disertai Penurunan Berat Badan

Salah satu dampak gumoh yang berbahaya adalah gangguan pada pertumbuhan.

Jika berat badan bayi tidak naik sesuai grafik pertumbuhan, gumoh yang sering bisa menjadi penyebabnya karena asupan gizi tidak cukup terserap.

4. Bayi Tampak Rewel atau Kesakitan

Jika bayi terlihat rewel, kesakitan, atau menangis terus-menerus setelah gumoh, ini bisa menjadi tanda ketidaknyamanan atau kondisi medis yang perlu diperiksa, seperti refluks gastroesofagus (GERD).

5. Muncul Tanda Dehidrasi

Perhatikan tanda-tanda dehidrasi seperti popok bayi yang jarang basah, mulut kering, atau bayi tampak lesu.

Gumoh yang terlalu sering dapat menyebabkan tubuh kehilangan cairan penting.

6. Disertai Gangguan Pernasapan

Gumoh yang disertai gangguan pernapasan merupakan tanda berbahaya karena bisa menunjukkan aspirasi, yaitu masuknya isi lambung ke saluran pernapasan.

Ciri-cirinya meliputi bayi terlihat sulit bernapas, batuk terus-menerus, napas berbunyi (mengi), atau tersedak saat gumoh.

Kondisi ini dapat menyebabkan iritasi atau infeksi pada saluran pernapasan, seperti pneumonia aspirasi.

Jika gumoh diikuti dengan gejala ini, segera bawa bayi ke dokter untuk penanganan medis.

7. Perubahan Perilaku

Bayi yang biasanya ceria dan aktif, tetapi tiba-tiba menjadi lesu, tidak nafsu makan, atau sering tidur berlebihan setelah gumoh, perlu segera diperiksa.

8. Muncul Gejala Penyakit Lainnya

Jika gumoh pada bayi disertai munculnya demam dan diare, atau gejala masalah kesehatan lainnya, segera bawa Si Kecil ke dokter.

Baca Juga: Galaktosemia, Kondisi Bayi Tidak Bisa Mencerna ASI dan Susu Sapi

Perbedaan Gumoh dan Muntah

Gumoh dan muntah sederhanya dibedakan dari cara keluar dan volumenya.

Pada gumoh, cairan keluar perlahan tanpa tekanan dengan volume sedikit.

Sedangkan muntah, cairan keluar dengan tekanan (muntah proyektil) dan volume yang banyak.

Gumoh yang berbahaya sering kali lebih menyerupai muntah daripada gumoh biasa.

Gumoh normal biasanya terjadi dalam jumlah kecil, tanpa tekanan, dan tidak disertai gejala lain.

Sebaliknya, gumoh yang berbahaya, selain cenderung berupa muntah, juga disertai gejala masalah kesehatan lainnya.

Penyebab Gumoh pada Bayi yang Berbahaya

Jenis Gumoh pada Bayi (Orami Photo Stock)
Foto: Jenis Gumoh pada Bayi (Orami Photo Stock)

Gumoh pada bayi dianggap berbahaya jika disertai dengan gejala yang tidak normal, seperti yang telah disebutkan di atas.

Kondisi ini bisa menjadi tanda masalah serius, seperti


1. Stenosis Pilorus

Stenosis pilorus adalah penyempitan otot di bagian bawah lambung yang menghambat makanan masuk ke usus kecil.

Melansir Nationwide Children’s Hospital, gejala yang paling umum terlihat pada bayi dengan stenosis pilorus adalah muntah yang kuat dan terus-menerus.

Jenis muntah ini berbeda dengan gumoh normal yang mungkin dialami bayi di akhir pemberian ASI.

2. Meningitis

Meningitis adalah infeksi pada selaput otak dan sumsum tulang belakang.

Melansir University of California, salah satu tanda meningitis pada bayi adalah muntah atau menolak makan.

Bayi juga mungkin akan mengantuk hebat, lesu, perubahan suhu tubuh, ruam, hingga rewel dan menangis berlebihan.

3. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)

Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) adalah infeksi umum yang disebabkan virus dan terjadi pada hidung, tenggorokan, dan saluran udara bagian atas yang mengarah ke paru-paru. Jenis ISPA yang paling umum adalah flu biasa.

ISPA biasanya membaik dengan sendirinya, tanpa perawatan medis. ISPA pada bayi mungkin berlangsung lebih lama daripada pada orang dewasa.

Melansir Elsevier, ISPA pada bayi perlu diwaspadai jika batuk anak disertai muntah, demam, makan sedikit, hingga sering terbangun di malam hari sambil menangis.

4. Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Infeksi saluran kemih adalah peradangan pada bagian sistem yang mengeluarkan urine dari tubuh yang disebabkan bakteri.

Gejala ISK pada bayi, melansir The Johns Hopkins University, biasanya meliputi demam, air kencing berbau tidak sedap, diare, rewel, hingga muntah.

Baca Juga: Benjol di Kepala Bayi, Berbahayakah? Ini Cara untuk Mengatasinya!

Cara Mengatasi Gumoh pada Bayi

Cara Mengatasi Gumoh pada Bayi (Orami Photo Stock)
Foto: Cara Mengatasi Gumoh pada Bayi (Orami Photo Stock)

Mengatasi gumoh pada bayi memerlukan perhatian khusus agar Si Kecil tetap nyaman dan aman. Berikut penjelasan dari setiap langkah yang bisa Moms lakukan:

1. Jaga Posisi Bayi Tetap Tegak

Pastikan bayi disusui atau diberi susu formula dalam posisi yang lebih tegak. Posisi ini membantu ASI atau susu formula masuk ke lambung dengan lancar tanpa menekan saluran pencernaan.

Hindari mengajak bayi bermain atau menggunakan ayunan selama menyusui karena gerakan yang terlalu aktif dapat memicu gumoh.

2. Hindari Memberi ASI atau Susu Formula Berlebihan

Memberikan terlalu banyak susu sekaligus dapat membuat lambung bayi yang kecil menjadi penuh dan memicu gumoh.

Susui bayi dalam porsi kecil tetapi lebih sering. Pola ini tidak hanya mencegah gumoh, tetapi juga membantu pencernaan bayi lebih optimal.

3. Luangkan Waktu untuk Menyendawakan Bayi

Membantu bayi bersendawa selama dan setelah menyusui dapat mencegah udara yang tertelan saat menyusu menumpuk di perut.

Udara yang terperangkap di perut bayi sering kali menjadi penyebab gumoh, sehingga sendawa dapat mengurangi risiko ini.

4. Posisikan Bayi Tidur Telentang

Bayi sebaiknya tidur dalam posisi telentang untuk mengurangi risiko sindrom kematian bayi mendadak (SIDS).

Jangan menempatkan bayi tidur tengkurap untuk mencegah gumoh, karena posisi tersebut dapat membahayakan pernapasan bayi. Moms bisa mengawasi bayi tetap nyaman saat tidur telentang.

5. Bereksperimenlah dengan Makanan

Jika Moms menyusui, gumoh mungkin disebabkan oleh sensitivitas bayi terhadap makanan tertentu yang Moms konsumsi, seperti produk susu, kacang, atau makanan pedas.

Konsultasikan dengan dokter untuk mencoba mengeliminasi makanan tertentu dari menu Moms dan lihat apakah ada perubahan pada bayi.

6. Pegang Bayi Tegak selama 30 Menit setelah Menyusui

Setelah menyusui, gendong bayi dengan posisi tegak selama sekitar 30 menit. Posisi ini membantu gravitasi mendorong susu tetap berada di lambung, sehingga mengurangi kemungkinan gumoh.

Hindari meletakkan bayi dalam posisi berbaring segera setelah menyusui.

7. Batasi Aktivitas Pasca-Makan

Aktivitas yang terlalu aktif setelah menyusui, seperti bermain atau bergerak terlalu banyak, dapat memicu gumoh. Setelah makan, pastikan bayi memiliki waktu tenang untuk mencerna susu dengan baik.

8. Gunakan Dot Susu Aliran Lambat

Jika Moms memberikan susu botol, pilih dot dengan aliran lambat. Dot ini membantu bayi mengontrol aliran susu dengan lebih baik dan mencegah udara masuk ke perut saat menyusu.

Dengan mengurangi udara yang tertelan, risiko gumoh juga berkurang.

Seperti popok kotor, gumoh adalah bagian normal dari menjadi orang tua awal yang menghantui saat membesarkan Si Kecil.

Meskipun Moms harus mewaspadai ciri gumoh yang berbahaya, ini biasanya merupakan sesuatu yang bisa dihindari.

  • https://www.medicalnewstoday.com/articles/baby-throwing-up#treatments-and-remedies
  • https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/healthy-baby/art-20044329
  • https://www.fatherly.com/parenting/tell-baby-spit-up-medical-concern/
  • https://www.whattoexpect.com/baby-behavior/spitting-up-baby.aspx
  • https://www.meningitis.org/meningitis/check-symptoms?gclid=CjwKCAjwztL2BRATEiwAvnALco-jXh4S7VnGMPsMuruBVMdO5F7Jg64H1w4lG1-35y-eGzMvHj76hxoCDAQQAvD_BwE
  • https://health.ucdavis.edu/conditions/infectious-diseases/bacterial-infections/bacterial-meningitis
  • https://elsevier.health/en-US/preview/upper-respiratory-infant
  • https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/urinary-tract-infections/urinary-tract-infections-uti-in-children

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.