7 Ciri-Ciri Gumoh yang Berbahaya, Moms Wajib Waspada!
Gumoh yang berbahaya sering kali menjadi kekhawatiran bagi Moms, terutama saat bayi memuntahkan ASI yang diminumnya dalam jumlah banyak atau terlalu sering.
Meski gumoh adalah hal umum yang dialami bayi dan biasanya hanya berupa cairan dalam jumlah sedikit, Moms sering merasa khawatir jika gumoh tersebut berdampak pada kesehatan atau mengganggu pertumbuhan Si Kecil.
Yuk, baca artikel ini hingga selesai untuk memahami kapan gumoh dianggap normal dan kapan perlu diwaspadai, sehingga Moms bisa lebih tenang dan tahu langkah yang tepat!
Baca Juga: Air Tajin untuk Bayi, Bermanfaat atau Justru Berbahaya?
Penyebab Gumoh pada Bayi
Menurut Mayo Clinic, gumoh sering terjadi pada bayi yang sehat. Selama tiga bulan pertama, sekitar setengah dari semua bayi mengalaminya.
Ini juga merupakan kondisi yang dikenal sebagai refluks gastroesofageal, refluks bayi, atau refluks asam bayi.
Otot ini memiliki waktu untuk berkembang, dan gumoh mungkin menjadi masalah terutama jika bayi merasa kenyang yang bisa saja menjadi penyebab umum gumoh pada bayi.
Sistem pencernaan bayi masih berkembang, dan sfingter esofagus bagian bawah atau cincin otot yang menyimpan makanan di perut tidak berfungsi penuh selama beberapa bulan.
Bayi juga mungkin akan muntah saat bersendawa, ngiler, batuk, atau menangis. Fakta bahwa bayi hanya mengkonsumsi cairan seperti ASI atau susu formula juga memudahkan isi perutnya untuk kembali naik.
Dalam kasus yang sangat jarang, susu formula bayi mungkin berkontribusi pada muntah yang berlebihan.
Ada perbedaan antara gumoh dan muntah. Secara umum, gumoh merupakan cairan yang keluar dari perut bayi melalui mulutnya, yang bisa terjadi saat sendawa.
Dan muntah terjadi ketika aliran atau tekananannya lebih kuat dan seperti menembak keluar. Dan cairan yang keluar biasanya lebih banyak daripada gumoh.
Gumoh yang normal tidak mengganggu kesehatan bayi. Selama bayi tampak nyaman dan menyusu dengan baik, serta berat badannya bertambah, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Sebagian besar bayi akan berhenti gumoh pada usia 12 bulan. Setelah itu, Moms harus memantau jika terlihat tanda gumoh yang berbahaya.
Baca Juga: 11 Penyebab Pup Bayi Warna Hijau, Apakah Berbahaya?
Ciri-Ciri Gumoh yang Berbahaya
Tanda dan gejala tertentu mungkin menunjukkan kondisi gumoh yang berbahaya. Moms bisa menghubungi dokter bayi.
Meskipun gumoh pada bayi umumnya dianggap normal, ada beberapa tanda yang menunjukkan kondisi ini memerlukan perhatian medis.
Berikut adalah tanda-tanda gumoh yang berbahaya dan harus segera dikonsultasikan dengan dokter:
1. Gumoh Terlalu Sering dan dalam Jumlah Banyak
Jika bayi terus-menerus gumoh setiap kali menyusu, atau cairan yang keluar tampak dalam jumlah yang sangat banyak hingga bayi terlihat tidak nyaman, hal ini perlu diwaspadai.
Kondisi ini dapat mengindikasikan adanya masalah pada sistem pencernaan bayi.
2. Bayi Tidak Bertambah Berat Badan
Salah satu dampak gumoh yang berbahaya adalah gangguan pada pertumbuhan.
Jika berat badan bayi tidak naik sesuai grafik pertumbuhan, gumoh yang sering bisa menjadi penyebabnya karena asupan gizi tidak cukup terserap.
3. Gumoh Disertai Warna atau Darah
Cairan gumoh yang berwarna hijau, kuning, atau bercampur darah adalah tanda adanya masalah serius, seperti penyumbatan saluran pencernaan atau iritasi pada lambung. Ini membutuhkan penanganan medis segera.
4. Bayi Tampak Rewel atau Kesakitan
Jika bayi terlihat rewel, kesakitan, atau menangis terus-menerus setelah gumoh, ini bisa menjadi tanda ketidaknyamanan atau kondisi medis yang perlu diperiksa, seperti refluks gastroesofagus (GERD).
5. Tanda Dehidrasi
Perhatikan tanda-tanda dehidrasi seperti popok bayi yang jarang basah, mulut kering, atau bayi tampak lesu. Gumoh yang terlalu sering dapat menyebabkan tubuh kehilangan cairan penting.
6. Gumoh Disertai Sesak Napas atau Muntah
Jika bayi gumoh dengan aliran yang sangat kuat atau menunjukkan tanda-tanda kesulitan bernapas, ini bisa mengindikasikan masalah serius seperti infeksi atau penyumbatan saluran pencernaan.
7. Perubahan Perilaku
Bayi yang biasanya ceria dan aktif, tetapi tiba-tiba menjadi lesu, tidak nafsu makan, atau sering tidur berlebihan setelah gumoh, perlu segera diperiksa.
Baca Juga: Galaktosemia, Kondisi Bayi Tidak Bisa Mencerna ASI dan Susu Sapi
Jenis Gumoh pada Bayi
Meski gumoh adalah hal yang wajar, ada beberapa penyebab Si Kecil mengosongkan isi perutnya. Beberapa di antaranya yakni:
1. Meludah
Meludah yang normal sangat mirip dengan apa pun yang bayi makan, baik itu ASI atau susu formula sebelum bayi mulai makan makanan padat yang biasanya dimulai sekitar usi 6 bulan.
Baik bayi yang diberi ASI maupun susu formula dapat meludah, dan tindakan meludah biasanya terlihat mudah.
Ini sering keluar melalui mulut atau hidung, tetapi tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak dilakukan secara paksa. Faktanya, kebanyakan bayi biasanya tidak merasakan saat meludah.
2. Refluks (GERD bayi)
Secara teknis, gumoh adalah refluks. Namun terkadang, jika disertai dengan gejala lain atau penambahan berat badan yang buruk, gumoh mungkin mengindikasikan bahwa bayi memiliki kondisi lain.
Kondisi tersebut bisasanya disebut sebagai penyakit refluks gastroesofageal pada bayi, yang juga dikenal sebagai GERD bayi.
Saat bayi mengalami GERD, lapisan kerongkongan menjadi teriritasi dan rusak oleh semua ludah. Ini dapat menyebabkan rasa sakit dan kerewelan selama dan setelah menyusui, dan mempersulit bayi untuk menyusu dan menambah berat badan.
Tanda-tanda GERD lainnya termasuk air liur yang berlebihan, tangisan yang tidak terkendali, kurang tidur dan pola makan yang tidak menentu.
3. Meningitis
Meningitis dapat menyerang siapa saja, tetapi paling sering terjadi antara masa bayi dan awal masa dewasa. Ini adalah infeksi pada lapisan pelindung yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang.
Meningitis berkembang dengan cepat dan dapat menyebabkan keracunan darah yang mengancam jiwa, atau septikemia, atau kerusakan otak.
Gumoh biasanya merupakan salah satu gejala pertama meningitis. Selain itu, ada juga gejala lainnya, seperti:
- Demam lebih dari 37,5 derajat Celsius (99,5 derajat Fahrenheit)
- Sakit kepala parah
- Anggota badan yang sakit
Bayi mungkin tidak dapat menunjukkan bahwa mereka mengalami rasa sakit fisik, jadi perhatikan perubahan perilakunya.
Misalnya, saat bayi yang merasakan sakit kepala mungkin mencoba menyentuh kepalanya lebih sering dari biasanya.
Jika bayi memiliki gejala meningitis, mereka akan tampak sangat tertekan, dan Moms mungkin tidak dapat menghiburnya.
Meningitis Research Foundation mendorong orang tua untuk mempercayai nalurinya dan segera mencari bantuan medis jika mengira Si Kecil menderita meningitis.
Baca Juga: Benjol di Kepala Bayi, Berbahayakah? Ini Cara untuk Mengatasinya!
Cara Mengatasi Gumoh pada Bayi
Mengatasi gumoh pada bayi memerlukan perhatian khusus agar Si Kecil tetap nyaman dan aman. Berikut penjelasan dari setiap langkah yang bisa Moms lakukan:
1. Jaga Posisi Bayi Tetap Tegak
Pastikan bayi disusui atau diberi susu formula dalam posisi yang lebih tegak. Posisi ini membantu ASI atau susu formula masuk ke lambung dengan lancar tanpa menekan saluran pencernaan.
Hindari mengajak bayi bermain atau menggunakan ayunan selama menyusui karena gerakan yang terlalu aktif dapat memicu gumoh.
2. Hindari Memberi ASI atau Susu Formula Berlebihan
Memberikan terlalu banyak susu sekaligus dapat membuat lambung bayi yang kecil menjadi penuh dan memicu gumoh.
Susui bayi dalam porsi kecil tetapi lebih sering. Pola ini tidak hanya mencegah gumoh, tetapi juga membantu pencernaan bayi lebih optimal.
3. Luangkan Waktu untuk Menyendawakan Bayi
Membantu bayi bersendawa selama dan setelah menyusui dapat mencegah udara yang tertelan saat menyusu menumpuk di perut.
Udara yang terperangkap di perut bayi sering kali menjadi penyebab gumoh, sehingga sendawa dapat mengurangi risiko ini.
4. Posisikan Bayi Tidur Telentang
Bayi sebaiknya tidur dalam posisi telentang untuk mengurangi risiko sindrom kematian bayi mendadak (SIDS).
Jangan menempatkan bayi tidur tengkurap untuk mencegah gumoh, karena posisi tersebut dapat membahayakan pernapasan bayi. Moms bisa mengawasi bayi tetap nyaman saat tidur telentang.
5. Bereksperimenlah dengan Makanan
Jika Moms menyusui, gumoh mungkin disebabkan oleh sensitivitas bayi terhadap makanan tertentu yang Moms konsumsi, seperti produk susu, kacang, atau makanan pedas.
Konsultasikan dengan dokter untuk mencoba mengeliminasi makanan tertentu dari menu Moms dan lihat apakah ada perubahan pada bayi.
6. Pegang Bayi Tegak selama 30 Menit setelah Menyusui
Setelah menyusui, gendong bayi dengan posisi tegak selama sekitar 30 menit. Posisi ini membantu gravitasi mendorong susu tetap berada di lambung, sehingga mengurangi kemungkinan gumoh.
Hindari meletakkan bayi dalam posisi berbaring segera setelah menyusui.
7. Batasi Aktivitas Pasca-Makan
Aktivitas yang terlalu aktif setelah menyusui, seperti bermain atau bergerak terlalu banyak, dapat memicu gumoh. Setelah makan, pastikan bayi memiliki waktu tenang untuk mencerna susu dengan baik.
8. Gunakan Dot Susu Aliran Lambat
Jika Moms memberikan susu botol, pilih dot dengan aliran lambat. Dot ini membantu bayi mengontrol aliran susu dengan lebih baik dan mencegah udara masuk ke perut saat menyusu.
Dengan mengurangi udara yang tertelan, risiko gumoh juga berkurang.
Seperti popok kotor, gumoh adalah bagian normal dari menjadi orang tua awal yang menghantui saat membesarkan Si Kecil.
Meskipun Moms harus mewaspadai ciri gumoh yang berbahaya, ini biasanya merupakan sesuatu yang bisa dihindari.
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/baby-throwing-up#treatments-and-remedies
- https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/healthy-baby/art-20044329
- https://www.fatherly.com/parenting/tell-baby-spit-up-medical-concern/
- https://www.whattoexpect.com/baby-behavior/spitting-up-baby.aspx
- https://www.meningitis.org/meningitis/check-symptoms?gclid=CjwKCAjwztL2BRATEiwAvnALco-jXh4S7VnGMPsMuruBVMdO5F7Jg64H1w4lG1-35y-eGzMvHj76hxoCDAQQAvD_BwE
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.