Hernia pada Bayi, Ini yang Perlu Moms Wapadai!
Hernia pada bayi terjadi ketika bagian dari organ atau jaringan dalam tubuh (seperti lingkaran usus) bayi mendorong melalui celah atau titik lemah di dinding otot. Bagian ini bisa mendorong ke ruang yang kosong, sehingga menyebabkan sebuah tonjolan atau benjolan.
Hernia pada bayi sebenarnya cukup umum terjadi. Bayi, terutama bayi prematur, dapat dilahirkan dengan kondisi ini. Beberapa bayi dilahirkan dengan bukaan kecil di dalam tubuh yang akan ditutup pada titik tertentu. Jaringan di sekitarnya dapat masuk ke lubang tersebut dan menjadi hernia.
Hernia terjadi saat bagian usus menonjol melalui kelemahan pada otot perut. Sebuah tonjolan lunak akan terlihat dibawah kulit tempat hernia terjadi.
Hernia pada bayi dan anak-anak biasanya terjadi di 1 dari 2 tempat, yaitu:
- Di sekitar pusar
- Di daerah selangkangan
Hernia yang terjadi di daerah pusar disebut dengan hernia umbilikalis. Sementara yang terjadi di daerah selangkangan disebut hernia inguinalis.
"Hernia yang sering ditemukan pada bayi biasanya hernia umbilikalis (hernia pada pusar), hernia inguinalis (hernia pada lipat paha), dan hernia scrotalis (hernia pada kantong testis atau buah zakar)," jelas dr. Fransiska Farah, Dokter Spesialis Anak Konselor Laktasi RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.
Tidak seperti hernia yang terlihat pada orang dewasa, area ini tidak selalu dianggap sebagai kelemahan pada dinding otot, tetapi area normal yang belum ditutup.
Terkadang jaringan dapat menekan melalui celah dinding otot yang hanya diperuntukkan bagi arteri atau jaringan lain. Kemudian, bagian dari organ di dekatnya dapat mendorong ke titik tersebut sehingga menonjol dan menjadi hernia.
Penting untuk mengetahui tanda-tanda hernia sehingga Si Kecil mendapatkan perawatan medis yang tepat.
Apakah Moms melihat adanya tonjolan pada permukaan perut Si Kecil yang mencurigakan? Sebaiknya jangan abaikan kondisi ini.
Terutama jika dokter mengatakan bentuk tonjolan itu adalah hernia, maka Moms tidak boleh menganggap enteng begitu saja.
Tapi, sebelum Moms mencari tahu mengenai penanganan hernia pada bayi secara tepat, yuk simak bersama pembahasan lebih lanjut mengenai hernia pada bayi berikut ini.
Baca Juga: Ternyata Ini 3 Manfaat Anak Disunat Sejak Bayi
Penyebab Hernia pada Bayi
Foto: Orami Photo Stock
Hernia pada bayi dapat berkembang dalam beberapa bulan pertama setelah bayi lahir karena kelemahan otot-otot perutnya. Penyebab hernia pada bayi, baik inguinalis maupun umbilikalis juga terjadi karena alasan yang sedikit berbeda. Kedua jenis hernia ini adalah yang sering terjadi pada bayi.
Hernia Umbilikalis
Pada hernia umbilikalis, ketika janin berkembang selama kehamilan, ada lubang kecil di otot perut yang memungkinkan tali pusar melewatinya, menghubungkan ibu ke bayi.
Saat bayi tumbuh setelah lahir, lubang di otot perut ini tertutup. Namun, kadang-kadang, otot-otot ini tidak bertemu dan tumbuh bersama sepenuhnya, dan celah kecil tetap ada. Pembukaan ini disebut hernia umbilikalis.
Menurut Journal of Pediatric Surgery, hernia umbilikalis, yang sering ditemukan pada bayi dan anak kecil, umumnya dianggap sebagai kondisi jinak yang sering menghilang secara spontan
Hernia Inguinalis
Antara 12 hingga 14 minggu perkembangan janin, testis atau ovarium akan terbentuk di perut dekat ginjal. Mereka secara bertahap bergerak turun ke bagian bawah perut saat bayi terus berkembang. Ketika mereka bergerak ke bawah, sebagian peritoneum (lapisan tipis jaringan yang melapisi bagian dalam perut) yang menempel pada testis ditarik ke dalam skrotum, membentuk kantong atau kantung.
Proses serupa terjadi pada anak perempuan ketika ligamentum bundar uterus turun ke pangkal paha di labia. Kantung ini dikenal sebagai processus vaginalis dan biasanya menutup tak lama setelah kelahiran.
Hal ini akan menghilangkan segala hubungan antara rongga perut dan skrotum atau selangkangan. Ketika penutupan prosesus vaginalis tertunda atau tidak lengkap, dapat meregang dan akhirnya menjadi hernia.
Peregangan prosesus vaginalis menciptakan kantung inguinal, memungkinkan organ memanjang dari perut dan memasuki kantung. Jika cairan, bukan organ, menumpuk dan tertinggal di dalam kantung, anak memiliki hidrokel.
Sekitar 80 persen hingga 90 persen hernia inguinalis muncul pada anak laki-laki. Kondisi ini lebih umum di sisi kanan, tetapi dalam sekitar 10 persen kasus, mereka terjadi di kedua sisi (secara bilateral).
Gejala Hernia pada Bayi
Foto: Orami Photo Stock
Untuk gejalanya pun berbeda antara hernia pada bayi umbilikalis dan hernia inguinalis. Bisa disimak perbedaannya berikut ini.
Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis biasanya muncul di daerah pusar selama beberapa minggu atau bulan pertama kehidupan bayi.
Hernia dapat lebih terlihat dan bertambah besar ukurannya saat bayi menangis atau memiliki gerakan usus, yang dapat meningkatkan tekanan pada bagian perutnya.
Hernia umbilikalis itu sendiri biasanya tidak menyakitkan atau sensitif terhadap sentuhan.
Hernia Inguinalis
Hernia inguinalis biasanya melibatkan usus atau kandung kemih yang mendorong melalui pembukaan atau kelemahan di daerah selangkangan, menciptakan tonjolan atau benjolan yang terlihat, dan biasanya muncul selama masa bayi.
Hernia inguinalis dapat berukuran besar maupun kecil dan dapat terjadi pada salah satu maupun kedua sisi selangkangan.
Bayi laki-laki prematur merupakan yang lebih cenderung memiliki hernia inguinalis, yang muncul sebagai skrotum bengkak.
Sementara pada bayi perempuan, hernia muncul di lipatan besar kulit di sekitar vagina. Biasanya hernia tidak mengganggu bayi da nisi kantong hernia meluncur kembali ke tempatnya dengan mudah.
Baca Juga: Mengenal Fimosis, Penyebab Umum Bayi Laki-laki Disunat Sejak Dini
Kemungkinan hernia terjadi saat lahir atau setelah lahir lebih berpotensi terjadi jika bayi terlahir dalam kondisi berikut:
- Lahir prematur
- Masalah perkembangan pada alat kelamin atau sistem saluran kencing
- Didiagnosis dengan cystic fibrosis atau Down Syndrom
- Testis tidak turun (pada bayi laki-laki)
- Riwayat hernia pada orang tua, saudara kandung, atau kerabat sedarah
- Lahir dengan dysplasia pinggul, suatu kondisi di mana tulang paha tidak sejajar dengan sendi pinggul pada panggul (tulang pinggul)
Cara Mengobati Hernia pada Bayi
Foto: Orami Photo Stock
Hernia pada bayi perlu diatasi dengan baik. Biasanya para dokter akan melakukan pembedahan. Untuk menghindari komplikasi seperti strangulasi, di mana sebagian usus terperangkap di hernia, memotong suplai darah ke bagian usus itu.
Bayi yang berusia 6 bulan dan lebih muda dengan kondisi hernia inguinalis memiliki risiko terjepit yang jauh lebih tinggi daripada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa. Tanda-tanda bahwa hernia mungkin tercekik termasuk:
- Mual dan muntah
- Perut kembung
- Tonjolan yang menjadi membesar dan berwarna merah dan lembut saat disentuh
- Sebagian besar anak yang lebih besar dan remaja yang didiagnosis menderita hernia sebenarnya memiliki kelemahan otot atau jaringan perut lainnya sejak lahir.
Kabar baiknya adalah bahwa hernia memang biasa terjadi dan mudah diobati tanpa efek kesehatan jangka panjang yang merugikan.
Namun untuk lebih jelasnya, Moms dan Dads bisa mengatasi hernia umbilikalis dan inguinalis dengan cara di bawah ini.
Baca Juga: Benjolan Pada Alat Vital Si Kecil, Waspadai Hernia pada Bayi
1. Hernia Umbilikalis
Banyak hernia umbilikalis menutup secara spontan saat usia anak menginjak 3 hingga 4 tahun. Jika penutupan tidak terjadi pada saat ini, operasi biasanya akan disarankan. Pada anak-anak yang lebih muda, jika ada penahanan atau jika hernia sangat besar, pembedahan juga mungkin disarankan dokter.
Pembedahan untuk memperbaiki hernia dilakukan dengan anestesi umum.
Sayatan kecil dibuat di bagian bawah tombol perut. Jika ada usus di hernia, ia ditempatkan kembali ke rongga perut. Bukaan pada otot kemudian diperbaiki dengan beberapa lapis jahitan untuk mencegah hernia lainnya. Lem ganti dan/atau sayatan ditempatkan untuk menjaga agar pusar tetap rata.
Sementara bayi prematur dan anak-anak dengan kondisi medis tertentu mungkin memerlukan rawat inap semalam di rumah sakit, sebagian besar anak-anak dapat kembali ke rumah dalam beberapa jam setelah operasi.
2. Hernia Inguinalis
Hernia inguinalis pada bayi memerlukan operasi, dan untuk menghindari risiko organ perut menjadi terperangkap, biasanya harus dilakukan sesegera mungkin.
Berdasarkan Journal of Clinical and Diagnostic Research JCDR, hernia inguinalis adalah kondisi bawaan yang umum pada anak-anak. Untuk mengatasinya pembedahan merupakan metode perawatan yang paling sering dilakukan.
Hernia inguinalis kongenital sering terjadi pada bayi dan anak-anak, yang pembedahannya merupakan metode perawatan yang paling sering pada kelompok usia anak.
Pada bayi prematur, yang baru berusia beberapa bulan, pembedahan mungkin ditunda selama dua hingga tiga bulan untuk memastikan paru-paru berfungsi dengan baik.
Pembedahan dilakukan dengan anestesi umum. Sayatan kecil dibuat di selangkangan. Kantung hernia diidentifikasi dan diperbaiki. Sayatan ditutup dengan jahitan yang bisa hancur sendiri setelah beberapa lama. Lem sayatan dan / atau Steri-Strip (pita kuat yang menempel selama tujuh hingga 10 hari) digunakan untuk menutup permukaan sayatan. S
Selama prosedur, sejumlah besar obat mati rasa jangka panjang (anestesi lokal) akan disuntikkan di sekitar sayatan untuk membantu mengendalikan rasa sakit pada bayi
Sebagian besar anak-anak yang menjalani perbaikan hernia, pulang pada hari yang sama setelah tinggal beberapa waktu untuk masa pemulihan; namun, bayi prematur mungkin perlu menginap.
Dalam kasus di mana hernia inguinalis besar meluas ke skrotum, skrotum dapat membengkak setelah operasi. Mungkin tampak seolah-olah hernia muncul kembali. Pembengkakan ini normal dan akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan.
Itu dia Moms cara mengobati hernia pada bayi sesuai jenisnya.
"Perlu Moms ketahui, hernia pada bayi tidak dapat dicegah karena terjadi akibat bawaan lahir. Biasanya hernia tidak mengganggu tumbuh kembang bayi," tutup dr. Fransiska. Semoga Si Kecil bisa segera sembuh ya, Moms!
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.