Poliamori, Hubungan 'Terbuka' dalam Percintaan yang Berbeda dengan Selingkuh
Istilah poliamori sedang tren akhir-akhir ini. Banyak orang melihat ini adalah open relationship yang ada di dalam hubungan percintaan.
Poliamori secara khusus mengacu pada orang-orang yang memiliki hubungan asmara di dalam sebuah 'hubungan'.
Artinya, ini melibatkan orang ketiga dalam menjalin hubungan asmara.
Tak selalu dianggap sebagai berkhianat. Bahkan ini dinilai hubungan yang 'normal' dilakukan bagi sebagian orang.
Namun, bagaimana hukum hubungan 'terbuka' ini dari sisi pernikahan? Benarkah dilarang atau boleh saja dilakukan?
Temukan jawabannya di bawah ini ya, Moms!
Apa Itu Hubungan Poliamori?
Foto: freepik
Dalam menjalin hubungan percintaan, biasanya orang akan berkomitmen dengan satu orang dalam seumur hidup. Baik itu hubungan pacaran ataupun pernikahan.
Namun, saat ini muncul istilah-istilah baru dalam hubungan percintaan yakni poliamori. Lantas, apa itu poliamori?
Orang-orang yang mengadopsi poliamori memiliki sejumlah hubungan cinta pada saat yang bersamaan.
Ini adalah jenis hubungan terbuka yang mengikuti 'aturan-aturan' dan telah disepakati dari kedua belah pihak.
Meski begitu, tidak semua hubungan terbuka ini melibatkan aktivitas seksual, Moms.
Dalam beberapa hubungan poliamori, masing-masing pasangan menyadari bahwa ada batasan tertentu yang perlu mereka jaga.
Studi dalam Semantic Scholar memaparkan hubungan terbuka ini mengajarkan untuk mengatur kecemburuan dan berpikir rasional untuk memupuk hubungan jangka panjang yang berkomitmen.
Namun, sebagian orang menilai ini adalah hubungan perselingkuhan yang 'dinormalkan', lho.
Baca Juga: 5 Perbedaan Cinta dan Nafsu dalam Sebuah Hubungan
Perbedaan Poliamori dan Perselingkuhan
Foto: freepik
Orang yang berselingkuh umumnya melibatkan aktivitas seksual ataupun hubungan emosional yang dilarang atau tak diketahui pasangannya.
Berbeda dengan poliamori, mereka akan lebih fokus membina hubungan asmara berdasarkan 'kesepakatan'.
Orang-orang dalam hubungan poliamori akan lebih terbuka dan jujur satu sama lain tentang pasangan mereka.
Hubungan terbuka ini terbilang 'sukses' jika mereka menerapkan prinsip kejujuran, komunikasi terbuka, serta komitmen.
Perselingkuhan umumnya akan 'menyembunyikan' satu hal agar pasangannya tidak mengetahuinya.
Terlepas dari itu, hubungan poliamori tetap bisa dikatakan 'selingkuh' karena lain hal, lho!
Melansir WebMD, orang dengan poliamori bisa dianggap berselingkuh jika melakukan kecurangan, Moms.
Contohnya bertemu pasangan baru dan tidak memberitahu pasangannya atau melanggar kesepakatan tertentu.
Mengapa Poliamori Dilarang dalam Pernikahan?
Foto: freepik
Menjalin hubungan poliamori itu kompleks dan masing-masing berbeda konsepnya.
Orang-orang dalam hubungan poliamori akan merancang hubungan mereka sendiri dengan menetapkan batas-batas yang diinginkan.
Namun, benarkah poliamori dilarang dalam pernikahan?
Ini berkaitan dengan kesepakatan dan mengacu pada norma hukum dan agama yang dipercayainya.
Melansir Hukum Online, untuk di Indonesia sendiri hukum perkawinan diatur dan ada pasalnya. Hukum perkawinan di Indonesia menganut asas monogami.
Monogami artinya hanya memiliki satu pasangan dalam hubungan pernikahan.
Hal ini terlihat dari ketentuan dalam Pasal 3 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (“UUP”), bahwa seorang laki-laki hanya boleh mempunyai seorang istri, dan seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami.
Artinya, hubungan asmara di luar itu dilarang ketika mereka masih terikat dalam pernikahan.
Namun, untuk sebagian orang ini balik lagi pada kesepakatan di kedua belah pihak ya, Moms.
Baca Juga: Apakah Anda Terjebak di Dalam Pernikahan Sexless? Ini 3 Tandanya
Cara Menerapkan Hubungan Terbuka
Tentu saja, jika Moms berada dalam hubungan monogami sekarang, hubungan terbuka ini akan sedikit 'menggiurkan' untuk orang yang menginginkannya.
Jika Moms atau Dads ingin mencoba hal baru dalam menjalin asmara, mungkin jenis hubungan ini bisa jadi pilihan.
Nah, cara-cara di bawah ini bisa jadi panduan dalam menerapkan hubungan poliamori, antara lain:
1. Selalu Berkata Jujur
Foto: Orami Photo Stocks
Pada dasarnya orang yang 'berbohong' seringkali berasalan karena tidak ingin menyakiti perasaan pasangannya. Namun, ini adalah hal yang tidak perlu dibenarkan, Moms!
Dalam menerapkan hubungan poliamori, berkata jujur adalah salah satu yang perlu diprioritaskan.
Bahkan ini berlaku di setiap hubungan apapun, jujur adalah kunci keberhasilan dalam menjalin asmara.
Jujur dalam membagikan informasi kepada pasangan perlu dibiasakan mulai saat ini.
Hal ini agar ke depannya hubungan terbuka bisa lebih dipercayai, Moms.
2. Jangan Terburu-buru
Dalam mengadopsi poliamori, ini perlu kesepakatan dari kedua belah pihak.
Oleh karena itu, berikan waktu untuk saling bersepakat dalam menerapkan hubungan terbuka ini. Tidak perlu terburu-buru, Moms.
Semakin lama untuk mengambil keputusan, maka hubungan poliamori akan semakin mudah untuk dijalani nantinya.
Mungkin tak cukup 1 kali dalam membahas kesepakatan yang dibuat.
Membangun dan memelihara hubungan poliamori membutuhkan komunikasi yang berkelanjutan, lho.
Baca Juga: 4 Manfaat Seks dalam Pernikahan, Luar Biasa!
3. Buat Keputusan
Foto: Orami Photo Stocks
Coba untuk memikirkan keputusan apa yang ingin dibuat dalam menjalani hubungan terbuka.
Apakah ingin menjalin hubungan romantis yang serius dengan orang lain atau semata hanya 'teman dekat' saja?
Merefleksikan apa yang diinginkan dapat membantu Moms dan Dads mengenali area mana yang perlu diterapkan batasan.
Misalnya tidak boleh ada hubungan seksual ataupun tidak boleh memiliki perasaan emosional.
Ini sekaligus menjadi pedoman dalam mencapai hubungan poliamori yang sehat dan tidak dilarang, lho!
4. Tetap Berkomitmen
Menjadi non-monogami bukan berarti tidak berkomitmen, lho.
Poliamori juga mengadopsi rasa komitmen yang tinggi dalam sebuah hubungan.
"Satu mitos umum adalah bahwa orang yang mempraktikkan non-monogami etis tidak dapat berkomitmen," kata Dr. Zelaika Hepworth-Clarke, anggota Dewan Direksi dari Relationship Equality Foundation.
Komitmen adalah suatu tantangan yang perlu dimiliki oleh siapa pun dalam menjalin hubungan asmara.
Untuk poliamori, tentu ini menjadi tantangan yang lebih sulit untuk dijalani.
Hubungan poliamori dan monogami yang sehat akan menghindari paksaan, mengandalkan komunikasi, dan memiliki cinta dan kasih sayang yang penuh.
Artinya, komitmen juga perlu dimiliki saat berhubungan terbuka, Moms!
Baca Juga: Psikolog Jelaskan Penyebab Hubungan Pernikahan Terasa Hambar setelah Memiliki Anak
5. Waktu yang Tidak Pasti
Foto: Orami Photo Stocks
Mungkin saja seseorang ingin mencoba poliamori, tetapi harus paham tentang konsekuensinya.
Pengalaman ini sama halnya dengan seseorang yang ingin menjalin hubungan monogami.
"Orang mungkin merasa poliamori adalah pilihan emosional yang lebih aman daripada hubungan monogami, tetapi kenyataannya, mungkin tidak," kata Jessica Drake, edukator seks, pemain film dewasa, dan seorang akivits.
Penting untuk selalu diingat bahwa kebutuhan orang berubah dari waktu ke waktu.
Perlu komunikasi yang berlanjut untuk menentukan apakah hubungan terbuka ini berhasil dilakukan apa tidak.
Baca Juga: 75 Kata-kata Cinta Buat Pasangan yang Bikin Hubungan Jadi Lebih Romantis
"Sama seperti menjalin hubungan monogami dengan pasangan untuk selalu mengeksplorasi sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun," tambah Drake.
Jadi, dalam menjalin hubungan terbuka ini dibalikkan lagi pada persepsi dan kebutuhan pasangan masing-masing.
Sesuatu yang 'benar' dan normal dilakukan orang lain, belum tentu bisa kita jalani.
Jadi, jika Moms dan Dads tertarik menjalin hubungan poliamori, pikirkan baik-baik risikonya, ya!
Jangan sampai ada salah satu pihak yang justru tersakiti atau terbebani.
- https://www.semanticscholar.org/paper/Polyamory-and-its-%E2%80%98Others%E2%80%99%3A-Contesting-the-Terms-of-Klesse/3b9d29bad6377cf7ddce9f6e4e985dca41d8ff6f
- https://www.webmd.com/sex/what-is-polyamory
- https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt50289697422e5/poliandri
- https://www.bustle.com/p/7-little-known-facts-about-polyamory-13054760
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.